Khairul: Kota Tarakan Tak Bisa Selamanya Mengandalkan Sektor Minyak
Kota Tarakan di Kalimantan Utara punya sejarah panjang sebagai kota penghasil minyak. Bagaimana Wali Kota Tarakan Khairul menyiapkan sektor ekonomi alternatif agar kota ini tak melulu bergantung pada sektor energi fosil?
Oleh
SUCIPTO
·5 menit baca
Kota Tarakan, Kalimantan Utara, terletak di pulau kecil yang strategis karena berada di sekitar perbatasan negara, yakni Sabah, Malaysia. Tarakan juga berada di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II, alur laut yang terbuka bagi perlintasan perdagangan internasional dan kapal asing.
Dengan luas sekitar 657 kilometer persegi (nyaris seluas DKI Jakarta), wilayah ini tumbuh menjadi tempat tinggal dan bertumbuh bagi banyak suku di Indonesia. Eksplorasi minyak yang dimulai tahun 1896 mendatangkan banyak pekerja dari luar Pulau Tarakan. Setelahnya, industri itu seperti menjadi magnet bagi banyak orang untuk turut menikmati ”cuan” minyak.
Bahkan, Tarakan menjadi titik awal penaklukan Jepang untuk menguasai Hindia Belanda pada Januari 1942. Lokasi ini menjadi penting karena pulau ini memiliki cadangan minyak untuk tentara Jepang bertahan dan mencukupi bahan bakar kala itu. Dari pulau ini, Jepang kemudian menaklukkan daerah lain dalam Perang Dunia II di sekitar Asia Pasifik.
Dengan berbagai keistimewaan itu, bagaimana Kota Tarakan saat ini akan dibawa ke depan? Kompas melakukan wawancara khusus dengan Wali Kota Tarakan Khairul pada Sabtu (24/9/2022) untuk mengetahuinya.
Apa potensi Kota Tarakan yang ingin ditingkatkan supaya memberi dampak ekonomi berkelanjutan bagi warga?
Memang dahulu Kota Tarakan mengandalkan sektor minyak. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, sektor ini akan habis karena energi yang tak terbarukan. Saya kira sekarang juga produksinya sudah berkurang.
Posisi Tarakan sangat strategis karena berada di ALKI 2. Tarakan juga menjadi pintu masuk dan pusat kegiatan dari kabupaten lain di wilayah Kalimantan Utara, juga termasuk negara tetangga, seperti Sabah Malaysia, Brunei Darussalam, dan Filipina.
Oleh karena itu, visi Tarakan kita ubah sebagai pusat perdagangan dan jasa. Itu kita coba wujudkan melalui sektor perdagangan, pariwisata, termasuk juga sektor jasa lain, seperti pendidikan, kesehatan, serta perikanan dan kelautan.
Apa tantangannya dan bagaimana mewujudkannya?
Selama ini Kota Tarakan terlena dan dininabobokan dengan kekayaan sumber daya alam. Sektor di luar industri minyak relatif tak terperhatikan dengan baik. Itu perlu usaha yang kuat, strategi tersendiri.
Kami mengubah strategi melalui pola perencanaan untuk mencapai visi baru sebagai kota perdagangan dan jasa melalui smart city sebagai tools-nya. Ada enam indikator utama dalam smart city.
Pertama, smart living. Kota menjadi nyaman ditinggali oleh semua dengan terciptanya kerukunan, keamanan, dan publik terlayani kebutuhan dasarnya. Kalimantan Utara, provinsi Kota Tarakan berada, menjadi provinsi kedua terbahagia di Indonesia.
Kemudian smart people. Indeks Pembangunan Manusia Tarakan juga cukup tinggi, di atas rata-rata nasional, di angka sekitar 76 dengan lama sekolah rata-rata di atas 9 tahun. Selanjutnya, smart economy. Itu bisa dilihat dari pendapatan dan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik. Di tengah pandemi, (pertumbuhan ekonomi) kita masih bisa tumbuh di angka 4 persen. Sekarang bisa tumbuh di atas 5,6 persen.
Smart environment diwujudkan melalui pembangunan berwawasan lingkungan. Ruang terbuka hijau kita pelihara sampai 40 persen berupa hutan lindung, hutan kota, dan hutan mangrove. Selain itu, ada pula smart governance, yakni pemerintahan dijalankan dengan transparan dan akuntabel. Tarakan mendapatkan wajar tanpa pengecualian (WTP), opini tertinggi terhadap laporan keuangan yang diberikan Badan Pemeriksa Keuangan.
Terakhir, smart mobility. Masyarakat Kota Tarakan mudah melakukan pergerakan melalui berbagai transportasi, baik di dalam kota, antarprovinsi, maupun antar kabupaten/kota. Di Tarakan ada bandara internasional, pelabuhan, dan transportasi darat yang baik.
Di sektor perdagangan, bagaimana kondisi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Tarakan?
Ketika awal menjabat (2019), jumlah UMKM di Kota Tarakan sekitar 7.000. Di awal semester II-2022 ini sudah ada sekitar 24.000 UMKM. Dalam tiga tahun, pertumbuhannya tiga kali lipat. Kontributor PDRB Tarakan, sekitar 67 persen, ini dari sektor UMKM. Selain itu, UMKM juga menyerap tenaga kerja yang tinggi. Oleh karena itu, perhatian kita menjadi lebih. Kita dukung UMKM menjadi fondasi ekonomi kita.
Apa bentuk dukungan Pemkot Tarakan terhadap UMKM?
Saat ini permodalan sudah mudah, ada kredit usaha rakyat. Kami bantu promosi juga. Misalnya, Pemkot Tarakan membuat batik khas Tarakan untuk dipakai setiap hari Kamis. Bagi laki-laki, batik itu dipadankan dengan sesingal (penutup kepala khas suku Tidung yang berada di Tarakan).
Selanjutnya, setiap ada kegiatan di Pemkot Tarakan, cindera mata dan konsumsinya menggunakan produk dari UMKM. Toko modern waralaba yang ada di Tarakan kami beri persyaratan harus menampung minimal 25 persen produk UMKM lokal. Secara simultan, kami juga beri pelatihan bagi para pelaku UMKM untuk bisa memasarkan produknya lebih luas di market place.
Di sektor pariwisata, apa keunikan Kota Tarakan?
Tarakan punya wisata alam seperti pantai dan agrowisata. Kota Tarakan ini juga seperti museum karena banyak peninggalan sejarah di sudut-sudut kota. Mudah sekali menemui peninggalan perang dunia kedua di Tarakan. Bahkan, Tarakan dijuluki Pearl Harbor-nya Indonesia karena Perang Dunia II di Pasifik itu dimulainya di Tarakan.
Kita bisa lihat sejumlah bungker, senjata perang, hingga tangki besar yang dibom saat Perang Dunia II. Semuanya kita jaga dan beberapa di antaranya sudah menjadi cagar budaya. Kami sedang merestorasi, mengemas, dan memperbaiki sejumlah peninggalan sejarah. Museum juga kami kelola supaya lebih menarik.
Ada juga wisata budaya. Setiap tahun, kita merayakan pesta budaya. Di dalamnya ada Iraw Tengkayu, ritual arak perahu khas suku Tidung. Wisata kuliner banyak sekali di Tarakan. Yang paling terkenal adalah kepiting, udang, dan makanan laut lain.
Apa program Anda yang bisa menjadi contoh bagi daerah lain?
Dari 16 program unggulan, yang agak berbeda itu dana khusus untuk rukun tetangga atau RT. Dana itu bisa digunakan untuk membangun infrastruktur dan lain sebagainya di tingkat RT. Setiap RT mendapatkan Rp 50 juta sampai Rp 200 juta per tahun.
Selain itu, juga untuk memenuhi kebutuhan dasar warga, kami gratiskan pemasangan instalasi air bersih sehingga bisa cepat pemasangannya. Saat ini, sudah hampir 90 persen masyarakat Tarakan sudah menikmati air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).