Lima Orang Tewas dalam Kecelakaan di Tol Semarang-Solo, Sopir Diduga Mengantuk
Kecelakaan lalu lintas tabrak belakang kembali terjadi di Jalan Tol Trans-Jawa di Jawa Tengah. Pada Sabtu (24/9/2022), kecelakaan yang mengakibatkan lima orang tewas terjadi di Tol Semarang-Solo.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
UNGARAN, KOMPAS — Kecelakaan lalu lintas tabrak belakang kembali terjadi di Jalan Tol Trans-Jawa di Jawa Tengah. Pada Sabtu (24/9/2022), kecelakaan yang mengakibatkan lima orang tewas terjadi di Tol Semarang-Solo Kilometer 438, Kabupaten Semarang. Kecelakaan diduga terjadi karena pengemudi mengantuk.
Kecelakaan itu terjadi di jalur B Tol Semarang-Solo Kilometer 438, Sabtu pukul 04.15. Ada dua kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan tersebut, yakni mobil Elf dengan nomor polisi N 7023 YJ dan truk tronton dengan nomor polisi BK 8407 SE.
Direktur Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jateng Komisaris Besar Agus Suryonugroho menuturkan, mobil Elf yang dikendarai Mochamad Iqbal Lazuardi (27) itu awalnya melaju di lajur kanan. Namun, Agus menyebut, pengemudi kemudian diduga mengantuk sehingga mobil Elf itu oleng ke lajur kiri. Mobil tersebut lalu menabrak dari belakang truk tronton yang tengah melaju pelan di lajur kiri.
Pengemudi truk, Sutarno (52), awalnya tidak menyadari adanya mobil yang menabrak truknya. Bahkan, mobil Elf itu disebut sempat terseret sekitar lebih kurang 2 kilometer. Sutarno baru mengetahui adanya kendaraan yang terseret oleh kendaraannya ketika diberi tahu pengemudi lain yang menyalip kendaraannya.
”Akibat kecelakaan itu, lima orang meninggal. Empat orang meninggal di lokasi kejadian dan satu orang meninggal di rumah sakit. Sementara itu, tujuh orang luka-luka. Seluruh korban meninggal dunia dan luka-luka dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran,” kata Agus.
Salah satu korban meninggal adalah Iqbal yang merupakan sopir Elf. Empat korban lainnya adalah para penumpang mobil Elf, yakni Arifah (63), Santoso, Evie Kristina (47), dan satu orang yang belum diketahui identitasnya.
Adapun korban luka-luka adalah Wahyu Rahmadanie (20), Sugeng Sulistiawan (63), Biyuti Wahyuningsih (61), Jajuk Indra Supartini (62), Sri Sapta Fajarsari (62), Bambang Herwanto (61), dan Devano Ibrahim (7). Mereka juga merupakan penumpang mobil Elf.
Kasus kecelakaan itu bukanlah yang pertama terjadi di jalan tol wilayah Jateng sepanjang September ini. Sebelumnya, kecelakaan maut tabrak belakang akibat pengemudi mengantuk terjadi di Jalan Tol Batang-Semarang Kilometer 375 pada Senin (5/9/2022). Dalam kecelakaan itu tujuh orang meninggal dan enam orang luka-luka.
Pada Agustus, kecelakaan tabrak belakang karena sopir mengantuk juga terjadi di jalan tol Jateng, tepatnya di Ruas Batang-Pemalang Kilometer 341, Batang. Dalam kecelakaan itu, Achmad Hermanto Dardak yang merupakan mantan Wakil Menteri Pekerjaan Umum dan ayah Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak meninggal.
Pengemudi diduga mengantuk sehingga mobil Elf itu oleng ke lajur kiri. Mobil tersebut lalu menabrak dari belakang truk tronton yang tengah melaju pelan di lajur kiri.
Darurat
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia Djoko Setijowarno menyebut, rentetan kecelakaan itu mengindikasikan bahwa Indonesia berada dalam kondisi darurat kecelakan lalu lintas. Menurut dia, harus ada upaya-upaya luar biasa dari pemerintah agar kejadian serupa tidak terus berulang.
Untuk mencegah kecelakaan lalu lintas yang terjadi akibat kondisi sopir tidak prima, pemerintah perlu menyediakan fasilitas istirahat yang memadai bagi para sopir. ”Sopir wajib istirahat setelah mengemudi empat jam berturut-turut. Cara yang bisa dilakukan, antara lain, menyediakan sebanyak mungkin tempat istirahat dan mendesain tempat istirahat yang menarik bagi sopir untuk beristirahat,” tuturnya.
Agar menarik minat sopir untuk beristirahat, penyediaan tempat tidur sementara yang memadai perlu dipertimbangkan. Menyediakan fasilitas mandi air panas juga dinilai perlu untuk menunjang relaksasi sopir selama istirahat di tempat istirahat.
Djoko mengatakan, perusahaan transportasi juga harus bisa mengedukasi sopirnya untuk tertib beristirahat. Pemerintah juga perlu membantu membangkitkan kesadaran para sopir untuk beristirahat setelah berkendara empat jam agar kondisinya tetap prima.
Menurut Djoko, jalan tol sebenarnya telah memenuhi standar teknis perancangan jalan antarkota. Namun, kondisi geometeri jalan yang ideal dan kondisi jalan yang terus-menerus lancar tak jarang membuat pengemudi terlena sehingga tidak merasakan bahwa tubuhnya lelah.
Selain itu, kondisi jalan tol yang mulus membuat pengemudi memacu kendaraannya melebihi batas kecepatan yang telah ditentukan. Padahal, tindakan itu sangat berbahaya. Oleh karena itu, Djoko menilai perlu adanya pengawasan batas kecepatan kendaraan melalui kamera pemantau.