Budidaya Bambu Tabah di Lombok Tengah Terus Diperluas
Bambu tabah yang merupakan salah satu dari 1.700 jenis bambu di dunia kini bisa ditemukan di Lombok Tengah. Sejak 2015, budidaya bambu tabah mulai dilakukan di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Rarung.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
Peneliti bambu tabah dari Universitas Udayana, Pande Ketut Diah Kencana (kiri), menanam bibit bambu tabah pada kegiatan Pelestarian Hutan Melalui Budaya Tanaman Bambu Tabah yang diselenggarakan Yayasan Kehati bekerja sama dengan Balai Penerapan Standar Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPSILHK) dan Koperasi Syariah Wana Makmur Lestari serta didukung CIMB Niaga di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Rarung, Pringgarata, Lombok Tengah, Sabtu (24/9/2022).
PRAYA, KOMPAS — Budidaya bambu tabah yang merupakan salah satu jenis bambu di dunia, terus diperluas di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Selain tujuan konservasi, budidaya bambu dengan nama ilmiah Gigantochloa Nigrociliata tersebut, juga bernilai ekonomi karena bisa dikembangkan menjadi berbagai produk turunan.
Pengembangan Bambu Tabah dilakukan oleh Yayasan Kehati bekerjasama dengan Balai Penerapan Standar Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPSILHK), dan Koperasi Syariah Wana Makmur Lestari, Desa Pemepek, Kecamatan Pringgarata, Lombok Tengah.
Program yang didukung oleh CIMB Niaga itu bertujuan membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya konservasi dan pemanfaatan bambu secara lestari.
Pada Sabtu (24/9/2022), diselenggarakan kegiatan bertajuk “Pelestarian Hutan Melalui Budaya Tanaman Bambu Tabah” di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Rarung, Pringgarata, Lombok Tengah. KHDTK Rarung merupakan lokasi budidaya bambu tabah di Lombok.
KHDTK Rarung berada sekitar 16 kilometer timur Mataram, ibu kota Nusa Tenggara Barat. KHDTK Rarung merupakan salah satu kawasan hutan lindung yang menjadi lokasi penelitian dengan koleksi 30 jenis tanaman. Termasuk bambu tabah.
Menurut Ketua Koperasi Syariah Wana Makmur Lestari Hardi, kegiatan penanaman bambu tabah pada Sabtu ini merupakan bagian dari penanaman 11.000 bibit yang dimulai Maret 2022 lalu. “Penanaman pada luas lahan sekitar 25 hektar yang tersebar di lima titik,” kata Hardi.
Perwakilan BPSILHK Wawan Darmawan menjelaskan, pengembangan bambu tabah cocok untuk hutan lindung, termasuk di KHDTK Rarung. Bersama dengan Yayasan Kehati dan donatur, sejak 2015 telah ditanam sekitar 18.700 bibit bambu tabah pada lahan sekitar 35 hektar.
“Tinggal pemeliharaan dan melanjutkan penanaman untuk mencapai target 100 hektar. Kalau sekarang berarti sudah sekitar 35 persen, masih ada 65 persen lagi,” kata Wawan.
Peneliti bambu tabah dari Universitas Udayana Pande Ketut Diah Kencana menjelaskan, bambu tabah adalah salah satu dari 1.700 jenis bambu yang ada di dunia. Jenis ini awalnya banyak tumbuh di Bali tepatnya di Pupuan, Tabanan Bali pada ketinggian 400-1200 meter di atas permukaan laut.
Tinggal pemeliharaan dan melanjutkan penanaman untuk mencapai target 100 hektar (Wawan Darmawan)
Menurut Diah, penanaman bambu tabah secara langsung dapat meningkatkan tutupan vegetasi pada lahan-lahan terbuka di sekitar daerah aliran sungai. Hal itu berdampak positif pada upaya mengurangi erosi, mencegah longsor, dan mempertahankan serta meningkatkan debit air dari sumber-sumber air di hulu dan sekitar aliran sungai.
Produk olahan
“Secara ekonomi, bambu tabah memiliki potensi pasar yang tinggi. Setidaknya ada 17 turunan produk olahan bambu tabah yang telah dihasilkan dari riset mahasiswa S1, S2 dan S3, serta menjadi produk layak jual,” kata Diah.
Menurut Diah, produk turunan bambu tabah itu yakni rebung kulit, rebung kupas, rebung iris, potongan rebung kemasan vakum, steam kemasan vakum, rebung kemasan pouch dan kemasan botol.
Selain tiu ada rebung tabah kering, rebung pikel, tepung rebuh tabah, teh herbal, asap cair, food grade, fumigasi, arang, briket, sabun dan sampo arang, hingga pupuk pelepah rebung.
Oleh karena itu, menurut Direktur Program Yayasan Kehati Rony Megawanto, selain penanaman bambu tabah, juga dilakukan pendampingan dan penguatan kapasitas bagi dua kelompok tani pemilik hak kelola di KHDTK Rarung.
Pendampingan dan penguatan kapasitas itu terkait budi daya pengolahan bambu, penguatan kelembagaan kelompok, dan ekonomi. Kegiatan itu didampingi oleh Pusat Studi Bambu Universitas Udayana, Fakultas Teknologi Pangan Universitas Mataram dan BPSILHK.
Fransiska Oei mewakili CIMB Niaga mengatakan, selain melihat manfaatnya yang banyak untuk lingkungan, mereka mendukung budidaya bambu karena memberi banyak manfaat baik untuk pangan maupun produk turunan lain.
Sehingga memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat. Selain di NTB, program serupa juga dilakukan CIMB Niaga di Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Magelang, Jawa Tengah.
Kepala Desa Pemepek Marlan mengatakan, kehadiran budidaya bambu tabah bisa menjadi bagian dari pengembangan ekowisata di Pemepek selain potensi madu trigona dan vanili.
Menurut Marlan, Pemerintah Desa Pemepek merencanakan akan mengalokasikan dana desa untuk pengembangan ekosiwisata tersebut.