Penelitian Badak Sumatera Minim, Satwa Langka Ini Terancam Fragmentasi
Aceh menjadi harapan besar bagi Indonesia dalam upaya menyelamatkan populasi badak sumatera. Keberadaan badak sumatera di dalam ekosistem Leuser memberikan peluang besar untuk diselamatkan.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Penelitian ilmiah tentang badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) di Indonesia masih minim. Padahal, sumber ilmu pengetahuan dan literasi dari penelitian itu bisa menjadi bekal berharga menghadapi ancaman kepunahan pada satwa dilindungi ini.
”Riset badak sumatera masih minim. Berbanding terbalik dengan gajah, harimau, dan orangutan. Riset minim akibat perizinan yang kompleks dan literasi terbatas,” kata Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala Teuku Reza Ferasyi seusai membuka kelas konservasi badak di Banda Aceh, Kamis (22/9/2022).
Kelas konservasi itu digelar memperingati Hari Badak Sedunia setiap 22 September. Kegiatan itu digelar Forum Konservasi Leuser (FKL), Yayasan Hutan Alam Lingkungan Aceh, dan sejumlah lembaga konservasi lain.
Menurut Reza, momentum memberikan perhatian lebih besar pada badak kini terbuka lebar. Peluangnya bisa didapatkan lewat pembangunan Suaka Badak Sumatera di Aceh Timur.
Tempat yang bakal menjadi pusat konservasi dan pengembangbiakan badak ini bisa membuka peluang bagi akademisi untuk memperbanyak riset. Saat ini, Indonesia memiliki dua suaka badak, di Lampung dan Kalimantan Timur.
”Lewat ekosistem Leuser, Aceh menjadi harapan besar Indonesia untuk menyelamatkan populasi badak sumatera. Pembangunan suaka badak menjadi salah satu upaya memastikan satwa langka itu tetap hidup,” katanya.
Pengendali Ekosistem Hutan di Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh Tutia Rahmi mengatakan, badak di Leuseur berkembang biak cukup baik. Hal itu terpantau dari adanya anak badak dari kamera jebak.
Sejauh ini, populasi badak di Leuser bagian utara diperkirakan mencapai 15 individu. Namun, badak itu terfragmentasi dan terancam perburuan. ”Pembangunan suaka badak diharapkan segera rampung agar pengembangbiakan badak bisa dilakukan lebih ideal,” ujarnya.
Koordinator Konsorsium Badak Utara Dedi Yansyah mengatakan, badak sumatera adalah kekayaan Indonesia yang sangat berharga. Badak adalah satwa kunci atau payung yang keberadaannya sangat dibutuhkan alam. Badak dikenal sebagai penebar benih alami dan penjaga keseimbangan ekosistem.