Kualitas dan distribusi air perpipaan di Kota Medan perlu ditingkatkan agar masyarakat kembali menggunakannya sebagai sumber utama air minum. Hal itu penting setelah temuan kontaminasi BPA pada air minum galon.
Oleh
NIKSON SINAGA
·4 menit baca
NIKSON SINAGA
Warga mengambil air siap minum dari PDAM Tirtanadi di Jalan Sisingamangaraja, Medan, Sumatera Utara, Kamis (22/9/2022).
MEDAN, KOMPAS — Kualitas dan distribusi air perpipaan di Medan, Sumatera Utara, perlu ditingkatkan agar masyarakat bisa menggunakannya sebagai sumber utama air minum. Peningkatan itu penting di tengah temuan senyawa kimia berbahaya Bisphenol-A atau BPA pada air minum dalam kemasan galon yang sudah masif digunakan.
Kepala Bidang Komunikasi dan Publikasi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi Martha Tobing, di Medan, Kamis (22/9/2022), mengatakan, Kota Medan menjadi daerah dengan jumlah pelanggan terbanyak di Sumut. ”Jumlah sambungan PDAM di Kota Medan mencapai 457.444 pelanggan dan kami terus meningkatkan cakupannya,” katanya.
Sambungan PDAM itu pun mencapai 87 persen dari total 523.097 rumah tangga yang ada di Medan berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2019. Berdasarkan data tersebut, masih ada sekitar 65.000 rumah tangga yang belum mendapat sambungan air perpipaan dari PDAM.
Meski cakupannya cukup luas, masih banyak juga pelanggan yang tidak menggunakan air perpipaan sebagai sumber air minum karena sering ditemukan air keruh dan terdapat endapan jika dibiarkan di bak penampungan. Masyarakat di Medan pun umumnya menggunakan air minum galon sebagai sumber utama air minum. Air perpipaan hanya untuk keperluan mandi, cuci, dan kakus.
Martha menyebut, PDAM selalu menjaga kualitas air yang mereka produksi. Untuk Kota Medan dan sekitarnya ada enam instalasi pengolahan air minum, yakni Sibolangit, Limau Manis, Sunggal, Deli Tua, Hamparan Perak, dan Martubung. ”Kami menjamin kualitas air yang keluar dari instalasi pengolahan sesuai standar air siap minum. Kami selalu memeriksanya di laboratorium,” katanya.
Meski demikian, dia menambahkan, air yang sampai ke konsumen sering tercemar pada proses distribusi. Air tercemar umumnya karena pipa bocor, berkarat, atau ada endapan di pipa yang sudah lama. ”Kami pun selalu menyosialisasikan kepada pelanggan agar langsung melapor ke PDAM jika menemukan air yang tercemar,” ujar Martha.
Dorongan untuk kembali menggunakan air perpipaan sebagai sumber air minum muncul setelah temuan BPA pada air minum galon di enam daerah, yakni Medan, Bandung, Jakarta, Manado, Banda Aceh, dan Aceh Tengah. Hasil uji migrasi BPA pada galon air minum dalam kemasan berbahan polikarbonat pada 2021-2022 menemukan BPA melebihi ambang batas 0,6 bagian per juta (ppm).
BPA merupakan zat kimia pengeras plastik yang digunakan untuk memproduksi kemasan galon berbahan polikarbonat. Paparan BPA muncul pascaproduksi pada proses distribusi dan penanganannya keluar dari pabrik hingga sampai ke konsumen akhir.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Tumpukan galon air kemasan berbahan polikarbonat isi ulang siap dibawa ke Muara Gembong di muara Kali Rawa Malang, Cilincing, Jakarta Utara, Rabu (21/9/2022).
Kepala Biro Perekonomian Pemerintah Provinsi Sumut Naslindo Sirait mengatakan, setiap tahun Pemprov Sumut mengalokasikan penyertaan modal pemerintah daerah ke PDAM Tirtanadi. ”Kami berfokus meningkatkan cakupan distribusi dan kualitas air minum masyarakat,” ucapnya.
Naslindo mengatakan, kendala utama peningkatan distribusi air perpipaan adalah pembiayaan pembangunan karena harus membangun infrastruktur baru, membongkar struktur jalan, dan di beberapa tempat melintasi permukiman. Penyertaan modal daerah pun terbatas dan tidak mencukupi.
Di waktu-waktu tertentu, endapannya bisa sangat banyak.
”Kami selalu mendorong agar Pemerintah Kota Medan juga bisa membantu pembiayaan lewat skema hibah. Ini penting untuk meningkatkan pelayanan untuk warga,” kata Naslindo.
Untuk meningkatkan pasokan air dari hulu, PDAM juga baru menjalin kerja sama untuk penyediaan air baku. Selain itu, saat ini PDAM juga sedang membangun Instalasi Pengolahan Air Johor untuk memasok air ke daerah Medan Johor, Medan Selayang, dan sekitarnya. Pasokan air ke daerah itu sering mampet selama ini.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Pekerja membawa galon air kemasan berbahan polikarbonat di Cilincing, Jakarta Utara, Rabu (21/9/2022).
Kepala Ombudsman RI Perwakilan Sumut Abyadi Siregar menyebut, masyarakat banyak mengeluhkan kualitas dan debit air PDAM yang mengalir ke rumah. ”Masyarakat di Kota Medan terbiasa menggunakan air minum galon karena air PDAM kualitasnya perlu diperbaiki dan kadang mampet,” katanya.
Jahasien Tarigan (32), warga Medan Selayang, mengatakan, selama ini mereka tidak menggunakan air PDAM sebagai sumber air minum karena sering menemukan endapan jika dibiarkan di dalam bak air meskipun saat baru ditampung kelihatan bersih. ”Di waktu-waktu tertentu, endapannya bisa sangat banyak,” katanya.
Jahasiel mengatakan, temuan BPA dalam air minum galon pun cukup mengejutkannya. Selama ini, air minum dalam galon menjadi pilihan terakhir masyarakat karena kualitas air perpipaan dinilai kurang baik.