Dinas Pendidikan Surakarta Bantah Keluarkan Siswa Korban Kekerasan
Seorang siswi sekolah dasar di Kota Surakarta, Jawa Tengah, diduga mengalami kekerasan oleh temannya. Belakangan, tersiar kabar korban justru akan dikeluarkan dari sekolahnya. Namun, Dinas Pendidikan Surakarta membantah.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
JITET
Kekerasan di Sekolah
SURAKARTA, KOMPAS — Seorang siswi sekolah dasar di Kota Surakarta, Jawa Tengah, diduga mengalami kekerasan oleh temannya. Akibat tindakan tersebut, korban sempat mengalami kencing disertai darah. Belakangan, tersiar kabar korban justru akan dikeluarkan dari sekolah setelah peristiwa itu. Namun, Dinas Pendidikan Kota Surakarta membantah kabar tersebut.
Peristiwa kekerasan itu terjadi di SD Negeri 04 Karangasem, Surakarta. Waktu kejadian diperkirakan pada pekan ketiga Agustus lalu. Insiden itu ramai diperbincangkan setelah ada seorang warga yang melaporkannya secara daring ke Unit Layanan Aduan Surakarta (ULAS) pada 21 September 2022.
”Anak bermain/berantem, salah satu jadi korban sehingga kencing bercampur darah terus divisum. Akan tetapi, orangtua minta pendapat ke sekolah bukan keadilan atau kedamaian yang diterima. Malah dibuatkan surat pindah,” tulis si pengunggah.
Seorang guru sedang mengajar di SD Bonaventura Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Kamis (21/11/2013). Sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah percontohan yang menerapkan pendidikan tanpa kekerasan. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak (Unicef) menemukan sebagian besar anak-anak di Papua mengalami hukuman fisik di sekolah dan berupaya memutus mata rantai kekerasan itu.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Surakarta Dian Rineta tak menampik adanya kekerasan yang dialami oleh salah seorang siswa di sekolah tersebut. Bentuk kekerasannya berupa tendangan.
Namun, Dian menyebut, dalam peristiwa tersebut, antara korban dan pelaku tidak ada maksud melukai satu sama lain. Peristiwa itu dinilai terjadi karena salah paham. Apalagi, kedua pihak telah berteman sejak masih taman kanak-kanak (TK).
Dian menuturkan, kejadian itu berawal saat pelaku sedang ditegur oleh orang lain. Saat itu, korban melihat ke arah pelaku dari kejauhan. Namun, pelaku justru mengira korban sedang mengejeknya. Dia lalu mendekati korban dan menendangnya.
”Itu terjadi begitu saja. Tidak ada yang melaporkan ke sekolah juga awalnya, baik korban maupun yang menendang. Kejadian itu malah diketahui dari temannya. Temannya bilang, korban kencing berdarah, lalu baru diceritakan ke sekolah,” ucap Dian.
NINO CITRA ANUGRAHANTO
Sejumlah siswa bersiap mengikuti vaksinasi Covid-19 di SD Negeri Kleco 1, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Selasa (21/12/2021). Vaksinasi Covid-19 terhadap anak berusia 6-11 tahun, di Kota Surakarta, baru diselenggarakan perdana pada hari tersebut. Total sasarannya ada 57.000 orang dan ditargetkan rampung dalam dua bulan ke depan.
Dengan adanya kejadian itu, Dian menjelaskan, orangtua pelaku dan korban dipanggil ke sekolah. Orangtua pelaku disebut telah meminta maaf kepada korban dan orangtuanya. Namun, orangtua korban diduga masih kesal. Oleh karena itu, orangtua korban meminta agar pelaku dikeluarkan dari sekolahnya.
”Orangtua dari anak yang menendang sebenarnya sudah legawa. Dia menerima jika anaknya dikeluarkan. Tetapi, dua anak tersebut memang tidak dikeluarkan oleh kepala sekolah,” kata Dian.
Menurut Dian, pihaknya tidak bisa mengeluarkan anak dari sekolah begitu saja. Sebab, tindakan itu harus mempertimbangkan kondisi psikologis anak-anak. Apalagi, kedua anak yang berselisih masih sama-sama duduk di kelas IV SD. Sanksi dikeluarkan dari sekolah justru dikhawatirkan bakal mengganggu kondisi psikologis mereka.
Tidak ada yang melaporkan ke sekolah juga awalnya, baik korban maupun yang menendang.
NINO CITRA ANUGRAHANTO
Sejumlah orangtua menemani anaknya divaksinasi Covid-19 di SD Negeri Kleco 1, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Selasa (21/12/2021). Vaksinasi Covid-19 terhadap anak berusia 6-11 tahun, di Kota Surakarta, baru diselenggarakan perdana pada hari tersebut. Total sasarannya ada 57.000 orang dan ditargetkan rampung dalam dua bulan ke depan.
Oleh karena itu, Dian memaparkan, pihaknya lebih mengoptimalkan aspek pembinaan bagi warga sekolah. Pembinaan itu terutama berkait dengan pendidikan karakter, seperti gotong royong dan budi pekerti yang sebenarnya telah masuk dalam kurikulum pendidikan. Dinas Pendidikan Kota Surakarta juga mendorong sekolah supaya meningkatkan pengawasan guna mencegah terjadinya peristiwa semacam itu.
”Kami selesaikan kasus per kasusnya. Jadi, persoalan ini kasuistik, ya. Secara umum, kami minta juga pihak sekolah mengetatkan lagi pengawasannya di jam-jam istirahat,” kata Dian.
Kompas juga mendatangi pihak SD Negeri 04 Karangasem untuk mengonfirmasi pihak sekolah. Akan tetapi, pihak sekolah enggan memberikan komentar. Persoalan tersebut sepenuhnya diserahkan ke jajaran Dinas Pendidikan Kota Surakarta.