Tebing Runtuh di Purwokerto, Seorang Nenek Tertimbun
Longsor menimbun seorang nenek di Purwokerto. Warga yang tinggal di zona bahaya diminta segera pindah.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Tebing setinggi 10 meter dengan panjang 150 meter di tepi Sungai Pelus, Arcawinangun, Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, runtuh pada Senin (19/9/2022) malam. Seorang nenek bernama Susilowati (80) tertimbun longsoran. Pada Selasa (20/9) pagi, tim SAR gabungan masih berupaya mencari korban.
”Kemarin sore, pukul 17.00, arus sungai sudah banjir tinggi meski tidak hujan. Lalu, longsor terjadi sekitar pukul 19.30,” kata Surip (38), warga RT 004 RW 004 Arcawinangun, Selasa.
Surip yang saat itu sedang memindahkan sepeda motor di gang kaget lantaran rumah tetangganya ambrol. ”Ada yang teriak-teriak lalu lari keluar rumah. Ada yang kejatuhan parabola dan genteng, juga ada satu orang yang jatuh ke bawah,” katanya.
Kepala Kepolisian Sektor Purwokerto Timur Komisaris Sambas Budi Waluyo menyampaikan, ada tujuh rumah yang terancam runtuh karena posisinya memang berada di tebing terjal. ”Kalau dilihat posisinya memang cukup curam. Kemiringannya sampai 90 derajat. Itu benar-benar di pinggir tebing dan itu zona merah,” kata Sambas.
Menurut Sambas, atas kerawanan tersebut, warga sudah mendapatkan tempat relokasi baru yang disediakan pemerintah daerah di Cilongok. Akan tetapi, warga tetap menempati rumah yang berbahaya tersebut. ”Musibah ini juga terus mengancam setiap saat. Pemerintah daerah sudah memberi relokasi di Cilongok. Jadi, sebaiknya segera tinggalkan tempat ini karena ini sangat berbahaya,” tuturnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas Budi Nugroho menyampaikan, longsor di wilayah itu terjadi bukan kali ini saja. Tahun lalu, peristiwa serupa sudah pernah terjadi. ”Ini kejadian kedua dan pemerintah sudah merelokasi tujuh rumah di Cilongok. Mungkin karena kontak sosial sehingga mereka tetap kembali lagi ke rumah ini,” ujar Budi.
Di lokasi longsor, lebih dari 50 personel SAR gabungan, baik dari BPBD Banyumas, Basarnas Cilacap, Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), Taruna Siaga Bencana (Tagana), Banser Siaga Bencana (Bagana), Perlindungan Masyarakat (Linmas), maupun Celeng Rescue, berupaya mencari di mana korban tertimbun.
Pemerintah daerah sudah memberi relokasi di Cilongok. Jadi, sebaiknya segera tinggalkan tempat ini karena ini sangat berbahaya.
Tim dibagi menjadi tiga grup. Grup pertama berusaha mencari korban di tengah material longsor. Grup kedua mencari di kanan-kiri material longsoran, dan grup ketiga menyisir Sungai Pelus sejauh 1 kilometer untuk mencari korban yang dimungkinkan hanyut terseret arus. Kondisi arus sungai yang deras dari hulu serta ancaman guguran material longsor menjadi kendala dalam proses pencarian.
Berdasarkan catatanKompas.id (Selasa, 17/11/2020) longsor yang membawa duka juga pernah terjadi di Banyumas, tepatnya di Desa Bogangin dan Desa Banjarpanepen, Kecamatan Sumpiuh. Saat itu, dua orang tewas dan tiga orang tertimbun longsor.
Di Desa Banjarpanepen, korban tewas adalah satu keluarga yang sedang tidur. Selain karena kontur yang berbukit, karakter batuan tanah di Pegunungan Serayu Selatan yang mudah lepas akibat siraman air hujan dengan intensitas tinggi menjadi faktor pemicunya.
Pada 2009, di Desa Kemawi, Somagede, Banyumas, longsor juga pernah terjadi sehingga menyebabkan enam orang tewas (Kompas.id, 18/11/2020).