Keluarga Anak Korban Pemerkosaan di Manado Berharap Kasus Tuntas dari Viralitas Hotman Paris
Berbulan-bulan Heidy Said menanti keadilan bagi CT (10), anaknya yang meninggal setelah diduga mengalami pemerkosaan. Keadilan tak kunjung datang. Kini, ia menggantungkan kepastian hukum kepada sosok Hotman Paris.
Berbulan-bulan Heidy Said menanti keadilan bagi CT (10), anaknya yang meninggal setelah mengalami pendarahan hebat, diduga karena pemerkosaan. Namun, keadilan itu tak kunjung datang. Kini, ia menggantungkan kepastian hukum pada kekuatan viralitas serta kecerdikan pengacara kondang Hotman Paris Hutapea.
Heidy mengakui, rasanya sangat percuma lapor polisi. Sejak melapor di Kepolisian Resor Kota (Polresta) Manado, 28 Desember 2021, ia masih tak tahu apa yang menghambat kinerja kepolisian dalam mengungkap kasus ini. Bahkan, belum ada pihak mana pun yang bisa secara resmi dituding sebagai tersangka.
Ketidakjelasan itu memuakkan Heidy sejak awal. Rupanya hanya viralitas di media sosiallah yang bisa mendorong harapan Heidy terkait pengungkapan kasus ini. ”Nanti setelah saya viralkan pada Januari 2022, baru ada penanganan,” ujarnya.
Kepala Kepolisian Daerah Sulut Inspektur Jenderal Mulyatno menggelar konferensi pers pada 21 Januari 2022 bersama jajaran instansi daerah lainnya, seperti Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Sulut. Tim dokter dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof dr RD Kandou Manado, tempat CT dirujuk, bahkan ikut serta.
Saat itulah baru diumumkan kepada publik bahwa CT menderita pendarahan tanpa henti dari vaginanya. Pendarahan sulit berhenti karena ia menderita leukemia.
”Untuk menetapkan tersangka, kepolisian harus mengumpulkan informasi tentang kronologi kejadian, modus operandi, dan niat jahat pelaku sesuai Pasal 184 KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana). Penyidik masih berusaha keras membuktikannya sesegera mungkin,” kata Mulyatno.
Baca Juga: Polda Sulut Janji Segera Temukan Pelaku Kekerasan Seksual terhadap Bocah 10 Tahun
Namun, CT akhirnya meninggal tiga hari kemudian sebelum kepolisian mampu menetapkan tersangka. Saat itu, tim dokter RSUP Kandou menyatakan leukemia sebagai penyebab kematian, bukan dampak dari pemerkosaan meskipun sebelumnya dokter di RS Robert Wolter Monginsidi Manado, tempat awal CT dirawat, telah menyatakan ia mengalami kekerasan seksual.
Sebelum meninggal, kata Heidy, anaknya sempat menyebut dua nama yang diduga kuat sebagai pelaku. Dua orang itu juga tinggal di sekitar lingkungan rumah keluarga Heidy di Manado. Namun, keduanya belum ditahan karena memang belum ditetapkan sebagai tersangka sampai detik ini.
”Saya kecewa, tidak ada kepastian hukum. Anak saya sudah meninggal selama sembilan bulan, sementara terduga pelaku masih bebas menghirup udara segar. Beberapa kali saya bertemu di jalan, dia bersenang-senang dengan teman-temannya, tertawa sambil berteriak-teriak larut malam, entah sambil mabuk atau apa,” ujar Heidy.
Tetapi, setelah menteri pulang, hilang lagi kasus anak saya ini.
Kematian CT yang menyayat hati dan rasa kemanusiaan heboh lagi di media sosial. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati bahkan sampai datang untuk turut menguburkan jenazah CT pada keesokan harinya. ”Tetapi, setelah menteri pulang, hilang lagi kasus anak saya ini,” kata Heidy lagi.
Heidy tak mengerti apa yang menyulitkan kepolisian dalam menetapkan tersangka. Informasi yang ia terima sebatas belum terbitnya hasil tes kejiwaan dua orang yang disebut mendiang anaknya sebagai pelaku itu. Ia pun mengaku tak paham rumah sakit mana yang butuh sembilan bulan untuk menerbitkan hasil tes kejiwaan.
Ditanggapi Hotman
Karena itu, Heidy memutuskan kembali ke strategi semula. Pada berbagai platform, ia berupaya memviralkan lagi dugaan pemerkosaan terhadap anak semata wayangnya itu, seperti di Facebook, Instagram, TikTok, dan SnackVideo.
”Saya bagikan ke semua grup (Facebook) dari berbagai kota. Teman-teman juga ikut share. Tiba-tiba saya dengar saya dicari Bang Hotman,” katanya.
Baca Juga: Kekerasan pada Anak dan Perempuan Makin Kompleks
Minggu malam, Hotman Paris Hutapea, lewat video di akun resmi Instagramnya, menyatakan dirinya mengundang Heidy dan keluarganya untuk bertemu dengannya di Surabaya dan berkonsultasi hukum secara gratis, Sabtu (24/9). Segala biaya akomodasi, dari tiket pesawat sampai hotel, akan ditanggung.
Heidy pun seolah menemukan oase di tengah kekeringan. Kecerdikan Hotman, yang dipercaya kalangan selebritas dan konglomerat untuk berbagai urusan legal mereka, tak pernah ia ragukan. Bahkan, kepolisian pun ia sebut lagi-lagi pontang-panting bergerak setelah Hotman angkat bicara.
”Saya baru saja diantarkan SP2HP (surat pemberitahuan perkembangan hasil penyidikan) yang ketiga. Diantarkan seperti terburu-buru karena selama sembilan bulan baru dua SP2HP yang diberikan kepada saya. Bahkan, penyidik sendiri yang datang ke rumah saya, padahal biasanya diantarkan ke Pak Irwan (Mamonto), pengacara saya,” tuturnya.
Harapan Heidy akan kepastian hukum bagi anaknya kembali mengapung. Ia menyatakan akan mengikuti anjuran langkah-langkah hukum yang diberikan oleh Hotman melalui konsultasi gratis yang disebut sebagai Hotman 911.
Sejak dulu sudah banyak kasus pemerkosaan yang seolah terlupakan atau kebal hukum, atau si pelapornya ini pihak yang lemah.
Dihubungi terpisah, Hotman menyatakan program Hotman 911 memiliki misi utama menyelesaikan kasus-kasus ketidakadilan yang mengoyak rasa kemanusiaan. Ini juga merupakan perpanjangan dari apa yang sudah lama ia lakukan di Kopi Johny, salah satu rumah kopi tempatnya memberikan konsultasi hukum gratis kepada masyarakat.
”Ini sudah bertahun-tahun saya lakukan, jadi diformalkan dengan Hotman 911. Sejak dulu sudah banyak kasus pemerkosaan yang seolah terlupakan atau kebal hukum, atau si pelapornya ini pihak yang lemah. Mereka ini yang kita tolong,” ucapnya.
Hotman pun mengaku sudah mendengar permintaan bantuan Heidy sejak lama. Ia sempat berencana pergi ke Manado, tetapi jarak penerbangan yang jauh dari Jakarta menjadi kendala.
Kematian CT pun ia sebut sebagai kasus yang tidak wajar karena penetapan tersangka sampai harus memakan waktu berbulan-bulan. ”Anak kecil yang masih polos menyebut nama (pelaku), saya yakin dengan (perkataan) itu. Tetapi, tentu saya tidak sembarangan, tetap mengedepankan analisis hukum,” ujarnya.
Baca Juga: Kekerasan Seksual Mendominasi Kriminalitas di Sulut
Hotman tak ragu memamerkan keberhasilan Hotman 911. Selama sebulan terakhir, ada enam kasus yang ia tanggapi hingga menjadi viral di media sosial. Dampaknya bahkan instan. Aparat tiba-tiba langsung bergerak, baik itu kasus sekecil pencurian cokelat batang di Alfamart di Cisauk, Tangerang, sampai kematian santri di Pesantren Gontor, Ponorogo. Dua hari setelah ia tanggapi, kepolisian menetapkan tersangka.
Ada pula kasus anggota DPRD Kota Palembang, M Syukri Zen, yang menghajar seorang wanita di salah satu stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Syukri akhirnya dipecat dari Partai Gerindra setelah Hotman turut bersuara soal penganiayaan tersebut. Terakhir, ia juga membantu penyelesaian kasus pemerkosaan anak 13 tahun di Jakarta Utara oleh empat pelaku.
”Misi saya memviralkan kasus ini adalah agar dapat perhatian. Terbukti, semuanya tokcer. Saya tahu ’menyerang’ (secara hukum) dari aspek mana dan publik percaya sama saya dari segi kualitas. Tidak ada motivasi uang apa pun, pro bono. Kan, klien saya konglomerat semua,” kata Hotman.
Kepercayaan publik kepada Hotman terbukti dari ratusan pengaduan ketidakadilan terhadap rakyat kecil yang ia terima setiap hari dari seantero negeri. Namun, ia tak bisa menanggapinya satu per satu. Hanya kasus-kasus yang benar-benar menyayat rasa kemanusiaanlah yang ia tanggapi.
Silakan jika keluarga, kuasa hukum, dan masyarakat yang dapat membantu proses penyidikan kasus tersebut (ikut serta).
Jika belum viral, kasus itu otomatis akan viral setelah ia angkat bicara. ”Walau di Instagram (pengikut) saya cuma 7,1 juta, apa pun yang saya komentari di situ selalu viral, selalu ditulis ulang oleh wartawan lokal. Kalau sudah jutaan orang kasih komentar, pasti pimpinan Polri kasih perhatian serius,” ujar Hotman penuh keyakinan.
Aktivitas Hotman ini pun menunjukkan bahwa fenomena penindakan hukum melalui ”delik viral” semakin sering ditemui di negeri ini. Namun, Hotman menolak mengomentarinya. ”Saya fokus di substansi saja. No politics for me,” ucapnya.
Kembali ke kasus Heidy di Manado, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Manado Sugeng Wahyudi Santoso mengatakan, dugaan pemerkosaan terhadap CT tidak ditinggalkan. Kasus ini sudah dalam tahap penyidikan dan kepolisian masih fokus mencari minimal dua alat bukti.
Sugeng juga menyatakan pemeriksaan kejiwaan kepada terduga pelaku sudah ia terima. “Hasil visum et repertum psychiatricum sudah diterima dan akan dilakukan pemeriksaan terhadap hasil ahli tersebut,” katanya.
Baca Juga: Gema Stop Kekerasan Seksual yang Kian Nyaring
Sugeng pun menyatakan tak keberatan jika pengacara sekelas Hotman Paris sampai ikut serta mengatasi masalah tersebut. ”Silakan jika keluarga, kuasa hukum, dan masyarakat yang dapat membantu proses penyidikan kasus tersebut (ikut serta). Kami dengan senang hati menerima informasi terkait kasus tersebut,” tuturnya.
Lalu, bagaimana jika kasus tersebut tetap tak tuntas? Apakah Hotman mau mengambil langkah lebih dari sekadar konsultasi hukum, seperti menjadi pengacara keluarga CT? ”Pertemuan (dengan Heidy) ini untuk pelajari kasus ini lebih lanjut. Nanti kita lihat, deh,” kata Hotman.