Festival Jerami, Wujud Syukur Kesuburan Tanah Banyumas
Festival Jerami digelar di Pangebatan, Karanglewas, Banyumas. Tujuannya, wujud syukur atas negeri yang subur.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·2 menit baca
Budaya
PURWOKERTO, KOMPAS — Rangkaian kegiatan seni dan budaya Festival Jerami digelar di Lapangan Pangebatan, Kecamatan Karanglewas, Banyumas, Jawa Tengah, Minggu (18/9/2022). Puluhan boneka atau orang-orangan sawah dari jerami dipamerkan. Sejumlah tarian digelar sebagai wujud syukur masyarakat atas tanah yang subur.
Orang-orangan sawah itu didandani memakai kaus, sarung, hingga daster berbaris di sekitar lapangan desa. Mereka dihias seperti fungsinya di sawah, mengusir burung-burung pemakan padi.
Meski digelar di tengah lapangan dengan terik matahari yang menyengat, ratusan warga serta puluhan penari antusias mengikuti rangkaian prosesi acara. Gebyar tarian serta nyanyian bertema syukur atas kesuburan Nusantara juga dilantunkan.
”Ingat wahai anak cucuku, tanah sehat, bumi subur adalah gudang saripati yang kita makan setiap hari. Hamparan sawah bukan datang tiba-tiba. Ingat anak cucuku, hamparan sawah bukan datang tiba-tiba, tapi yang mencetak adalah leluhur kita,” kata seniman Titut Cowongsewu, inisiator Festival Jerami, berorasi budaya dalam acara itu.
Titut mengatakan, jerami di sawah merupakan bagian kerja keras para petani. Dari sana, beras dihasilkan untuk pangan manusia.
”Jangan lupa, petani adalah pahlawan. Mereka menanam padi untuk kita semua,” tuturnya.
Ketua Panitia Festival Jerami Vani Agus Setiawan menyebutkan, pergelaran ini dimeriahkan 200 penari serta 25 pelukis. Selain itu, ada juga 17 peserta lomba pembuatan boneka atau memedi (orang-orangan sawah) dari jerami. Acara ini dilakukan sebagai wujud syukur atas lahan subur yang manfaatnya dirasakan warga.
”Harapannya kolaborasi warga dan seniman ini ke depannya jadi pergelaran tahunan,” ujarnya.
Sejauh ini, minat warga cukup baik. ”Senang bisa ikut meramaikan acara ini. Di sini memang masih banyak sawah dan kita diajak bersyukur,” ujar Prakoso Dunung Panggalih (15), warga yang ikut dalam rangkaian ogoh-ogoh.