Pengembangan Wisata Candi Dilakukan dengan Konten Digital
Pengembangan melalui konten digital perlu dilakukan demi menjawab tantangan perkembangan zaman di masa sekarang.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS- PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko berkomitmen mengembangkan wisata di kawasan Candi Borobudur, melalui konten-konten digital. Pengembangan melalui konten digital perlu dilakukan demi menjawab tantangan perkembangan zaman di masa sekarang.
”Pengembangan melalui konten digital mendesak harus dilakukan karena kalangan wisatawan terutama generasi muda, membutuhkan tantangan berwisata yang lebih seru daripada hanya berjalan-jalan dan melihat-lihat saja,” ujar Marketing and Sales Vice President PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, Pujo Suwarno, saat ditemui, Sabtu (17/9/2022).
Berdasar pada alasan itulah, untuk pertama kalinya, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, menggelar Borobudur Creative Race (Brace) dan kompetisi Junior Archaeologist, Sabtu (17/9/2022).
Brace kali ini diikuti oleh 15 tim, di mana satu tim terdiri dari tiga hingga empat orang. Bemula dari Taman Lumbini di kompleks Taman Wisata Candi Borobudur, masing-masing tim berlomba menyelesaikan tantangan yang ada di lima balai ekonomi desa (balkondes) di lima Kecamatan Borobudur. Dalam ajang ini, setiap capaian yang diperoleh setiap tim wajib untuk diunggah di media sosial.
Sementara itu, Junior Arcaheologist diikuti oleh 13 tim, di mana masing-masing terdiri dari tiga hingga empat orang. Dalam ajang ini, setiap tim berlomba memainkan aplikasi permainan digital yang bersumber dari cerita di relief Candi Borobudur.
Pengembangan wisata melalui konten-konten digital, menurut Pujo, tetap dilakukan dengan mengedepankan tujuan untuk lebih mengeksplorasi sejarah terkait dengan Candi Borobudur dan potensi yang ada di sekitar kawasan candi. Jika dalam ajang Junior Arcaheologist dilakukan dengan permainan digital yang bersumber dari cerita relief, dalam ajang Brace, semua tantangan bagi peserta sengaja memakai potensi unggulan di tiap desa yang dikunjungi.
Di Balkondes Borobudur, misalnya, peserta mendapat tantangan untuk menirukan gerakan tari jathilan, yang menjadi kesenian khas desa. Sementara di Balkondes Borobudur, peserta diminta untuk melukis, menghias produk kerajinan gerabah buatan warga. Adapun gerabah adalah produk kerajinan unggulan Desa Karanganyar.
Pujo mengatakan, Brace akan menjadi ajang rutin yang digelar tiap tahun. Dalam setiap pelaksanaannya, dia memastikan pembaruan dan pengembangan konten digital akan terus dilakukan.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dalam sambutannya yang dibacakan oleh Kepala Biro Infrastruktur dan Sumber Daya Alam Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Dadang Soemantri, mengatakan, kunjungan wisatawan ke Candi Borobudur jangan lagi melulu berhenti pada kunjungan fisik candi. Saat ini, pengembangan wisata juga harus dilakukan agar mampu untuk lebih mengeksplorasi pesona dan potensi yang ada di sekitar kawasan candi.
Dadang yang hadir mewakili Ganjar mengapresiasi upaya kreatif PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, yang telah menggelar ajang Brace. Kreativitas semacam ini sangat diperlukan untuk menghidupkan kembali keterpurukan dunia pariwisata selama pandemi.
Tahun 2021, jumlah wisatawan domestik yang datang ke Jawa Tengah terdata masih turun 5,7 persen, dan kunjungan wisatawan mancanegara bahkan turun 97 persen dibandingkan dengan sebelum pandemi Covid-19. Namun, tahun ini, jumlah pengunjung diharapkan bisa kembali meningkat. Jumlah wisatawan tahun 2022 ditargetkan mampu mencapai lebih dari 11,5 juta wisatawan.
Pujo mengatakan, jumlah kunjungan wisatawan ke Candi Borobudur saat ini telah berangsur membaik. Jumlah wisatawan pada hari biasa berkisar 2.000-3.000 orang per hari, dan pada akhir pekan terdata berkisar 4.000-6.000 orang per hari. Hingga bulan ini, jumlah pengunjung Candi Borobudur telah memenuhi target sebanyak 1,2 juta orang sehingga target tahun ini dipastikan akan mampu terlampaui.