Masih banyak orang di Sulawesi Utara yang tak pernah merasakan kelezatan sashimi tuna. Padahal, mereka tinggal di provinsi bahari yang diapit perairan Wilayah Pengolahan Perikanan 715 dan 716 dengan hasil tuna berlimpah.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·5 menit baca
Entah bagaimana ceritanya, Otan (15) belum pernah mengecap nikmat dan segarnya sashimi tuna. Padahal, ia lahir dan besar di Sulawesi Utara, sebuah provinsi bahari dengan hasil tangkapan tuna begitu berlimpah dan konon ”hanya mati sekali” sebelum dihidangkan di atas meja makan.
Baru pada Sabtu (17/9/2022), siswa SMK Negeri 2 Manado itu dipertemukan dengan sashimi tuna. Sebuah pesta rakyat yang dinamai Festival Tuna (Fena) Sulut digelar di kawasan bisnis Megamas. Warga dan wisatawan diundang untuk makan 500 kilogram sashimi secara gratis untuk menyambut ulang tahun ke-58 Provinsi Sulut.
Sambil menyeka keringat di bawah mentari pagi, Otan pun melahap irisan-irisan tipis tuna loin mentah yang dilumuri saus hitam yang berbahan kecap manis dan asin, daun kemangi, bawang merah dan putih, cabai, serta jahe dan serai. Tak lupa ia taburkan kacang tanah tumbuk.
Daging ikan itu sangat segar dengan rasa asin yang natural, tanpa bahan tambahan apa pun. Perpaduannya dengan saus yang dominan asin sekaligus manis dan pedas, juga harum karena kemangi, begitu sempurna, sukses memanjakan lidah.
”Ini baru pertama kali karena belum terbiasa (makan ikan mentah). Ternyata rasanya enak. Yang bikin enak sausnya, ikannya juga segar, fresh,” kata Otan yang datang ke Fena bersama kawan-kawannya.
Joel (16), siswa SMKN 2 Manado, juga mengaku baru pertama kali mencoba sashimi tuna. Dengan lahap, ia menyantap satu demi satu irisan tuna mentah yang diberikan panitia.
”Enak sekali. Selama ini belum pernah coba karena tidak ada yang jual,” katanya.
Pengunjung lain, Alex Pontolongan (61), bahkan mengatakan tidak sekadar suka, tetapi sangat menggemari sashimi. Berkali-kali sudah ia memakannya, tetapi tak pernah bosan.
”Ini juga sangat bergizi. Saya harap ini bisa semakin umum dijual supaya bisa mengembangkan UKM (usaha kecil dan menengah) yang ada di Manado,” kata pria yang sehari-hari mengojek daring itu.
Sejak Fena Sulut dimulai sekitar pukul 08.30 Wita, warga yang sebagian besar baru selesai berolahrga sudah mengantre untuk mengambil ikan. Mereka sudah mendaftar secara daring melalui situs web Fena Sulut dan mendapat kode respons cepat (QR). Panitia akan memindainya, lalu memberikan sepaket sashimi tuna seberat 100 gram.
Hingga pukul 11.00 Wita, hampir 1.000 orang telah datang untuk menikmati sashimi tuna yang tersedia. Koordinator acara Fena Sulut dari penyelenggara acara (event organizer) de Gendis, Linda Setiawati, berharap setidaknya 2.500 orang turut serta dalam acara itu demi memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (Muri).
”Tetapi sampai sekarang sudah 4.000 orang yang mendaftar. Kami sudah antisipasi dan menyiapkan lebih dari 5.000 porsi. Ada juga sashimi dari pemotongan live tuna loin nanti sore oleh ICA (Indonesian Chef Association),” kata Linda.
Daging tuna loin yang disediakan untuk Fena Sulut berasal dari 12 pabrik dan unit pengolahan ikan (UPI) terbesar di Bitung, pusat industri perikanan di Sulut. Semuanya telah memiliki sertifikat Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (HACCP). Maka, sekalipun mentah, kebersihannya terjamin karena sashimi dikemas dalam wadah yang tersegel rapat dan disimpan dalam kotak es.
Menggairahkan pasar lokal
Sashimi terbuat dari tuna loin, yaitu potongan memanjang dari seperempat bagian badan ikan tuna, tidak termasuk kepala, tulang tengah, ataupun ekornya. Tuna loin selalu dikemas dalam keadaan segar dan dingin atau beku. Penyimpanan pun harus hati-hati. Daging tuna loin tak boleh bersentuhan langsung dengan es demi mencegah kontaminasi bakteri dan virus.
Kepala Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Manado Muhlin mengatakan, tuna loin yang terbuat dari daging tuna terbaik, yaitu grade (kelas) A dan B, hampir semuanya terserap untuk ekspor. Hal ini tecermin dari data BKIPM.
Sepanjang semester pertama 2022, volume ekspor perikanan Sulut mencapai 11.125,01 ton, melejit 10,59 persen dari semester pertama 2021. Nilainya pun meningkat drastis sebesar 42,95 persen menjadi 78,56 juta dollar AS.
Menurut Muhlin, hampir semua konten ekspor itu adalah ikan tuna grade A dan B, baik dalam bentuk ikan kaleng, beku, segar, dan asap. Jumlah itu bahkan hampir mendekati jumlah tangkapan tuna tahunan yang tercatat di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bitung selama 2017-2020, yaitu 16.000-17.000 ton.
Masyarakat Sulut justru lebih banyak mengonsumsi potongan lain dari tuna, seperti dada dan rahang serta ikan tuna grade C. ”(Festival) Ini bahan promosi kita. Jangan kita ekspor semua sashimi ini. Kita kasih tahu ke masyarakat bahwa ada sashimi yang ternyata enak juga,” kata Muhlin, seraya berharap Fena Sulut dapat mendorong kemunculan kedai-kedai sashimi tuna.
Harapan ini senada dengan angan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Cukai (Kanwil DJBC) Sulawesi Bagian Utara Erwin Situmorang. Menurut dia, sashimi bisa menjadi cara baru bagi orang Manado dan Sulut secara umum untuk menikmati daging tuna.
Apalagi, sashimi sangat kaya nutrisi, seperti protein, omega 3, dan vitamin B12, yang berperan sangat penting dalam pembentukan sel darah merah. Kendati begitu, sashimi memang begitu jarang ditemui di Manado, bahkan Bitung yang merupakan salah satu pusat industri pengolahan ikan terbesar di Indonesia.
Dari hasil penelusuran, hanya satu restoran di Manado yang menyajikan sashimi, sedangkan di Bitung empat rumah makan dan restoran. ”Nah, kenapa kita sendiri tidak makan? Dengan festival dan pemecahan rekor makan sashimi, kami ingin masyarakat lebih tahu dan paham bahwa ada cara makan tuna yang juga bagus,” kata Erwin.
Ke depan, ia berharap Sulut dapat dikenal sebagai provinsi tuna sehingga sektor pariwisata akan terdongkrak pula. ”Makanya, kami berkolaborasi dengan pemerintah daerah dan pengusaha untuk mengenalkan sashimi ke masyarakat. Masa kita heboh ekspor terus, tetapi masyarakat kita sendiri tidak pernah merasakan?” kata Erwin.
Pesta sashimi di Manado berlangsung hingga Sabtu malam. Erwin senang karena antusiasme masyarakat sangat baik, melihat jumlah pendaftar yang jauh melampaui target. Ia pun memastikan akan dapat melayani 5.000 peminat sashimi sepanjang hari, bahkan lebih.