Sulitnya Mencari Air Minum yang Sehat dan Aman di Kota Medan
Temuan senyawa kimia BPA pada air minum galon menambah kesulitan masyarakat mencari air yang aman. Air kemasan pilihan terakhir di tengah rendahnya cakupan air perpipaan. Lalu, ke mana masyarakat harus mencari air minum?
Oleh
NIKSON SINAGA
·5 menit baca
KOMPAS/NIKSON SINAGA
Air minum dalam kemasan galon dijual di sebuah toko di Medan, Sumatera Utara, Rabu (14/9/2022). Badan Pengawas Obat dan Makanan meminta produsen, distributor, hingga konsumen menghindari galon dari sinar matahari langsung dan benturan untuk menekan migrasi BPA dari kemasan ke air minum.
Temuan Bisphenol-A atau BPA pada air minum dalam kemasan galon di enam daerah menambah kesulitan masyarakat mencari air yang sehat dan aman. Selama ini, air kemasan galon menjadi pilihan terakhir di tengah rendahnya cakupan dan kualitas air perpipaan. Lalu, harus ke mana lagi masyarakat mencari air minum yang sehat dan aman.
Jahasiel Tarigan (32), warga Padang Bulan, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan, Sumatera Utara, terkejut mendapat informasi tentang temuan paparan BPA pada air minum dalam kemasan (AMDK) galon. Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) menemukan paparan BPA melebihi ambang batas di enam daerah, yakni Medan, Bandung (Jawa Barat), Jakarta, Manado (Sulawesi Utara), Banda Aceh (Aceh), dan Aceh Tengah (Aceh).
”Keluarga kami selama ini menggunakan air minum galon karena kami pikir aman dan sehat. Itu juga pilihan terakhir karena pasokan air dari perpipaan terkadang kotor dan berbau. Kalau sudah begini, kami harus mencari minum ke mana lagi,” kata Jahasiel.
Hasil uji migrasi BPA pada periode 2021-2022 yang dilakukan Badan POM menemukan kandungan BPA dalam air di galon di enam daerah melebihi ambang batas 0,6 bagian per juta (ppm). Di Medan, ditemukan kandungan BPA dalam air kemasan galon mencapai 0,9 ppm.
Peta sebaran kontaminasi bisphenol-A dari kemasan air minum galon ke dalam air minum.
BPA merupakan zat kimia pengeras plastik yang digunakan untuk memproduksi kemasan galon berbahan polikarbonat. Paparan BPA muncul pascaproduksi pada proses distribusi dan penanganannya keluar dari pabrik hingga sampai ke konsumen akhir.
Paparan berlebih pada air berbahaya jika dikonsumsi tubuh. Selain dapat mengganggu sistem reproduksi dan sistem kardiovaskular, BPA juga bisa memicu kanker, diabetes, obesitas, dan penyakit ginjal. Perkembangan otak juga terganggu, khususnya pada anak.
Paskah Michael (30), warga Kecamatan Medan Baru, juga merasakan ketakutan yang sama setelah mendengar adanya paparan BPA dalam air minum galon. Meskipun ia mendapat akses air pipa dari perusahaan daerah air minum (PDAM), ia tetap memilih air galon.
”Air pipa PDAM ada endapannya dan kadang berbau. Jadi kami tidak yakin menggunakannya untuk kebutuhan minum. Selama ini kami terpaksa menggunakan air galon,” kata Paskah.
Tidak menduga
Paskah menyebut, ia tidak menduga kalau air galon mengandung bahan kimia berbahaya. Karena harganya yang sangat mahal dibanding air PDAM, selama ini ia percaya kalau pengolahan dan distribusi air galon dilakukan dengan standar kesehatan dan keamanan yang tinggi. Air galon juga dipilih karena lebih praktis dan tidak perlu dimasak.
Air minum dalam galon dijual di salah satu minimarket di Medan, Sumatera Utara, Selasa (13/9/2022).
Kepala Badan POM Penny Lukito, di Jakarta, Selasa (7/6/2022), mengatakan, terkait temuan BPA dalam air galon, Badan POM akan segera mewajibkan pemasangan label peringatan bahaya senyawa BPA pada kemasan makanan dan minuman jenis polikarbonat, termasuk di galon air. Lukito menyampaikan hal tersebut usai bertemu akademisi, praktisi, dan anggota DPR terkait temuan BPA pada AMDK di enam daerah.
Lukito menyebut, Badan POM dan sejumlah pihak sejak tahun lalu sudah mulai membahas revisi Peraturan Badan POM Nomor 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan. ”Harmonisasi revisi peraturan ini sudah selesai dilakukan dan sudah diajukan ke Sekretariat Kabinet. Semua landasan ini sudah menjadi dasar yang kuat mengapa harus direspons dengan regulasi,” ujarnya.
Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan BPOM Medan Martin Suhendri mengatakan, mereka juga telah mengedukasi produsen dan distributor agar menangani air minum dalam kemasan galon dengan lebih baik untuk menekan migrasi BPA. Prinsipnya adalah menghindari radiasi ultraviolet matahari, benturan galon, goresan, dan gesekan saat pencucian. Migrasi BPA juga dipengaruhi ketebalan, berat, dan umur material galon.
”Sangat penting dilakukan edukasi terhadap masyarakat, khususnya terkait penanganan air minum dalam kemasan galon mulai dari produsen, distributor, toko, sampai konsumen,” kata Martin.
Pantauan Kompas, migrasi BPA sangat mungkin terjadi di sepanjang jalur distribusi air galon mulai dari produsen sampai ke konsumen. Air minum galon diolah dan dikemas ke dalam galon di pabrik yang berada di dekat mata air di daerah pegunungan, seperti di Kabupaten Karo, Sumut.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN (HAS)
Pekerja menata galon air minum dalam kemasan (AMDK) di sebuah gudang distributor di kawasan Kalibata, Jakarta. Ketegasan regulasi untuk mengatur peran swasta dan kuatnya komitmen pendanaan pemerintah akan menunjukkan ada kontrol negara terhadap pengusahaan sumber daya air.
Bonus
Dari pabrik, air kemasan galon lalu diangkut ke gudang distributor di Medan menggunakan truk bak terbuka sehingga terpapar sinar matahari langsung. Air kemasan galon lalu diangkut menggunakan truk bak terbuka dengan ukuran lebih kecil ke toko-toko atau minimarket. Di Toko dan minimarket, sebagian besar galon dipajang di tempat yang terpapar sinar matahari langsung. Galon lalu diangkut dengan becak atau sepeda motor ke konsumen akhir.
Murdelina Nainggolan (40), pemilik toko di Jalan Mayjen DI Panjaitan, Medan, mengatakan, mereka tidak pernah diberi tahu distributor tentang penanganan AMDK galon. Ia menempatkan galon di bagian depan toko sehingga terpapar sinar matahari langsung pada pagi hingga siang. ”Kami malah mendapat bonus dari distributor kalau memajang produk di depan toko,” kata Murdelina.
Menurut Murdelina, benturan dan goresan pun tidak terhindarkan saat menurunkan AMDK galon dari truk ke dalam toko. Distributor hanya punya dua pekerja untuk menurunkan 200 galon di tokonya. Mereka pun menurunkan dengan menggelindingkannya dari bak truk menggunakan papan sehingga langsung terbentur ke lantai.
Evi Naria, pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU) pada paparannya dalam sarasehan ”Upaya Perlindungan Kesehatan Masyarakat melalui Regulasi Pelabelan Bisphenol A pada Air Minum dalam Kemasan”, di Medan, mengatakan, tren penggunaan air minum dalam kemasan semakin meningkat setiap tahun.
Selain karena akses air perpipaan yang terbatas, air dalam galon juga lebih praktis, penyajian lebih cepat, nyaman, dan mudah digunakan. Saat ini, jumlah konsumen air galon mencapai 85 juta orang. Produksi air minum mencapai 21 miliar liter per tahun dan sebanyak 22 persen di antaranya diproduksi dalam galon.
”Sejauh ini, 96,4 persen bahan galon adalah polikarbonat tapi kemasan yang bebas BPA baru 3,6 persen,” kata Evi.
Oleh karena itu, perlindungan konsumen air minum galon dinilai sangat penting dan mendesak. Jika air yang terkontaminasi diminum, BPA secara cepat dapat diserap sistem pencernaan dan meniru struktur dan fungsi hormon esterogen. Akibatnya, dapat memengaruhi proses tumbuh, seperti perbaikan sel, perkembangan janin, tingkat energi dan reproduksi, hingga kesuburan.
Kelompok populasi berisiko tinggi adalah bayi, anak-anak, dan ibu hamil. Kini, banyak negara melarang penggunaan BPA , seperti Perancis, Negara Bagian California di Amerika Serikat, Denmark, Malaysia, Australia, dan Swedia.