Penerbangan Langsung dari Jeju, Korsel ke Manado Dibuka mulai Desember 2022
Pemprov Sulawesi Utara menandatangani nota kesepahaman dengan Jeju Air, maskapai penerbangan asal Korea Selatan, untuk membuka rute penerbangan langsung antara Pulau Jeju dan Manado. Penerbangan perdana Desember 2022.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara menandatangani nota kesepahaman dengan Jeju Air, maskapai penerbangan asal Korea Selatan, untuk membuka rute penerbangan langsung antara Pulau Jeju, Korsel, dan Manado, Sulut. Penerbangan perdana akan dilangsungkan pada Desember mendatang.
Penandatanganan nota kesepahaman (MOU) ini dilaksanakan di rumah Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan Gandi Sulistiyanto di Seoul, Jumat (16/9/2022). MOU itu ditandatangani oleh Gubernur Sulut Olly Dondokambey dan Chief Executive Officer (CEO) Jeju Air Kim E-bae. Acara yang disiarkan melalui konferensi video itu juga dihadiri Presiden ke-5 Indonesia Megawati Soekarnoputri setelah menjadi pembicara dalam Jeju Peace Forum.
Mewakili Pemerintah Indonesia, Sulistiyanto mengatakan, kesepakatan yang tercapai antara Pemprov Sulut dan Jeju Air sangatlah bersejarah karena belum pernah dilakukan pemerintah daerah mana pun sebelumnya. ”Desember nanti, kalau semua proses berlangsung lancar, pesawat Jeju Air akan bisa terbang perdana dari Korea (Selatan) menuju Manado,” ujarnya.
Sulistiyanto meyakini, konektivitas Jeju-Manado dapat menggerakkan kembali pariwisata Indonesia yang babak belur karena pandemi. Pada 2019, sebanyak 16,11 juta wisatawan mancanegara (wisman) berkunjung ke Indonesia. Namun, pada 2021, kunjungan merosot jauh ke 1,65 juta wisatawan saja.
Setelah pandemi mereda, minat wisman melancong ke Indonesia belum pulih. Selama Januari-April 2022, kata Sulistiyanto, hanya sekitar 111.000 wisman yang tercatat masuk ke Indonsia. ”Ini keadaan yang memilukan, tetapi dengan pandemi yang kita harapkan segera berakhir, sedikit demi sedikit akan ada lagi turis Indonesia ke Korea, dan sebaliknya,” ujarnya.
Pembukaan rute Jeju-Manado yang dilayani oleh maskapai penerbangan berbiaya rendah itu, menurut dia, akan meningkatkan pula kualitas hubungan bilateral Indonesia-Korea Selatan yang tahun ini berusia setengah abad. Konektivitas ini akan memberikan kesempatan bagi Korea Selatan untuk mendekatkan kultur populer Korea (K-pop) kepada penggemarnya di Sulut.
Untuk sementara, Jeju Air hanya akan melayani penerbangan pergi-pulang dari Pulau Jeju ke Manado. Namun, Sulistiyanto menyebut, Jeju Air meminta dibuka pula penerbangan ke Jakarta, Bali, Batam, Pulau Lombok, dan Yogyakarta.
Gubernur Sulut Olly Dondokambey mengatakan, Sulut dapat menjadi simpul penghubung antara Korea Selatan dan daerah-daerah lain di Indonesia. Sebab, lama tempuh perjalanan dari Jeju ke Manado hanya sekitar lima jam, jauh lebih singkat ketimbang ke Jakarta yang dapat memakan waktu lebih dari 11 jam.
”Manado sangat mungkin menjadi hub. Dari Manado ke Bali, misalnya, kalau (penerbangan) langsung hanya sekitar 1,5 jam. Bisa lebih nyaman karena tidak makan waktu terlalu panjang,” ujar Olly.
Para wisatawan dari Korea Selatan juga tak perlu khawatir kesulitan mendapatkan visa karena fasilitas visa saat kedatangan (visa on arrival/VOA) tersedia di Bandara Sam Ratulangi, Manado. Infrastruktur terkait pariwisata juga sudah mumpuni, terutama hotel.
”Saya informasikan, Desember ini Manado Marriott Resort and Spa sudah siap. Sudah ada 250 kamar yang bisa dioperasikan. Jadi, fasilitas hotel dan pariwisata sudah sangat mendukung untuk kedatangan para turis dari Korea,” kata Olly tentang hotel yang terletak di Likupang Barat, Minahasa Utara, itu.
Ia juga meyakini, gelombang wisatawan dari Manado ke Korea Selatan akan sangat besar. Apalagi, menurut dia, terdapat beberapa kesamaan kultural antara Sulut dan Korea Selatan. ”Kalau di sini (Korea Selatan) banyak ginseng, di Sulut juga ada ginseng. Di sini ada soju, di Sulut ada cap tikus,” ujarnya berkelakar.
CEO Jeju Air Kim E-bae mengatakan, rute penerbangan Jeju-Manado akan membantu Jeju Air memperluas jaringan konektivitasnya. Dia menyebut, potensi Indonesia sangat besar karena keindahan obyek pariwisata alamnya.
Namun, Kim meminta komitmen Pemprov Sulut dan pemerintah pusat untuk mempromosikan Manado kepada publik Korea Selatan. Apalagi, menurut dia, orang Korea lebih memercayai agen perjalanan yang memenuhi selera mereka.
”Sebagai salah satu opsi (destinasi), Manado sedikit tidak terkenal di kalangan agensi Korea. Agar Manado terlihat sebagai tempat yang menarik bagi orang Korea, mereka harus tahu dulu Manado, baru orang Korea akan ramai-ramai mengunjungi Manado. Kami mohon bantuan dari pemerintah di Manado dan Indonesia,” kata Kim.
Kim juga menyatakan akan berusaha keras membuka jalur penerbangan ke Bali, Yogyakarta, Jakarta, Batam, dan Lombok. Dengan begitu, jumlah penerbangan Korea-Indonesia yang selama ini masih sangat sedikit, yakni hanya 23 kali per minggu, bisa meningkat. ”Kami yakin perusahaan kami bisa memajukan ekonomi Indonesia dan Korea,” ujarnya.
Sementara itu, ratusan agen perjalanan wisata di Sulut yang tergabung dalam Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Sulut belum melakukan persiapan khusus terkait MOU tersebut. Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Asita Sulut Moudy Paat menyatakan dirinya belum berkoordinasi dengan Pemprov Sulut untuk menindaklanjuti MOU itu.
”Kami baru dengar berita ini, belum tahu sama sekali teknisnya seperti apa. Belum ada pembicaraan langsung bagaimana penerbangan perdana nantinya. Kami yakin nantinya orang Manado akan banyak yang ke sana, tetapi kami harap lebih banyak turis dari Korea yang berkunjung ke sini,” ujar Moudy.
Untuk sementara, Jeju Air hanya akan melayani penerbangan pergi-pulang dari Pulau Jeju ke Manado. Namun, Jeju Air meminta dibuka pula penerbangan ke Jakarta, Bali, Batam, Pulau Lombok, dan Yogyakarta.