Bukit Tengtung Baturraden Terus Dikembangkan untuk Sejahterakan Masyarakat Sekitar Hutan
Destinasi Wisata Alam Bukit Tengtung Baturraden terus berbenah. Lewat Lembaga Masyarakat Desa Hutan, pariwisata diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan warga sekitar hutan di lereng Gunung Slamet tersebut.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS – Masyarakat Desa Karangsalam, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan Wana Lestari terus menata serta mengembangkan wisata alam Bukit Tengtung di lereng Gunung Slamet. Pengelolaan kawasan hutan dengan skema perhutanan sosial ini diharapkan memberikan manfaat bagi masyarakat sekaligus menjaga lingkungan sekitar.
”Total kami dapat izin dari KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) seluas 52 hektar, tapi ini baru dibangun sekitar 14 hektar. Namun, kawasan ini memang baru saja dipanen kayunya dan kami sedang menanam tanaman buah, seperti alpukat, ada sekitar 600 pohon,” papar Sisworo, Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan Wana Lestari, di Baturraden, Jumat (16/9/2022).
Di ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut, hamparan kota Purwokerto tampak dengan jelas di sisi selatan dari bukit ini. Jika kabut atau awan tidak menghalangi, puncak Gunung Slamet akan tampak di sisi utara.
Udara sejuk khas pegunungan pun terasa di Bukit Tengtung. Selain menawarkan area berkemah yang indah, wisata ini juga sedang menyiapkan wahana kereta gantung untuk menarik minat pengunjung. Penataan kawasan diharapkan bisa menambah jumlah pengunjung yang saat ini mencapai 500 orang per bulan.
Penataan kawasan ini tampak dari akses masuk berupa jalan yang sudah diaspal halus serta lebar sehingga leluasa bagi dua mobil berpapasan. Adapun di area taman terdapat taman bermain anak, wahana permainan seperti perosotan, ayunan, serta mini roller coaster bagi anak-anak. Wahana kereta gantung setinggi 50 meter dengan jarak 125 meter pun sedang dibangun.
”Diharapkan akhir September ini kereta gantung sudah bisa beroperasi,” ujar Sisworo.
Di bukit ini juga tersedia dua kemah mewah untuk glamping atau glamorous camping yang bisa disewa dengan harga Rp 350.000-Rp 400.000 per malam. ”Camping ground di sini bisa untuk kapasitas 200 tenda. Beberapa komunitas sudah pernah berkemah di sini,” tutur Sisworo.
Pengelolaan Bukit Tengtung ini, lanjut Sisworo, juga memberdayakan warga desa setempat. Setidaknya ada 38 orang yang bekerja di tempat ini, baik di bagian penjualan tiket, kebersihan, maupun berjualan di warung-warung food court. ”Untuk food court, warga tidak menyewa. Namun, segala pembayaran melalui satu kasir dan kami mengambil 10 persen untuk operasional,” ujarnya.
Para karyawan atau pekerja di tempat wisata ini mendapatkan upah Rp 900.000 hingga Rp 1.000.000 per bulan. ”Alhamdulillah bisa kerja di sini untuk bersih-bersih dan dibayar rutin bulanan. Sebelumnya di rumah cari rumput atau kerja apa saja,” kata Karsitem (70), yang bertugas membersihkan taman dengan upah Rp 900.000 sebulan.
Hal senada disampaikan Karsiwel (66) dan Turyati (39). Dengan kehadiran wisata alam Bukit Tengtung sejak empat bulan terakhir ini, mereka bisa mendapatkan penghasilan yang rutin. Terkait nama Tengtung, menurut warga sekitar, di sekitar kawasan itu terdapat ceruk atau alur sungai yang dalam sehingga ketika dilempar batu mengeluarkan bunyi ”teng-tung”.
Seperti diberitakan Kompas (8/6/2022), lahan perhutanan sosial memiliki peranan penting dalam kaitannya dengan pembukaan usaha bagi para petani dan rakyat. Terkait hal tersebut, Presiden Joko Widodo meminta jangan ada lahan perhutanan sosial yang telantar dan tidak produktif.
”Jangan sampai kita biarkan ada lahan yang telantar, ada lahan yang tidak produktif, benar? Ada lahan yang tidak digunakan (untuk) apa-apa, dibiarkan, enggak boleh. Semuanya harus produktif,” kata Presiden saat menghadiri acara syukuran hasil bumi Gerakan Masyarakat (Gema) Perhutanan Sosial yang digelar di Lapangan Omah Tani, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Rabu (8/6/2022).
Realisasi perhutanan sosial hingga 13 September 2021 telah mencapai 4,7 juta hektar yang melibatkan lebih dari 1 juta keluarga. Capaian luasan tersebut masih harus dikejar untuk mencapai target pemerintah 12,7 juta hektar (Kompas.id, 14/10/2021).