Promosi Kopi Flores Melalui Sejumlah Acara Terus Didorong
Promosi kopi Flores, yakni Manggarai, Manggarai Barat, Manggarai Timur, dan Ngada, terus digenjot. Kopi Flores tidak boleh diabaikan karena kopi tersebut mendukung pariwisata Flores, dan aroma kopi Flores sudah mendunia.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·5 menit baca
DOKUMENTASI MARSELINA WALU
Anak petani kopi asal Ngada, Marselina Walu, sedang memetik kopi milik orangtuanya di wilayah itu. Kopi Ngada berkualitas nasional dan internasional serta telah memenangi sejumlah lomba kopi tingkat nasional dan dunia. Namun, kopi Ngada ini kurang mendapat perhatian pemerintah setempat.
RUTENG, KOMPAS — Kamar Dagang dan Industri Indonesia Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat, dan Kabuaten Ngada terus menggelar sejumlah acara atau event untuk mempromosikan kopi arabica dan robusta di Manggarai Raya dan Bajawa, Kabupaten Ngada. Empat kabupaten ini telah mendapatkan pengakuan masyarakat perlindungan indikasi geografis dari pemerintah. Terdapat lebih dari 400 kelompok tani kopi di empat kabupaten ini. Tetapi, pemda belum menaruh perhatian serius terhadap kopi Flores.
Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, Boni Romas di Ruteng, Selasa (13/9/2022), mengatakan, ekosistem kopi Flores, yang meliputi Manggarai Raya, yakni Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur, dan Ngada, terus didorong untuk mendapat pengakuan sebagai kopi Nusantara yang beraroma nasional dan internasional. Kopi Flores pun melengkapi aktivitas pengunjung destinasi wisata super premium Labuan Bajo dan Flores-Lembata.
”Dalam event G20 bulan Juli 2022, kopi Manggarai Raya dan Ngada menjadi jamuan utama bagi para peserta sesuai keputusan Menteri Perdagangan. Sebanyak 10 ton kopi arabica dan robusta disiapkan saat itu. Kopi itu disiapkan saat acara dan di hotel-hotel bagi para tamu, dan sebagian dijual kepada para tamu yang hadir,” kata Romas.
Keterlibatan kopi Flores ini berkat dukungan Gubernur NTT Viktor Laiskodat yang mendorong kopi Flores bagi para tamu G20. Laikodat menyurati Menteri Perdagangan, yang akhirnya mendapat persetujuan itu.
”Kami hadirkan kopi specialty, dengan grade tertinggi karena diproses secara khusus. Dengan ini, mereka yang menikmati dan membeli kopi Flores bisa mempromosikan kopi Flores di luar negeri,” kata Romas.
Marselina Walu, petani kopi asal Ngada, yang juga grader kopi satu-satunya dari Flores, bersama dua petani kopi dari provinsi lain, pemenang lelang dan kompetisi kopi nasional dan internasional di Bandung, 27 Januari 2022.
Festival kopi Flores di Ruteng, 1-7 Agustus 2022, yang dihadiri Deputi Pengembangan Investasi dan Pengembangan Infrastruktur Kemenparekraf Vinsen Jemadu, pelatihan 22 barista kopi di Labuan Bajo oleh Ibu Julie Laiskodat. Sesuai jadwal, 23 September 2022 akan digelar kegiatan B20 yang melibatkan Kadin pusat, provinsi, dan kabupaten/kota di Indonesia di Labuan Bajo.
Komoditas unggulan
Tidak hanya itu, kelompok B20 sebagai komunitas bisnis global beranggotakan 20 negara, yang memiliki kaitan dengan negara anggota G20. B20 dibentuk tahun 2010 beranggotakan para pengusaha terkemuka di dunia untuk saling mendukung produk unggulan dari negara masing-masing. Kopi Flores termasuk salah satu komoditas unggulan yang akan dipromosikan dalam B20 ini.
Kegiatan ini, antara lain, mempromosikan kopi di Manggarai Raya dan kopi Ngada. B20 adalah kelompok pebisnis, yang melibatkan sejumlah utusan dari luar negeri, baik unsur pemerintahan maupun pengusaha di negara itu.
Menurut Romas, kopi Flores yang telah diakui pemerintah dengan memberikan penghargaan masyarakat perlindungan indikasi geografis (MPGI) adalah kopi Bajawa, Ngada, 2012, dan kopi Manggarai 2018. Meski pengakuan MPGI tahun 2012 dan 2018, kopi arabica di Bajawa, Ngada hadir pertama oleh misionaris Portugis tahun 1874.
Kopi ini dikembangkan secara lebih luas tahun 1993 oleh Pemprov NTT, ketika Gubernur Ben Mboi (alm). Tahun 1993 budidaya dan perluasan kopi arabica dan robusta juga sampai ke Manggarai Raya dan Kabupaten Ende.
Petani sedang mengangkut kopi beras milik pengusaha kopi Feliks Soba di Desa Wolowio Ngada, yang juga ketua kelompok tani kopi di desa itu.
Dalam kurun waktu 148 tahun itu, petani kopi Ngada dan Manggarai Raya sudah mengenal lagi bagaimana budidaya kopi. Tetapi, kepedulian pemerintah terhadap kopi di Flores sangat rendah, budidaya kopi dilakukan secara sporadis oleh petani kopi, sekadar untuk kebutuhan sehari-hari, dan sebagian dipasarkan.
Alokasi
Ia mengatakan, dengan menggelar sejumlah pameran kopi di Bajawa, Ruteng, dan Labuan Bajo, pemda di setiap kabupaten tertarik mengalokasikan dana untuk budidaya kopi di wilayah itu.
Hingga hari ini, hanya Pemprov NTT melalui Julie Laiskodat, selaku Ketua Dekranasda, Ketua DPD PKK NTT, dan anggota DPR RI daerah pemilihan Manggarai Raya, peduli terhadap nasib kopi di Manggarai Raya dan kopi Ngada.
Kopi arabica Flores Bajawa telah mendunia. Ini perlu dipertahankan.
Kegiatan G20 di Labuan Bajo, Juli 2022, kopi dari Manggarai Raya dan Ngada menjadi suguhan utama bagi para peserta sesuai keputusan Menteri Perdagangan. Sebanyak 10 ton kopi disiapkan. Selain untuk kebutuhan minuman setiap hari saat acara berlangsung dan di hotel-hotel, juga dijual bagi para peserta.
Produksi kopi di Manggarai menurun drastis karena hujan berlebihan. Bunga kopi gugur saat hendak berproses membentuk biji. Sebelumnya, kopi robusta yang dihimpun pengusaha dan dikumpulkan petani rata-rata 5.000 ton beras turun tahun ini menjadi 3.000 ton beras dan kopi arabica dari 3.000 ton beras menjadi 1.500 ton kopi beras.
Kopi gelondongan merah di tempat usaha kopi milik Feliks Soba di Bajawa, Ngada.
Kopi Manggarai dijual dalam dua jenis, yakni jenis specialty dan jenis asalan. Baik jenis specialtyl maupun jenis asalan tetap dijual ke luar negeri. Kopi asalan yang dimaksud, yakni kopi buah merah dan buah kuning dicampur menjadi satu, tidak direndam atau diproses di air, dijemur di tanah, aspal, dan terpal.
”Dua jenis kopi ini diminati para penikmat kopi, baik di dalam maupun di luar negeri. Kopi asalan ini dijual Rp 25.000 per kg beras untuk jenis robusta. Sementara arabica dijual Rp 55.000-Rp 65.000 per kg kopi beras. Sementara jenis specialty dijual Rp 125.000-Rp 150.000 per kg kopi beras,” kata Romas.
Saatnya Pemda Manggarai, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur memberi perhatian terhadap kopi di sana. Kopi di Manggarai Raya mendukung pariwisata premium di Labuan Bajo. Kopi harus disiapkan menjadi cendera mata khas dari Labuan Bajo selain komoditas atau kerajinan lain.
Ketua Kelompok Petani Nola Wonga, Desa Wolowio, Kecamatan Bajawam Kabupaten Ngada, Felix Soba, mengatakan, terdapat sekitar 400 kelompok petani kopi di Manggarai Raya dan Ngada.
Di Manggarai sendiri terdapat 84 kelompok tani kopi, Ngada terdapat 120 kelompok, 100 kelompok di Manggarai Timur, dan 96 kelompok di Manggarai Barat. Lebih dari 50.000 petani kopi terlibat budidaya kopi.
Kopi arabica organik Bajawa Flores mengikuti pameran kopi di Kupang, Rabu (27/11/20219). Kopi ini masuk di restoran dan kafe terkenal di Jakarta dan kota-kota lain di Indonesia dan luar negeri.
Pemda di empat kabupaten ini perlu melakukan peremajaan terhadap kopi arabica dan robusta di wilayah masing-masing. Jika keempat pemda ini fokus pada kopi, produksi kopi Flores di empat kabupaten itu bakal melimpah. Permintaan akan kopi dari dalam dan luar negeri pun bisa terlayani.
”Kopi arabica organik Ngada telah diekspor paa 2013-2022 meski mengalami pasang surut. Kopi arabica Flores Bajawa telah mendunia. Ini perlu dipertahankan,” kata Felix.
Khusus di Ngada, kurang peduli pemda terhadap kopi arabica menyebabkan sebagian besar petani telah mengubah lahan kopi menjadi tanaman hortikultura. Pemda lebih tertarik menanam jahe dan tanaman hortikultura lain sehingga mendorong petani kopi pun beralih usaha.
”Ini sangat disayangkan. Jika pemda tidak terlibat budidaya terhadap kopi arabica yang sudah dikenal di luar negeri itu, suatu saat kopi arabica organik Ngada punah. Masyarakat akan meniru apa yang dikerjakan pemda,” ujarnya.