Banjir di Kalimantan Tengah sudah terjadi dua kali di tahun ini. Kali ini, 99 desa dan kelurahan di 28 kecamatan terendam banjir. Banjir terjadi lantaran luapan air sungai-sungai di beberapa wilayah.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·2 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Enam kabupaten dan kota di Kalimantan Tengah terendam banjir akibat luapan air di sungai-sungai besar. Setidaknya ribuan warga di 99 desa dan kelurahan di 28 kecamatan kini terdampak banjir.
Enam daerah itu adalah Katingan, Kotawaringin Timur, Barito Utara, Barito Selatan, Pulang Pisau, Murung Raya, dan Kota Palangkaraya. Dari data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kalteng, 3.966 keluarga beserta 5.164 rumah terdampak bencana banjir tersebut.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Timur Rihel menjelaskan, banjir terjadi akibat luapan Sungai Mentaya. Setidaknya dua desa terisolasi di Kecamatan Parenggean karena akses masuknya tidak bisa dilalui kendaraan. Namun, baru sembilan keluarga yang mengungsi di Desa Bajarau, Kecamatan Parenggean.
”Selama berhari-hari hujan deras melanda di wilayah hulu sampai di sini. Hujan ini memang merata hampir di seluruh Kalteng,” kata Rihel, Selasa (13/9/2022).
Rihel mengungkapkan, banjir di Kotawaringin Timur awalnya terjadi pada Senin (5/9/2022) atau seminggu yang lalu. Sempat surut, hujan dengan intensitas tinggi selama dua hari terakhir membuat sungai kembali meluap. ”Informasinya di hulu, khususnya di Kecamatan Antang Kalang, banjir sudah surut. Namun, desa terdampak di bawahnya (hilir) bisa bertambah,” ujar Rihel.
Sementara itu, Kasongan, ibu kota Kabupaten Katingan, kini terendam banjir luapan Sungai Katingan. Katingan menjadi satu-satunya kabupaten yang menetapkan status siaga bencana banjir selama 14 hari. Kabupaten dan kota lainnya yang terdampak belum menetapkan status bencana banjir.
”Yang cukup parah di Kecamatan Kamipang. Kendaraan roda dua dan empat sudah tidak bisa melintas,” kata Kepala Pelaksana BPBD Katingan Roby.
Roby mengungkapkan, jalan Trans-Kalimantan yang menghubungkan Kota Palangkaraya, ibu kota Kalteng, dengan enam kabupaten dan Kalimantan Barat juga terendam banjir. Namun, jalan itu masih bisa dilalui semua kendaraan.
”Aktivitas masih berjalan dan normal di wilayah itu,” ujarnya.
Kepala BPBPK Kalteng Falery Tuwan mengungkapkan, pengawasan tetap dilakukan di kawasan rawan banjir. Bantuan pun disiapkan di daerah masing-masing untuk warga yang mengungsi. ”Sampai saat ini, petugas masih berada di lapangan untuk memantau tinggi muka air sekaligus melayani warga terdampak,” kata Falery.
Prakirawan Stasiun Meteorologi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Kota Palangkaraya Chandra Mukti Wijaya menjelaskan, hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi terjadi di Kalteng karena banyak faktor. Salah satunya, belokan angin dan konvergensi. Kondisi tersebut kemudian meningkatkan potensi pembentukan awan hujan.
”Kondisi atmosfer di Kalteng cukup labil sehingga mendukung pertumbuhan awan-awan konvektif yang berpotensi hujan sedang hingga lebat di wilayah tersebut,” kata Chandra.