Indovac, Vaksin Covid-19 Buatan Dalam Negeri, Siap Hadapi Pandemi Covid-19
Vaksin buatan dalam negeri, Indovac, diklaim aman karena tidak ditemukan efek samping serius dalam uji klinisnya. Vaksin ini diharapkan bisa membantu penanganan Covid-19, terutama untuk mencapai target vaksin penguat.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Vaksin Covid-19 buatan dalam negeri, Indovac, tengah menjalani uji coba tahap ketiga dan diharapkan bisa dipergunakan secepatnya. Uji coba klinis vaksin ini diklaim berjalan dengan baik dan tinggal menunggu izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pahala Nugraha Mansury dalam pemantauan uji klinis vaksin Indovac di Bandung, Senin (12/9/2022), menyatakan, vaksin ini akan digunakan sesegera mungkin. Keberadaan vaksin buatan dalam negeri ini diharapkan bisa membantu penanggulangan pandemi Covid-19 di Tanah Air.
Menurut Pahala, keberadaan vaksin buatan dalam negeri ini diharapkan bisa mengurangi ketergantungan terhadap luar negeri dalam penanganan pandemi. Karena itu, dia berharap otorisasi penggunaan darurat atau EUA (emergency use authorization) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bisa diperoleh sehingga bisa segera diedarkan.
”Indovac saat ini sedang menyelesaikan uji klinis ketiga dan bisa disuntikkan untuk booster (penguat). Kami juga sudah melihat kesiapan fasilitas produksi vaksin bulk (bahan baku). Sesegera mungkin Indovac ini bisa dipergunakan di Indonesia,” paparnya di Puskesmas Dago, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin.
Menurut Pahala, Indonesia masih membutuhkan vaksin penguat untuk menghadapi pandemi Covid-19. Apalagi, berdasarkan data Kementerian Kesehatan melalui vaksin.kemkes.go.id, pencapaian vaksin ketiga Covid-19 baru menyentuh 26,37 persen pada Senin. Jumlah ini setara dengan 61,87 juta dosis dari target 234,6 juta jiwa.
”Nantinya vaksin ini akan diprioritaskan di dalam negeri. Lalu, kami juga mengajukan ke BPOM untuk bisa melaksanakan uji klinis vaksinasi anak, remaja, dan lanjut usia. Kami juga akan melihat kemungkinan vaksin akan digunakan untuk negara-negara lain yang tingkat vaksinasinya rendah,” paparnya.
Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir memaparkan, uji klinis kali ini melibatkan 900 sukarelawan yang akan menerima vaksin penguat. Vaksin Indovac ini menggunakan protein rekombinan dan bekerja sama dengan Baylor College of Medicine dalam penyediaan benih vaksin.
Honesti pun yakin vaksin produksi dalam negeri ini telah memenuhi persyaratan dalam hal keamanan. Dia mengklaim, dalam uji klinis, belum ditemukan laporan kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI) yang serius dan hanya dijumpai efek samping lokal di sekitar titik penyuntikan.
”Saya punya keyakinan dari sisi keamanan telah memenuhi persyaratan. Terkait KIPI, ini sangat minimal, kalau disuntik, hanya terasa di bagian lokal, seperti agak pegal, tapi tidak ada yang serius seperti demam berhari-hari,” paparnya.
Deputi III di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Montty Girianna yang turut hadir dalam pemantauan di Bandung mengapresiasi perkembangan vaksinasi Indovac. Dia berujar, hal ini membutuhkan koordinasi dari berbagai pihak, terutama puskesmas, untuk menyelesaikan proses uji klinis ini sebelum bisa diedarkan.
”Semua harus bangga, vaksin ini telah maju sampai uji klinis ini. Kami mengapresiasi teman-teman puskesmas dan semua orang berkecimpung di sini,” ujarnya.