Operasi pasar digencarkan untuk menekan inflasi Kota Jambi yang sempat mencetak rekor tertinggi di tingkat nasional. Jangka menengah, gerakan ”urban farming” dihidupkan.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Sejumlah upaya terus dilakukan untuk menekan kenaikan harga bahan kebutuhan pokok. Kenaikan harga itu menjadi penyebab inflasi Kota Jambi menempati posisi tertinggi di tingkat nasional pada Juli lalu.
Upaya jangka pendek dilakukan tim pengendalian inflasi daerah di tingkat kota ataupun provinsi di Jambi. Operasi pasar, misalnya, digelar pada lima tempat di Kota Jambi, yakni di Pasar Angso Duo, Pasar Aur Duri, Pasar Talang Banjar, Pasar Keluarga, dan dekat Pasar Mama di kawasan Mayang. Senin (12/9/2022). ”Operasi pasar ini untuk mengendalikan pergerakan harga bahan kebutuhan pokok,” ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jambi Asraf Zainun.
Harga-harga di pasar tradisional kembali melandai. Harga telur ayam ras, misalnya, mencapai Rp 1.700 dari sebelumnya Rp 1.800 per butir. Harga cabai merah Rp 55.000 per kg dari sebelumnya Rp 60.000. Adapun harga minyak goreng stabil Rp 14.000, bawang merah Rp 28.000, dan gula Rp 13.000.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Jambi Abu Bakar memastikan harga komoditas penyumbang inflasi tertinggi di Kota Jambi, seperti cabai dan bawang, berangsur turun. Kondisi itu terjadi seiring disusunnya rencana kontingensi bertahap menyelesaikan masalah inflasi. Sebagaimana diketahui, Kota Jambi menempati posisi tertinggi inflasi, yakni di angka 8,55 persen (yoy). Sumatera Barat menyusul di angka 8,01 persen, Bangka Belitung 7,77 persen, dan Riau 7, 04 persen.
”Tim TPID Kota Jambi memantau dan mengawasi pasokan komoditas rentan, khususnya cabai dan bawang, di Pasar Induk Talang Gulo, Pasar Angso Duo, dan pasar tradisional maupun modern lainnya,” ujarnya.
Bongkar muat dan penyimpanan sementara pasokan pangan dari luar daerah ditempatkan di Pasar Induk Talang Gulo, untuk selanjutnya didistribusikan ke sejumlah pasar dalam Kota Jambi. Selain itu, pergerakan harga terus dipantau.
Dalam satu hingga dua bulan ke depan, lanjutnya, infrastruktur jalan dari sentra produksi pangan ke pasar-pasar tradisional dan modern dalam Kota Jambi dibangun. Tujuannya, untuk menurunkan biaya transportasi.
Selain itu, penggunaan anggaran belanja tidak terduga (BTT) dari APBD Kota Jambi dipakai untuk mendukung pengendalian inflasi. Alokasi dana itu untuk program bantuan sosial (bansos) bagi kelompok masyarakat rentan.
Dalam jangka menengah dan jangka panjang, TPID mengupayakan gerakan urban farming yang dinamai Gerakan Ayo Menanam Cabe dan Bawang di Pekarangan Rumah. Caranya dengan membagikan gratis bibit cabai dan bawang kepada rumah tangga dan kelompok tani di Kota Jambi.
Kampung-kampung Bantar di setiap kelurahan diajak membudidayakan tanaman pangan keluarga, terutama tanaman cabai dan bawang merah. ”Ini akan menyiapkan sejumlah lahan produktif menjadi lumbung pangan Kota Jambi,” katanya. Bantuan cabai gratis akan menyasar 50.000 keluarga.