Pameran Religi di Kalsel Jadi Miniatur untuk Merawat Keberagaman
Pameran religi atau Religi Expo di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, menjadi miniatur untuk merawat keberagaman dan mewujudkan kerukunan antarumat beragama.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Pameran religi atau Religi Expo kembali diadakan di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kegiatan yang digagas dan disiapkan anak muda lintas agama tersebut menjadi miniatur untuk merawat keberagaman dan mewujudkan kerukunan antarumat beragama di Kalsel.
Kegiatan bertajuk Religi Expo 7 dan Mooncake Festival 2022 itu digelar di Taman Siring 0 Kilometer Banjarmasin pada Jumat-Minggu, (9-11/9/2022). Tema yang diusung dalam kegiatan tahun ini adalah ”Menjaga Kerukunan, Melestarikan Budaya, Merayakan Keragaman”.
Ketua Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) Banjarmasin Abdani Solihin mengatakan, kegiatan Religi Expo merupakan bagian dari partisipasi masyarakat sipil dalam mewujudkan masyarakat Kalsel yang aman, damai, serta penuh toleransi dan penghargaan kepada sesama. Anak muda lintas agama dengan berbagai macam latar pendidikan dan suku bekerja sama menyiapkan acara tersebut.
”Toleransi tanpa kerja sama tidak akan ada maknanya. Begitu juga dengan kerukunan tanpa kolaborasi di antara yang berbeda tidak akan memberi arti apa pun. Religi Expo dan Mooncake Festival adalah miniatur dari kerja sama dan kolaborasi lintas agama,” katanya di Banjarmasin, Jumat (9/9/2022).
Menurut Abdani, kegiatan Religi Expo kali ini menyuguhkan 45 stan pameran, yang memperkenalkan kepada publik tentang agama-agama yang ada di Kalsel dengan segala aktivitasnya. Terdapat pula stan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang menjadi binaan lembaga ataupun organisasi agama di Kalsel.
”Kami mengharapkan dukungan lebih luas dari pemerintah dan berbagai pihak sehingga kegiatan ini menjadi wahana untuk saling belajar tentang keberagaman, yang nantinya dapat memperkuat relasi satu dengan yang lain,” katanya.
Dalam kegiatan tersebut, sekolah-sekolah yang ada di Kalsel juga diundang untuk berpartisipasi sehingga para siswa dapat belajar tentang keberagaman agama ataupun suku. Pengetahuan itu diharapkan bisa menjadi bekal mereka dalam mewujudkan toleransi di Kalsel, khususnya di Banjarmasin.
”Kita memang beragam dan hidup dalam keberagaman. Untuk itu, kita harus terus menggalakkan toleransi dan terus membangun kebersamaan dan kerja sama. Mudah-mudahan dalam kehidupan dan aktivitas sehari-hari kita dapat terus bekerja sama walaupun hidup dalam perbedaan,” ucapnya.
Kegiatan ini menjadi wahana untuk saling belajar tentang keberagaman. (Abdani Solihin)
Ketua Harian Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kalsel Arifin Suritiono mengatakan, kehidupan bersama di Kalsel selama ini hampir tidak ada masalah meskipun agama Islam dan suku Banjar menjadi kelompok mayoritas. Kelompok minoritas tetap diterima dengan baik dan bisa menjalin hubungan baik dengan kelompok mayoritas.
”Dengan sering bertemu, berkomunikasi, dan berkegiatan bersama, kita akhirnya lebih mengetahui kehidupan agama lain dan bisa memakluminya. Kita bisa berbaur dengan agama atau suku apa pun. Tujuan kita sama, yaitu untuk kebaikan,” tuturnya.
Modal pembangunan
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor dalam sambutan tertulis yang disampaikan Staf Ahli Bidang Pemerintahan, Hukum, dan Politik Sekretariat Daerah Kalsel Sulkan menyampaikan, keberagaman menjadi ciri khas kehidupan masyarakat Indonesia sejak dahulu. Perbedaan di dalam keberagaman itu bukanlah persoalan, melainkan anugerah yang indah. Keberagaman suku bangsa ataupun agama merupakan modal utama yang dapat menopang pembangunan nasional bagi penguatan ekonomi, politik, dan kesejahteraan masyarakat.
”Saya berharap kegiatan ini dapat mengikat tali persaudaraan dan meningkatkan keselarasan dalam keberagaman sehingga terawat kerukunan antarumat beragama secara menyeluruh dalam setiap lapisan masyarakat yang ada di Kalsel,” katanya.
Sahbirin mengucapkan terima kasih kepada para pemuka agama, budayawan, kelompok pemuda antariman, dan seluruh organisasi yang bergerak dalam isu-isu antaragama. Selama ini, mereka telah berjuang dan mendedikasikan seluruh pikiran dan tenaga dalam merawat kerukunan umat beragama di Kalsel.
”Saya mengapresiasi pelaksanaan Religi Expo. Ini adalah ikhtiar kita semua dalam merawat masyarakat yang majemuk, sebuah ikhtiar untuk membangun cara pandang, sikap, dan mental kita dalam memahami apa itu perbedaan,” ujarnya.