Meski Banjir di Kalteng Perlahan Surut, Ancaman Baru Harus Diwaspadai
Banjir di Kalteng perlahan surut. Namun, masih ada beberapa wilayah yang terancam direndam banjir, salah satunya Kota Palangkaraya, ibu kota Provinsi Kalteng.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·2 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Banjir di dua kabupaten di Kalimantan Tengah mulai surut. Namun, Kota Palangkaraya, ibu kota Provinsi Kalteng, kini terancam banjir akibat luapan Sungai Kahayan.
Sebelumnya, dua kabupaten di Kalteng terendam banjir, yakni Kabupaten Katingan dan Kabupaten Murung Raya. Total ada sembilan kecamatan dengan 29 desa digenangi luapan air sungai.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Katingan Roby menjelaskan, banjir kini mulai surut sehingga aktivitas masyarakat perlahan normal. Tidak ada korban jiwa akibat kejadian ini.
”Banjir di sebagian besar daerah mulai surut. Namun, beberapa wilayah di Kecamatan Kamipang ada potensi air sungai naik lagi karena masih turun hujan deras,” kata Roby saat dihubungi dari Kota Palangkaraya, Jumat (9/9/2022).
Roby menjelaskan, banjir kali ini melanda empat kecamatan dengan total lebih kurang 12 desa. Empat kecamatan itu adalah Tasik Payawan, Katingan Tengah, Sanaman Mantikei, dan Katingan Hilir. Ketinggian air mencapai 45 sentimeter.
”Banjir di sini (Katingan) merupakan banjir tahunan. Kalau di hulu banjir, bisanya melimpah ke hilir,” kata Roby.
Tahun ini, Katingan sudah dua kali dilanda banjir. Sebelumnya, pada bulan Juli, banjir berlangsung lebih dari sebulan. Banjir bahkan memakan satu korban jiwa. Anak berumur di bawah lima tahun itu terseret banjir karena lepas dari pengawasan orangtuanya. (Kompas, 9 Agustus 2022).
”Kini, justru Kota Palangkaraya jadi wilayah yang baru terendam banjir. Banjir di Palangkaraya lebih cepat surut dibanding daerah lain,” kata Falery.
Prakirawan Stasiun Meteorologi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Kota Palangkaraya, Chandra Mukti Wijaya, menjelaskan, hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi terjadi di Kalteng karena banyak faktor. Salah satunya adanya belokan angin dan konvergensi di wilayah Kalimantan Tengah. Kondisi tersebut kemudian meningkatkan potensi pembentukan awan hujan.
”Kondisi atmosfer di wilayah Kalteng cukup labil sehingga mendukung pertumbuhan awan-awan konvektif yang berpotensi hujan sedang hingga lebat di wilayah tersebut,” kata Chandra.
Chandra menambahkan, kondisi atmosfer yang labil dan didukung dengan kelembaban udara yang basah menyuplai uap air cukup besar untuk terbentuknya awan konvektif sehingga mendung lebih cepat dan hujan dengan ragam intensitas turun.
”Fenomena alam La Nina sampai kini terpantau masih lemah dan diperkirakan terus begitu hingga akhir tahun 2022 yang berdampak menambahkan atau meningkatkan curah hujan,” tutur Chandra.