Jembatan Gantung di Probolinggo Putus, Belasan Siswa dan Guru Dirawat di RS
Jembatan gantung setinggi 7 meter di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, putus, saat siswa SMP dan gurunya melintas. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Namun, belasan siswa dan guru terluka serta dirawat di RS.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
PROBOLINGGO, KOMPAS — Jembatan gantung setinggi lebih kurang 7 meter di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, putus saat puluhan siswa SMP dan gurunya sedang melintas. Belasan siswa dan guru harus menjalani perawatan di rumah sakit karena mengalami luka-luka.
Jembatan gantung penghubung Dusun Kapasan, Desa Pajarakan Kulon, Kecamatan Pajarakan, dengan Dusun Klompangan, Desa Kregenan, Kecamatan Kraksaan, ambruk pada Jumat (9/9/2022) sekitar pukul 08.00. Saat itu jembatan sedang dilintasi oleh rombongan siswa dan guru SMPN 1 Pajarakan yang tengah melakukan kegiatan jalan sehat.
Akibatnya, para siswa yang tengah melintas terjatuh ke sungai di bawah jembatan. Sebanyak 15 orang terdiri atas siswa dan guru harus mendapat perawatan di RSUD Waluyo Jati, Kraksaan.
”Penyebab ambruknya jembatan gantung tersebut diduga karena overload. Sebab, pada saat kejadian, banyak siswa SMPN 1 Pajarakan melakukan jalan santai. Saat berada di atas jembatan, mereka berkumpul dan menggoyang-goyangkan jembatan. Akibatnya, kait pemberat jembatan yang ada di ujung patah,” kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Probolinggo Hengki Cahjo Saputra.
Menurut Hengki, beban jembatan saat kejadian cukup di luar kebiasaan, yaitu sebanyak 36 orang berada di atas jembatan pada waktu bersamaan dan mereka berhenti di tengah. Padahal, biasanya, warga antardesa melewati jembatan gantung tersebut dengan cara langsung melintas.
”Untuk penanganan masih dilakukan asesmen di lapangan oleh Dinas PUPR. Untuk pembenahan nanti masih dirapatkan dengan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah),” katanya.
Untuk mengantisipasi kejadian serupa, Hengki mengatakan akan melakukan asesmen untuk jembatan-jembatan gantung lain di Kabupaten Probolinggo. Jika memang dari asesmen terdeteksi butuh adanya perbaikan, maka akan segera diperbaiki.
”Saran untuk pengguna, jembatan gantung itu tidak menerima beban diam. Jika melewati jembatan gantung harus berjalan dan jangan diam. Apalagi sambil digoyang-goyang. Tentu itu sangat berbahaya. Ini bisa jadi pelajaran untuk semua pihak ke depan,” katanya.
Kepala Kepolisian Resor Probolinggo Ajun Komisaris Besar Teuku Arsya Khadafi memberikan perhatian serius pada kasus ambruknya jembatan yang dibangun tahun 2000 itu. Setelah melakukan peninjauan dan olah tempat kejadian perkara (TKP), Kapolres menyampaikan bahwa peristiwa ini terjadi saat para siswa SMPN 1 Pajarakan yang berjumlah 600 siswa tengah melakukan jalan sehat dalam rangka memperingati Hari Olahraga Nasional 2022.
”Yang dibutuhkan para korban saat ini tidak hanya perawatan terkait fisiknya, tetapi kami juga akan melakukan trauma healing akibat peristiwa ini,” kata Teuku Arsya Khadafi.
Adapun kasusnya, Kapolres mengatakan, polisi akan memeriksa sejumlah saksi dan korban. Selain itu, pihaknya juga akan mengecek struktur jembatan.
”Kami akan memeriksa apakah ada unsur pidananya. Nanti kami sampaikan terkait perkembangannya. Kami juga akan memberi masukan kepada Pemerintah Kabupaten Probolinggo untuk mengecek terkait kelayakan jembatan gantung yang ada di Kabupaten Probolinggo yang rata-rata merupakan jembatan penghubung antardesa,” katanya.