Pemkot Surabaya Gelar Pasar Murah dan Jamin Distribusi BBM Nelayan
Pemkot Surabaya berupaya menekan inflasi akibat kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi. Upaya itu dilakukan dengan menggelar operasi pasar, pasar murah, dan menjamin kelancaran distribusi BBM bersubsidi untuk nelayan.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Petugas membawa poster informasi harga saat operasi pasar oleh Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan (Dinkopumdag) Kota Surabaya di Jalan Undaan Wetan, Kota Surabaya, Jawa Timur, Jumat (2/9/2022).
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, berusaha menekan inflasi akibat kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi. Upaya tersebut dilakukan dengan menggelar operasi pasar, pasar murah, serta menjamin kelancaran distribusi BBM bersubsidi untuk nelayan.
Demikian dikatakan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi seusai menemui pengunjuk rasa dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMMI) di Balai Kota Surabaya, Kamis (8/9/2022).
Sebelumnya diberitakan, pemerintah telah menaikkan harga BBM bersubsidi sejak Sabtu (3/9/2022). Harga Pertalite naik dari Rp 7.650 menjadi Rp 10.000 per liter. Selain itu, harga solar juga naik dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 per liter. Kenaikan harga Pertalite 30,7 persen, sedangkan harga solar naik 32 persen.
Kebijakan itu segera berdampak terhadap kenaikan harga komoditas pangan. Pada Kamis, berdasarkan pantauan di sejumlah pasar di Surabaya, komoditas yang sedang naik harganya adalah susu kental manis dan susu bubuk (naik 2-3 persen), mi instan (1-2 persen), bawang merah (1-2 persen), kentang dan buncis (3-4 persen), serta tomat (10-11 persen).
Mahasiswa dari berbagai kampus bergabung melakukan aksi untuk rasa terkait kenaikan harga bahan bakar minyak di depan Kantor DPRD Jawa Tengah, Kota Semarang, Kamis (8/9/2022). Mereka menyuarakan aspirasinya bagaimana rakyat miskin yang menanggung dampak langsung atas kebijakan tersebut.
Harga bahan pangan di Surabaya itu terkadang berbeda antara satu pasar dan lainnya meski perbedaannya tidak signifikan. Misalnya, bawang merah di Pasar Karah Rp 33.000 per kilogram (kg) dari sebelumnya Rp 32.500 per kg. Harga komoditas ini di Pasar Keputran senilai Rp 32.700 per kg. Pasar Keputran merupakan salah satu pasar utama di Surabaya sehingga lebih besar daripada Pasar Karah.
Eri mengatakan, kenaikan harga pangan dan barang lainnya menjadi konsekuensi akibat kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi. Perlu skema pengendalian kenaikan harga barang dan jasa untuk meringankan dampak terhadap kehidupan masyarakat.
Oleh karena itu, Pemkot Surabaya bakal melakukan operasi pasar dan pasar murah. ”Operasi pasar dan pasar murah diarahkan untuk menyediakan produk yang sedang naik harganya dengan harapan bisa terkendali,” kata Eri.
Salah satu operasi pasar dan pasar murah digelar di Kantor Kecamatan Gunung Anyar, Surabaya. Harga bahan kebutuhan pokok yang disediakan dalam kegiatan itu lebih murah dari pasaran antara Rp 300-Rp 500 per kg.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Warga antre saat operasi pasar oleh Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan (Dinkopumdag) Kota Surabaya di Jalan Undaan Wetan, Kota Surabaya, Jawa Timur, Jumat (2/9/2022). Sejumlah komoditas yang dijual antara lain telor, daging ayam, minyak goreng, gula, beras, dan makanan olahan.
Komoditas yang paling diminati dalam pasar murah itu adalah telur ayam. Harga telur ayam dipatok Rp 26.500 per kg, sedangkan di pasaran masih berkisar Rp 27.000–Rp 28.000 per kg. Komoditas lainnya, yakni beras Rp 54.000 per 5 kg, gula Rp 13.000 per kg, minyak goreng Rp 14.000 per liter, daging ayam potong Rp 30.000 per kg.
Sebelum pelaksanaan pasar murah di masing-masing kelurahan atau kecamatan, warga mendapat informasi yang disebar lewat grup WhatsApp rukun tetangga (RT). ”Memang harga barang di pasar murah lebih murah meski tidak terlalu signifikan,” kata Kalpeni (56), warga Gunung Anyar Tambak, yang membeli dua kilogram telur.
Menurut Camat Gunung Anyar Maria Agustin, dari seluruh bahan pokok yang dijual di operasi pasar, yang paling banyak dibeli adalah telur ayam. ”Yang banyak beli telur ayam itu pelaku usaha makanan karena membelinya dalam jumlah banyak, sampai 5 kg,” katanya.
Sedangkan daging ayam agak sepi pembeli karena harganya bahkan nyaris sama dengan harga di pasar. ”Beberapa bahan pokok kan memang ada penurunan harga, seperti telur dan daging ayam potong,” ujar Maria.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Mahasiswa Muhammadiyah Surabaya membawa spanduk saat unjuk rasa tolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di depan Kantor DPRD Jawa Timur, Kota Surabaya, Selasa (6/9/2022).
Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, dan Perdagangan Kota Surabaya Fauzie Mustaqiem Yos menambahkan, operasi pasar sejak akhir bulan lalu digelar untuk mengendalikan harga telur yang sedang meroket. Operasi pasar itu telah dilaksanakan di 12 dari 31 kecamatan di Surabaya.
Sampai saat ini, komoditas yang telah terjual dalam operasi pasar itu adalah 700 kg telur, 500 kg gula pasir, beras sebanyak 300 kemasan 5 kg, 600 liter minyak goreng, dan 60 kg daging ayam broiler.
”Pasar murah diadakan setelah adanya kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi dengan harapan bisa membantu masyarakat yang terdampak,” kata Fauzie.
Perlu skema pengendalian kenaikan harga barang dan jasa untuk meringankan dampak terhadap kehidupan masyarakat.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Nelayan pulang melaut di Pantai Tambak Wedi, Kota Surabaya, Jawa Timur, Senin (29/8/2022). Sebagian besar nelayan setempat membeli pertalite sebagai bahan bakar mesin perahunya secara eceran. Untuk satu liter pertalite mereka beli Rp10.000. Dalam sehari nelayan menghabiskan tiga hingga lima liter pertalite. Di tengah kenaikan harga bahan pokok ditambah dengan harga jual ikan yang statis membuat rencana kenaikan bahan bakar pertalite oleh pemerintah akan semakin menambah beban hidup nelayan.
BBM untuk nelayan
Setelah kenaikan harga BBM bersubsidi, kecukupan BBM untuk para nelayan di Surabaya juga menjadi sorotan. Di Surabaya, terdapat sekitar 2.400 keluarga nelayan dengan kepemilikan lebih kurang 1.500 perahu. Nelayan di Surabaya beroperasi tidak terlalu jauh dari pesisir Selat Madura sehingga konsumsi bensin atau solar masing-masing sekitar 10 liter per hari.
Sejak kenaikan harga BBM bersubsidi, nelayan cemas distribusi pertalite dan solar tidak lancar ke stasiun pengisian bahan bakar untuk nelayan (SPBN). Ketika BBM habis di SPBN, mereka terpaksa membeli ke stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU).
”Ke SPBU ya terpaksa bawa jeriken dan pegawai enggak mau mengisi. Padahal, kami nelayan, perlu BBM untuk melaut,” ujar Hanafi, salah seorang nelayan di wilayah Kenjeran, Surabaya.
Menanggapi kondisi itu, Pemkot Surabaya pun melakukan pembicaraan PT Pertamina (Persero). Eri mengatakan, Pemkot Surabaya telah meminta Pertamina tidak menyulitkan nelayan yang membeli BBM dengan jeriken saat terpaksa datang ke SPBU karena kendala distribusi di SPBN. ”Masak sih nelayan harus beli BBM sambil bawa perahu,” kata Eri.
Pemkot Surabaya juga akan mengawasi dan memastikan kelancaran distribusi ke SPBN. Apalagi, pemerintah pusat telah meluncurkan program solar untuk koperasi nelayan guna menjamin kelancaran distribusi BBM bersubsidi tersebut. BBM disalurkan melalui koperasi nelayan sehingga tepat sasaran atau menekan risiko penyalahgunaan.