Wapres Minta Kasus Kekerasan di Gontor Segera Ditangani
Tewasnya santri AM (17) di Pesantren Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, menjadi perhatian Wakil Presiden Ma’ruf Amin. Kasus ini harus segera diusut tuntas.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·2 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Wakil Presiden Ma’ruf Amin menaruh perhatian terhadap dugaan kasus kekerasan yang menewaskan santri AM (17) di Pesantren Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur. Jika ada laporan dari keluarga, kasus ini harus segera diusut. Namun, dia berharap kejadian ini tidak mendiskreditkan keberadaan semua pesantren.
Sebelumnya, AM tewas pada Senin (22/9/2022). Keesokan harinya saat dipulangkan ke Palembang, kondisi jenazah AM mengenaskan. Ada sejumlah lebam di bagian tubuh. Darah masih mengalir dari bagian belakang kepala korban.
”Dulu tidak ada (peristiwa kekerasan) di pesantren. Di sana, santri dididik untuk memperoleh akhlak mulia,” jelas Wapres di Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (7/9/2022).
Dia mengatakan, pada dasarnya, pesantren berdiri untuk memberikan ilmu agama dan mendidik anak agar mempunyai akhlak yang mulia. Jika belakangan kerap ada kekerasan, hal itu harus menjadi perhatian semua pihak.
Gubernur Sumsel Herman Deru menilai, kekerasan dalam dunia pendidikan tidak bisa dibenarkan. Namun, Herman mengimbau masyarakat mengikuti proses hukum. Dia berharap, hasil investigasi polisi dapat menguak penyebab kematian korban.
”Kita harus tunggu hasil investigasinya, termasuk sampai di mana proses hukumnya berjalan. Tidak bisa kita membuat keputusan tanpa laporan yang jelas,” katanya.
Kuasa hukum keluarga AM, Titis Rachmawati, menyambut baik ketegasan Wapres memproses kasus ini. Menurut dia, motif dari kasus ini harus segera terkuak agar tidak terulang lagi. Sampai saat ini, tim dari Polres Ponorogo sudah datang ke Palembang untuk memeriksa keluarga korban.
Sebelumnya ibu AM, Siti Soimah, berharap, kematian anaknya bisa diusut tuntas. Kasus ini agar bisa menjadi pembelajaran bagi semua pihak agar tidak ada lagi kekerasan di dunia pendidikan.
”Cukup anak saya saja yang jadi korban, jangan terjadi lagi pada santri yang lain,” ucapnya.