Banjir di Palu Surut, Warga Bersihkan Rumah dari Lumpur
Perlu pembenahan Sungai Palu agar banjir tidak terjadi ke depan. Pembenahan tersebut, antara lain, pembangunan tanggul lebih tinggi dan pengerukan sedimen.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·4 menit baca
PALU, KOMPAS — Banjir luapan Sungai Palu yang melanda lima kelurahan di Kota Palu, Sulawesi Tengah, sudah surut. Rabu (7/9/2022), warga pun membersihkan rumah mereka dari air bercampur lumpur yang menggenang. Diperlukan penataan sungai yang komprehensif agar banjir serupa tidak berulang.
Banjir yang terjadi pada Selasa (6/9/2022) dini hari itu mulai pelan-pelan surut pada Selasa pukul 22.00 Wita. ”Sekitar pukul 02.00 pada Rabu, air sudah sedikit dan pelan-pelan tak ada lagi. Yang tersisa di dalam rumah air bercampur lumpur,” kata Alimuddin (50), warga RT002/RW 004 Kelurahan Ujuna, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, saat ditemui di rumahnya, Rabu.
Bersama dengan anggota keluarga, Alimuddin pun membersihkan sisa lumpur dari dalam rumah. Pembersihan lumpur di rumah tersebut didukung sumur pompa yang kembali berfungsi. Sebelumnya listrik di daerah terdampak banjir sempat dipadamkan untuk menghindari fatalitas. Listrik kembali menyala pada Rabu pagi.
Banjir melanda Kelurahan Ujuna, Kelurahan Baru, Kelurahan Lere, di Kecamatan Palu Barat serta Kelurahan Besusu Barat dan Kelurahan Lolu Utara di Kecamatan Palu Timur, Selasa (6/9/2022). Banjir terparah terjadi di Kelurahan Ujuna dan Baru.
Air dari luapan Sungai Palu masuk ke permukiman warga melalui tanggul dan pintu air (gorong-gorong). Sungai tersebut meluap setelah hujan lebat pada Minggu-Senin (4-5/9/2022). Lebih dari 500 rumah yang dihuni 2.900 jiwa terendam.
Dengan tak adanya lagi air di dalam rumah, Alimuddin tak perlu lagi mengungsi. Saat banjir terjadi, ia bersama lima anggota keluarganya mengungsi ke lantai dua rumah susun sewa sederhana yang berjarak hanya 30 meter dari rumahnya.
Sebagian besar barang di rumah Alimuddin masih disimpan di meja di luar rumah. Adapun barang-barang, seperti kulkas, kasur, dan mebel, sempat diselamatkan saat banjir melanda.
Pembersihan air bercampur lumpur juga terlihat di rumah-rumah lain di Kelurahan Ujuna. Sebagian warga sudah memasukkan barang-barang, seperti kasur, mebel, dan alat-alat elektronik, ke dalam rumah. Barang-barang tersebut sebelumnya dievakuasi.
Pembersihan rumah juga dilakukan warga di Kelurahan Baru. Barang-barang masih ditempatkan di luar teras rumah. Selain menggunakan air dari sumur pompa warga untuk membersihkan rumah, pemerintah setempat juga menyediakan air bersih dari mobil tangki.
”Saya sudah membersihkan dua ruangan. Masih ada dua ruangan lagi yang belum benar-benar bersih,” ujar Rini (38), warga RT 001 RW 001 Kelurahan Baru.
Dua ruangan yang belum bersih di rumah Rini adalah kamar tamu dan dapur. Sebagian air yang mengandung lumpur sudah dikeluarkan dari ruangan tamu, tetapi belum benar-benar bersih. Ada genangan-genangan kecil. Sementara air bercampur lumpur di dapur belum dibersihkan sama sekali.
Posko di lokasi banjir masih diaktifkan untuk menjaga kemungkinan banjir susulan.
Meskipun rumahnya belum benar-benar bersih, Rini bersama dengan dua anggota keluarga lainnya akan tidur di rumah. Ia tak lagi mengungsi di kompleks pertokoan seperti yang dilakukannya bersama warga lain pada Selasa malam.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palu Presly Tampubolon menyatakan, pihaknya masih bersiaga. Posko di lokasi banjir masih diaktifkan untuk menjaga kemungkinan banjir susulan.
Dinas Sosial Kota Palu pun masih mengoperasikan dapur umum untuk melayani kebutuhan warga. Dapur umum dioperasikan selama tujuh hari terhitung sejak Selasa. Dapur umum didirikan di Kelurahan Baru. Dari dapur umum tersebut sukarelawan mendistribusikan makanan kepada para penyintas banjir.
Pembenahan sungai
Untuk mengurangi banjir ke depan, kata Presly, pihaknya telah berkoordinasi dengan Balai Wilayah Sungai Sulawesi III untuk melakukan pembenahan Sungai Palu. Disepakati tanggul di titik-titik rawan banjir akan ditinggikan hingga 5 meter. Selain itu, akan dibangun kolam retensi. Drainase menuju Sungai Palu juga akan dibenahi.
Berdasarkan pantauan di lapangan, tanggul di titik-titik banjir dengan posisinya miring berketinggian sekitar 2 meter dari debit normal sungai.
Namun, menurut Koordinator Forum Pengurangan Risiko Bencana Kota Palu Ridwan Lapasere, penanggulangan banjir di Sungai Palu tak bisa hanya diselesaikan dengan peninggian tanggul. Masalah sedimentasi yang terbentang dari muara Sungai Palu juga perlu diselesaikan. ”Pengerukan sedimen juga salah satu solusi untuk mengurangi banjir. Air merembes keluar dari alurnya karena tertahan tumpukan sedimen,” ujarnya.
Sedimen memang menumpuk di muara Sungai Palu dan titik-titik tertentu di sepanjang sungai. Bahkan, di beberapa titik, termasuk di sekitar tempat banjir terjadi, sedimen membentuk delta. Di delta tersebut tumbuh rumput.
Mayang (40), warga Kelurahan Baru, menyatakan, pemerintah perlu mengambil langkah cepat untuk penanggulangan banjir. ”Kami tentu tidak mau kena banjir terus. Saya tidak tahu apa persis solusinya, intinya pemerintah harus melakukan sesuatu agar tidak banjir lagi,” katanya.
Banjir karena luapan Sungai Palu sering terjadi di permukiman di pinggir Sungai Palu, terutama Kelurahan Ujuna dan Kelurahan Baru. Namun, banjir pada Selasa termasuk yang terbesar yang pernah terjadi. Banjir dengan skala serupa pernah terjadi pada 2007.
Selain di Palu, sejumlah daerah lain di Sulteng juga dilanda banjir pada Selasa. Banjir merendam sejumlah rumah di Desa Sidondo, Kecamatan Sigi Biromaru, dan Desa Pakuli, Kecamatan Gumbasa, di Kabupaten Sigi. Bencana sama juga melanda Desa Kumbasa, Kecamatan Sindue dan Desa Tipo, Kecamatan Sindue Tombosabura, di Kabupaten Donggala.