Lagi, Puluhan Ribu Batang Ganja di Aceh Dimusnahkan
Ladang ganja itu pertama kali diketahui oleh warga dan melaporkan temuan itu kepada personel Babinsa. Selanjutnya tim melakukan penelusuran.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
SIGLI, KOMPAS — Penanaman ganja di Provinsi Aceh masih marak. Nyaris setiap bulan Polri dan TNI menemukan ladang ganja. Terbaru TNI menemukan dua hektar lahan ganja. Sebanyak 30.000 batang tanaman ganja memasuki usia panen dimusnahkan.
Komandan Komando Distrik Militer 0102/Pidie Letnan Kolonel Inf Abd Jamal Husin, Minggu (4/9/2022), mengatakan, ladang ganja ditemukan di sebuah perbukitan di antara Desa Kebun Nilam dan Desa Ulee Gunong, Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie.
Jamal mengatakan, ladang ganja itu pertama kali diketahui oleh warga. Ia melaporkan temuan itu kepada personel Babinsa. Selanjutnya tim melakukan penelusuran.
Dari jalan desa dengan berjalan kaki butuh waktu lebih satu jam untuk mencapai ke lokasi. Tim baru menemukan ladang ganja itu pada pukul 22.00, Jumat (2/9/2022). Lokasi berada pada sisi bukit yang terjal sehingga dari kejauhan tidak akan tampak.
Tim menginap di lokasi dan baru memusnahkan ganja tersebut pada keesokan harinya. ”Di lahan 2 hektar itu terdapat sekitar 30.000 batang pohon ganja, diperkirakan sudah berusia sekitar lima bulan merata dengan ketinggian batang sekitar dua meter, siap panen,” kata Jamal.
Personel mencabut batang ganja itu kemudian membakar. Namun, pemilik lahan ganja itu tidak diketahui.
Ini bukan kali pertama penemuan lahan ganja di Pidie. Pada Sabtu (20/8/2022), aparat Kepolisian Polisi Resor Pidie menemukan dua hektar ladang ganja di Desa Kebun Nilam, Kecamatan Tangse. Sebanyak 1.500 batang ganja setinggi dua meter dimusnahkan dengan cara dibakar. Sementara MJ (50) pemilik lahan ganja ditahan.
Lokasi lahan yang ditemukan polisi dengan TNI masih berada di kawasan yang sama.
Sebelumnya Kepala Polisi Resor Pidie Ajun Komisaris Besar Padli mengatakan, ganja dari Pidie pernah dijual Rp 600.000 per kilogram. Ganja dari Pidie sebagian besar untuk diedarkan ke beberapa provinsi tetangga.
Sudah menjadi rahasia umum ganja dari Aceh banyak diselundupkan ke provinsi-provinsi lain di Indonesia. Selain Pidie, daerah yang menjadi sentra penanaman ganja adalah Kabupaten Aceh Besar, Aceh Utara, dan Gayo Lues.
Sepanjang 2020-2021, jajaran kepolisian di Aceh menyita 2,5 ton ganja kering siap edar dari para tersangka. Jika harga jual per kg Rp 600.000, potensi perputaran uang sebesar Rp 1,5 miliar.
Sementara di Aceh Utara, pada 1 September 2022, aparat kepolisian menangkap lima warga yang diduga pengedar ganja kering. Dari dalam mobil yang mereka yang tumpangi, ditemukan tiga karung ganja seberat 198 kilogram.
Sebelumnya Kepala Bidang Pemberantasan BNN Provinsi Aceh Komisaris Besar Mirwazi mengatakan, tidak mudah menghentikan sepenuhnya penanaman ganja di Aceh. Pelaku selalu menjadikan ekonomi yang sulit sebagai alasan menanam ganja. Lokasi penanaman juga tidak mudah dijangkau. Biasanya ganja ditanam pada lahan yang berada di lereng-lereng bukit. Selain karena sulit diendus petugas, ganja juga mudah tumbuh karena tanah yang subur.
Pemerintah pernah melakukan program alih fungsi lahan ganja menjadi lahan pertanian disebut dengan Grand Design Alternative Development (GDAD), tetapi belum sepenuhnya berjalan. Penanaman ganja masih juga marak. Pada Maret 2020, BNN memusnahkan 1,3 ton ganja kering.
Rektor Universitas Malikussaleh Lhokseumawe Herman Fitra mengatakan, Aceh darurat narkoba. Selain sentra penghasil ganja, Aceh juga menjadi pintu masuk penyelundupan sabu. Dia berharap pemerintah memiliki strategi yang tepat untuk menghentikan peredaran narkoba di Aceh.
Menurut dia, penegakan hukum dan peningkatan ekonomi warga di akar rumput harus dilakukan agar warga tidak terjerumus ke dalam jaringan narkoba.