Merawat Alam, Menjaga Aset dan Masa Depan Kota
Membangun Kota Batu, Jawa Timur, tantangannya adalah bertahan dari desakan investasi yang mungkin merusak alam. Padahal, keindahan alam adalah aset utama Kota Batu. Untuk masa depan, aset alam itu harus terus dijaga.
Menjadi perempuan wali kota pertama di Kota Batu tidaklah mudah. Sosok seorang ibu harus bertarung dengan kerasnya ”gempuran permintaan” investasi yang, jika dibiarkan, malah akan merusak masa depan kota. Di sini lah, Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko berusaha mempertahankan aset keindahan alam Kota Batu agar tidak rusak.
Salah satu upayanya ialah dengan menggodok perda rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kota Batu yang segera akan disahkan. Berikut petikan wawancara Kompas dengan Wali Kota Batu yang akan mengakhiri masa tugasnya pada Desember 2022.
Apa kekuatan Kota Batu menurut Anda?
Saya melihat bahwa kekuatan Kota Batu ada di budaya dan alamnya. Di mana kegotongroyongan dan keguyuban masyarakatnya yang terus ada sampai kini. Hal itu diperkuat lingkungan alam yang luar biasa. Alamnya nan indah, suhu udara yang nyaman, itu adalah aset Kota Batu yang harus dijaga sehingga pengunjung datang ke Kota Batu bisa berlama-lama dan betah.
Apa rencana Anda untuk membangun Kota Batu ke depan?
Ke depan, saya berharap di setiap rumah ada homestay yang menyediakan 1-3 kamar untuk tamu. Eksklusif. Sifatnya pribadi. Jadinya, pengunjung akan berinteraksi dengan pemilik rumah. Entah ikut memerah susu, sarapan bareng, pergi ke sawah bersama, ini adalah rencana yang sudah dikonsep oleh desa-desa dengan desa wisata.
Baca Juga: KCF-Apeksi Bawa Sejumlah Isu Daerah
Di Kota Batu tidak mungkin punya industri atau pabrik besar seperti di kota-kota industri lainnya. Yang bisa kita lakukan adalah memunculkan kegiatan-kegiatan personal seperti di atas. Pembangunan hotel juga sudah cukup. Makanya, berdayakan masyarakat dengan menciptakan homestay yang nyaman bagi pengunjung. Saya yakin masyarakat Kota Batu bisa mewujudkannya. Mungkin, hanya masih belum tahu caranya bagaimana.
Menurut bayangan Anda, bagaimana kondisi Kota Batu 5, 10, atau 20 tahun ke depan?
Saya berharap, 5 tahun, 10 tahun, atau 20 tahun mendatang tidak ada pembangunan fisik spektakuler di Kota Batu. Saya inginnya alam tetap terjaga lestari. Misalnya, Sumber Brantas sebagai sumber air utama di Jawa Timur tetap terjaga. Sumber-sumber air lain di Kota Batu pun ikut terjaga. Nah, penjagaan inilah yang harus terus dilakukan agar keinginan bersama, suhu Kota Batu, tidak terus bertambah panas, tetapi terus bisa sejuk. Ini yang saya inginkan.
Harus kita sadari bahwa ikon eksisting Kota Batu adalah alam. Hotel di sini sudah banyak. Kamar sudah ribuan. Kalau mau ditambah, tambah kualitasnya saja, misalnya menaikkan kualitas kamar, dan seterusnya. Bukan menambah jumlahnya.
Kenapa? Karena kalau pembangunan fisik hotel dan bangunan terus terjadi di Kota Batu, modal alam Kota Batu sangat mungkin rusak dan tergerus. Ini repot. Itu bisa mengurangi keinginan orang ke sini untuk healing. Untuk mencari sesuatu yang lebih sehat dan bahagia.
Bagaimana cara menjaga alam Kota Batu?
Ada aturannya. Misalnya, di wilayah Bumiaji, sekarang saya tak mengizinkan membangun hotel. Itu hanya untuk kawasan hijau. Untuk pertanian dan kelestarian alam.
Apa tantangan terbesar membangun Kota Batu?
Upaya menjaga alam Kota Batu tidaklah mudah. Tantangannya selama ini Kota Batu belum punya peraturan daerah rencana tata ruang dan rencana wilayah (perda RTRW). Namun, kini, sudah proses dibuat dan segera jadi. Dengan demikian, jika aturannya sudah ada, akan dengan mudah menunjukkan dasar hukum itu jika ada yang ngotot ingin investasi membangun bangunan baru di lahan yang tidak diizinkan.
Selama ini, tantangannya adalah adu argumen dengan investor. Dan, itu tidak mudah. Saya bersyukur sebentar lagi perda RTRW jadi, lalu bisa di-breakdown menjadi rencana detail tata ruang kota (RDTRK) dan akan menjadi regulasi mengikat. Ada aturan jelas bahwa di Kota Batu yang boleh dibangun di lokasi ini dan itu. Harus disadari bahwa Kota Batu memang magnit luar biasa untuk investasi.
Baca Juga: Inovasi dan Dukungan Penting untuk Pulihkan UMKM Seusai Pandemi
Lalu menurut Anda, bagaimana pihak eksternal bisa membantu pembangunan di Kota Batu?
Meski begitu, pihak eksternal tetap bisa membantu membangun tempat usaha atau industri ramah lingkungan di Kota Batu. Contohnya, di Kota Batu ada potensi hortikultura dan tanaman obat. Kalau ada orang yang ingin berinvestasi, maka yang berhubungan dengan yang bisa mengelola kekayaan alam Kota Batu itu. Misalnya, membangun rumah atsiri, dan seterusnya. Intinya industri ramah lingkungan dan berbasis potensi. Saya rasa masih banyak investor di luar sana yang mau bersama-sama membangun Kota Batu tanpa merusaknya.
Cotoh lain, kami juga punya sumber air panas alam Songgoriti dan Cangar. Itu bisa dibuat terapi kesehatan. Secara medis bisa. Untuk terapi orang pascastroke. Maka, model investasi kesehatan seperti itu juga bisa dibuat di sini.
Apa contoh terbaik kerja-kerja nyata Anda selama memimpin Kota batu?
Saya rasa saya tetap bisa menghidupkan UMKM selama 2 tahun pandemi, itu bagus. Selama pandemi, Pemkot Batu mendukung penuh upaya UMKM untuk tetap bisa menjual produknya secara online, baik dengan medsos atau website pribadi maupun dengan promo dari pemerintah.
Pemerintah ikut terus memromosikan UMKM di berbagai event, termasuk secara daring. Kami bekerja sama dengan berbagai marketplace untuk mendukung UMKM di Kota Batu. Dan, sekarang, seusai pandemi, UMKM bisa bangkit lagi, termasuk UMKM kuliner. Terbukti, PAD kami di sisi pajak restoran, sampai pertengahan tahun ini, pajak kuliner sudah 100 persen dari target setahun. Jadi, potensinya luar biasa. Demikian juga perhotelan. Meski itu yang punya orang-orang bermodal.
Apakah digitalisasi bisa diterapkan di Kota Batu?
Digitalisasi sangat bisa diterapkan di Kota Batu, bahkan sudah jalan. Banyak UMKM memasarkan produknya dengan kecanggihan IT. Ada komunitas-komunitas kreatif masyarakat yang bisa kita contoh. Misalnya ada sekelompok UMKM saling bekerja sama dan mendukung dengan nama Tukunuku. Jadi sesama mereka membeli produk mereka sendiri.
Ada juga komunitas ojek online Kurir Lokal. Ini awalnya komunitas dengan sasaran mengantar jemput orang. Namun, usahanya kemudian berkembang ke macam-macam jasa, hingga misal menyediakan jasa menangkap tikus, mengantar jemput anak, menangkap cicak, dan seterusnya. Ada juga usaha kopi bersama: Samisareng, yaitu sekelompok pengusaha kopi di Kota Batu yang bekerja sama untuk saling support.
Baca Juga: Diperlukan Kebijakan Konkret untuk Dorong Produk Lokal
Sejauh mana Anda melibatkan anak-anak muda untuk membangun Kota Batu?
Anak-anak muda identik dengan kreativitasnya. Makanya, Pemkot Batu memfasilitasi dan mendukung kreativitas itu, dan kesempatan untuk mereka tampil. Entah dalam kegiatan resmi atau dalam pameran. Ini agar mereka terus bisa berkreasi. Pemda sifatnya fasilitator, motivator, pendorong, dan menjadi inspirator.
Seyakin apa Anda bahwa anak-anak muda Kota Batu ke depan bisa mengambil alih kepemimpinan di kotanya sendiri dan bisa turut membangun kotanya?
Sangat yakin. Anak-anak muda Kota Batu banyak yang potensial. Ada di antara mereka mungkin saat ini bekerja di luar kota. Tidak masalah. Yang penting nanti kembali untuk membangun Batu. Di luar cari pengalaman dahulu untuk diterapkan saat nanti mau turut serta membangun Kota Batu.
Menurut Bu Dewanti, keberhasilan seorang pemimpin itu seperti apa?
Keberhasilan pemimpin itu bukan karena karya monumentalnya (fisik) banyak. Namun, ketika masyarakatnya meningkat, baik kehidupan sosial, ekonomi, dan pendidikannya. Saat mereka berdaya. Itulah keberhasilan pemimpin. Bagaimana ia bisa memotivasi masyarakatnya ikut serta dalam pembangunan.
Kalau mau membangun monumental itu gampang, asal ada dananya. Namun, membangun kesadaran masyarakat untuk bisa mandiri, sadar, dan ikut serta dalam proses pembangunan, serta saat kualitas SDM meningkat, itu keberhasilan luar biasa yang tak bisa dibandingkan dengan bangunan monumental.
BIODATA:
Nama: Dewanti Rumpoko
TTL: Ampenan, 13 Desember 1962
Pendidikan: S-2 Universitas 17 Agustus Surabaya
Profesi: Wali Kota Batu sejak 2017
-Dosen Psikologi Pendidikan Universitas Merdeka Malang
Suami: Eddy Rumpoko
Anak: 1. Dinasty Rumpoko
2. Ganisa Pratiwi Rumpoko
3. Anindya Parasmay Rumpoko