Di Kota Malang, Celana Jins Alami Inflasi, sedangkan Cabai Rawit Deflasi
Kota Malang mengalami deflasi. Deflasi terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, khususnya produk hortikultura, seperti cabai rawit. Meski begitu, beberapa komoditas mengalami inflasi, seperti celana jins.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Untuk pertama kali dalam tahun ini, Kota Malang di Jawa Timur mengalami deflasi. Deflasi atau penurunan harga terjadi pada kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau, khususnya pada produk hortikultura, seperti bawang merah, cabai rawit, dan kangkung. Meski begitu, beberapa komoditas mengalami inflasi, seperti celana jins.
Pada rilis perkembangan indeks harga konsumen (IHK) Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang per Agustus 2022 terlihat bahwa untuk pertama kali di tahun ini, Kota Malang mengalami deflasi -0,03 persen. Dari delapan kota di Jatim yang disurvei IHK, tujuh kota mengalami deflasi dan hanya satu kota, yaitu Surabaya, mengalami inflasi. Tujuh kota tersebut adalah Kota Malang, Kota Madiun, Kota Kediri, Kota Probolinggo, Jember, Banyuwangi, dan Sumenep.
Sementara komoditas utama yang memberikan andil terhadap deflasi adalah cabai rawit (mengalami penurunan harga hingga 40,71%, dan memiliki andil -0,18%), bawang merah (-0,14%), cabai merah (-0,04%), minyak goreng (-0,11%), daging ayam ras (-0,05%), tomat (-0,04%), sawi hijau (-0,02%), kangkung, semangka, dan emas perhiasan (-0,01%).
”Kami menghitung 382 komoditas. Dan, deflasi kali ini disebabkan komoditas makanan yang sebagian besar hortikultura, di beberapa sentra produksi, sedang mengalami panen. Itu sebabnya, stok melimpah dan harga komoditas cenderung turun,” kata Kepala BPS Kota Malang Erny Fatma Setyoharini, Kamis (1/9/2022). Malanng Raya selama ini merupakan salah satu daerah sentra pertanian di Jawa Timur, khususnya hortikultura.
Deflasi Kota Malang kali ini merupakan pertama kali selama tahun 2022. Pada periode sama, Pemerintah Provinsi Jatim mengalami inflasi 0,09 persen dan nasional mengalami deflasi -0,21 persen.
”Jadi, deflasi kali ini bukan karena perlambatan ekonomi atau penurunan daya beli, melainkan karena pasokan melimpah. Upaya tim pengendali inflasi daerah (TPID) yang selalu responsif atas kondisi ekonomi yang kami rilis, kemudian dengan cepat melakukan pasar murah, mengimbau (masyarakat) menanam cabai, bawang merah, dan sayuran di rumah, rupanya cukup berdampak,” kata Erny.
Meski mengalami deflasi selama Agustus 2022, sebenarnya Kota Malang juga mengalami inflasi untuk beberapa kelompok pengeluaran, seperti pendidikan, pakaian dan alas kaki, transportasi, serta penyedia makanan dan minuman/restoran.
”Komoditas penyumbang inflasi pendidikan ini adalah perguruan tinggi. Bisa jadi karena perkuliahan sudah mulai masuk, dan ada ratusan ribu mahasiswa baru pada tahun ini belajar di Kota Malang,” kata Erny. Kondisi ini masih terkait juga dengan inflasi pada komoditas pakaian, yaitu celana panjang jins.
Sebelumnya, saat harga sembako melambung beberapa waktu lalu, Pemerintah Kota (Pemkot) Malang menggelar operasi pasar guna menstabilkan harga dan memastikan pasokan bahan pokok.
Operasi pasar pertama dilakukan pada awal pekan ini di Kelurahan Sukun. Saat itu, 1.000 paket sembako murah, mulai dari beras, gula pasir, minyak goreng kemasan, tepung terigu, telur ayam, daging ayam, cabai, hingga bawang merah, dijual dengan harga miring. Kegiatan ini menggandeng berbagai pihak, seperti BUMN, Bulog, BUMD Perumda Tunas, Badan Pangan Nasional, dan Bank Indonesia.
”Kegiatan itu akan dilakukan setiap minggu di tempat berbeda-beda, sampai kondisi inflasi terkendali. Ditargetkan, hingga akhir tahun, ada 63 titik operasi pasar murah,” kata Ketua Dewan Pengawas Perumda Tunas yang juga tergabung dalam TPID Kota Malang, Elfiatur Roikhah.