Siti Nurbaya: Indonesia Posisikan G20 sebagai Jembatan Aspirasi Antarnegara
Indonesia memimpin forum pertemuan Tingkat Menteri Lingkungan Hidup dan Iklim G20 di Nusa Dua, Badung, Bali, Rabu (31/8/2022). Indonesia mengajak semua negara bertanggung jawab menghadapi isu lingkungan hidup.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·4 menit baca
ISTIMEWA/KLHK/ANTARAFOTO-FIKRI YUSUF
Sejumlah anggota delegasi mengikuti kegiatan G20 Joint Environment and Climate Ministerial Meeting (JECMM) di Nusa Dua, Badung, Bali, Rabu (31/8/2022).
BADUNG, KOMPAS — Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar menyatakan, Indonesia memosisikan G20 bidang lingkungan sebagai jembatan, yang menghubungkan untuk meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian perubahan iklim. Semua pihak dan semua negara sama-sama memiliki tanggung jawab dalam menghadapi tantangan global tentang pengelolaan lingkungan hidup dan perubahan iklim.
Dalam jumpa pers seusai memimpin forum Pertemuan Tingkat Menteri Lingkungan Hidup dan Iklim G20 (G20 The Joint Environment and Climate Ministers Meeting/JECMM) di Nusa Dua, Badung, Bali, Rabu (31/8/2022), Siti Nurbaya mengatakan, dalam presidensi G20, Indonesia mengintegrasikan isu dan persoalan yang dihadapi negara-negara secara global.
Dalam posisi kepresidenan G20, Indonesia mengajak negara-negara lain untuk konsisten dalam menjaga keberlanjutan komitmen bersama antara COP 26, G20, dan COP 27, hingga COP 28 mendatang.
ANTARA/FIKRI YUSUF
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar (tengah) berbincang dengan Utusan Khusus Presiden Amerika Serikat (AS) untuk Iklim John Kerry (kiri) dan Administrator Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) AS Michael S. Regan (kanan) saat kegiatan G20 Joint Environment and Climate Ministerial Meeting (JECMM) di Nusa Dua, Badung, Bali, Rabu (31/8/2022).
Forum JECMM G20 tersebut, menurut Siti Nurbaya, dihadiri 17 pejabat setingkat menteri dan 11 wakil menteri di bidang lingkungan hidup dan iklim serta pimpinan organisasi internasional. Keseluruhan terdapat 362 delegasi menghadiri forum JECMM di Nusa Dua, Bali, termasuk 32 delegasi yang mengikuti secara virtual.
Langkah Indonesia dalam memastikan terjaganya komitmen dan keberlanjutan agenda Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP) juga dilaksanakan melalui pertemuan bilateral, selain melalui forum multilateral.
”Ini perlu dijaga karena dalam tujuh tahun terakhir, Indonesia berusaha keras dan berbuat nyata dalam melakukan hal yang kongkret di lapangan bersama masyarakat,” ujar Siti Nurbaya mengenai forum JECMM G20 di Nusa Dua, Bali.
Rombongan tur mobil listrik dari Jakarta menuju Jambi yang digelar Kementerian Perhubungan tiba di Bandar Lampung, Senin (17/1/2022). Tur itu dilakukan dalam rangka kampanye penggunaan kendaraan ramah lingkungan.
Dalam forum JECMM G20 di Nusa Dua, Badung, Rabu (31/8/2022), yang dipimpin Indonesia, Menteri Siti Nurbaya juga mendorong penguatan kerja sama bidang lingkungan secara multilateral.
Multilateralisme bidang lingkungan, menurut Siti Nurbaya saat pembukaan forum JECMM G20, merupakan mekanisme yang akan memastikan seluruh aspirasi dari negara-negara berkembang dan negara-negara maju mengenai pengelolaan lingkungan hidup dan perubahan iklim didengar dan diperhatikan secara setara dan adil.
Siti Nurbaya menyatakan, persoalan lingkungan hidup dan iklim sebagai tantangan global membutuhkan solusi global. Menurut Siti Nurbaya, tidak ada satu negara yang tidak terkena dampak buruk persoalan lingkungan hidup dan perubahan iklim.
Oleh karena itu, Siti Nurbaya mengajak semua negara tersebut agar menjaga komitmen bersama yang dihasilkan dalam forum multilateral dapat dijalankan.
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Associate Vice President Strategy and Knowledge Department (SKD) International Fund for Agricultural Development (IFAD) Jyotsna Puri di Nusa Dua, Badung.
Associate Vice President Strategy and Knowledge Department(SKD)International Fund for Agricultural Development (IFAD) Jyotsna Puri di Nusa Dua, Badung, Rabu (31/8/2022), mengharapkan pertemuan JECMM menjadi momen memperkuat komitmen dalam agenda COP 26, yang dilanjutkan pertemuan COP mendatang. Tujuannya mengurangi kesenjangan antara adaptasi dan mitigasi dalam menangani isu pengelolaan lingkungan hidup dan perubahan iklim.
”Kami juga ingin melihat adanya komitmen dan fokus terhadap kelompok rentan dan komunitas agar tidak lagi ada pihak yang merasa ditinggalkan, terutama terhadap kalangan petani kecil di negara berkembang,” ujar Jyotsna Puri ketika ditemui di sela-sela pertemuan.
Tanam mangrove
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Kegiatan Bakti Lingkungan Djarum Foundation diisi penanaman 5.000 bibit mangrove di kawasan Tahura Ngurah Rai di wilayah Pemogan, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Rabu (31/8/2022).
Sementara itu, pihak Djarum Foundation melalui kegiatan Bakti Lingkungan, Rabu (31/8/2022), menanam 5.000 bibit mangrove di kawasan Taman Hutan Rakyat (Tahura) Ngurah Rai di wilayah Pemogan, Denpasar Selatan, Kota Denpasar.
Kegiatan penanaman mangrove sebagai implementasi program Djarum Trees for Life, yang melibatkan kalangan muda dari komunitas Sadar Lingkungan (Darling). Hadir pula Vice President Director Djarum Foundation FX Supanji, Direktur Rehabilitasi Perairan Darat dan Mangrove Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Inge Retnowati, akademisi IPB Soni Trison, dan Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Provinsi Bali I Gede Indra Dewa Putra mewakili Gubernur Bali serta artis Nana Mirdad.
Mengenai kegiatan penanaman mangrove tersebut, Supanji mengatakan, keberadaan dan kelestarian hutan mangrove penting bagi Bali yang menjadi destinasi dunia, selain bermanfaat besar terhadap lingkungan hidup.
Konservasi hutan mangrove, menurut Supanji, menjadi bagian dalam pelindungan dan penjagaan lingkungan dan Bumi. ”Kita sangat tergantung pada Bumi ini,” kata Supanji menjelang kegiatan penanaman bibit mangrove tersebut.
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
VP Director Djarum Foundation FX Supanji (kanan) menyerahkan bibit mangrove kepada perwakilan komunitas Sadar Lingkungan menjelang kegiatan penanaman bibit mangrove di kawasan Tahura Ngurah Rai di wilayah Pemogan, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Rabu (31/8/2022).
Inge Retnowati menyatakan, hutan mangrove di kawasan pesisir sama pentingnya dengan hutan daratan. Hutan mangrove diketahui memiliki kemampuan menangkap dan menyimpan karbon lebih besar dibandingkan hutan darat, di samping menjadi sabuk hijau yang mencegah abrasi dan tempat berbiaknya ikan. ”Hutan mangrove berkontribusi dalam pengendalian dampak perubahan iklim,” kata Inge.
Keberadaan hutan mangrove di Bali, menurut Gubernur Bali dalam sambutannya yang dibacakan Gede Indra, berfungsi menjaga garis pantai di Bali dan juga melindungi daratan dari abrasi.
Mangrove juga menghasilkan oksigen dan menyerap karbon yang lebih besar daripada hutan tropis. Diakui pula, perubahan dan pembangunan berdampak terhadap kondisi hutan mangrove di Bali.
Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Bali mengapresiasi kegiatan penanaman mangrove dan upaya konservasi hutan mangrove, termasuk kegiatan yang dilaksanakan Bakti Program Djarum Foundation di kawasan Tahura Ngurah Rai, Kota Denpasar.