Meraih Sejahtera dengan Kredit Mesra
Banyak usaha kecil menengah terpuruk akibat pandemi Covid-19. Kredit Mesra dari Bank BJB mencoba meminimalkan dampaknya agar masyarakat bisa tetap sejahtera.
Herni Hernawati (48) tersenyum mengangkat kertas berisi akad pemberian kredit Bank BJB Mesra atau Masyarakat Ekonomi Sejahtera. Program pinjaman modal itu membantunya bangkit setelah terpuruk pandemi Covid-19 dan mengantarkan produk lokalnya menuju ajang internasional.
Bersama 49 pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lainnya, Herni menerima kredit Bank BJB Mesra dalam rangkaian acara Cycling de Jabar di Alun-Alun-alun Paamprokan, Pangandaran, Minggu (28/8/2022). Ajang perjalanan sepeda itu digelar Pemerintah Provinsi Jabar, Bank BJB, dan harian Kompas.
Seperti 69 pesepeda yang bahagia setelah menempuh 319 kilometer, Herni juga senang mendapatkan pinjaman Rp 5 juta dari kredit Mesra. Pinjaman dengan plafon Rp 500.000 sampai Rp 5 juta itu tanpa agunan dan bunga 0 persen. Angsurannya selama 6 bulan atau 12 bulan.
”Alhamdulillah, saya dapat kredit Mesra lagi. Kalau sekarang untuk beli peralatan, beli rumput laut, dan perluasan bisnis,” ujar pemilik Ulva Q, produk kerupuk rumput laut, ini. Bahan bakunya diperoleh dari nelayan. Produknya pun menjadi salah satu buah tangan di Pangandaran.
Namun, bisnisnya di ujung tanduk akibat pandemi Covid-19 dua tahun lalu. Produknya yang dititipkan di toko oleh-oleh dan pedagang di pinggir pantai tak laku.
”Kerugiannya Rp 7 juta. Saya simpan 200 pak di rumah sampai rusak. Mau bikin lagi, enggak ada modal,” ujarnya.
Baca juga: Cycling de Jabar Bawa Jalur Selatan Mendunia
Pangandaran dalam Angka mencatat, persentase kemiskinan di daerah berpenduduk sekitar 472.000 jiwa itu tahun 2021 mencapai 9,65 persen atau meningkat dari 7,71 persen tahun 2019. Kunjungan wisatawan anjlok dari 4 juta orang per tahun menjadi sekitar 2,9 juta orang saat pandemi.
Beruntung, ia pernah ikut Sekolah Perempuan Capai Impian dan Cita-cita atau Sekoper Cinta, program pemberdayaan perempuan oleh Pemprov Jabar. Seorang tetangganya yang juga pendamping program itu di Kecamatan Kalipucang mengenalkannya dengan kredit Bank BJB Mesra.
Herni kemudian mendaftar melalui pengurus salah satu masjid setempat. Setelah menyertakan fotokopi kartu tanda penduduk, kartu keluarga, dan akta nikah, ia pun menerima Rp 4 juta.
”Saya ambil kredit itu karena enggak ada bunganya. Jadi, enggak memberatkan,” ujar ibu dua anak ini.
Ia menggunakan uang itu untuk membeli bahan baku dan kemasan khusus sekitar Rp 3,4 juta. Rumput laut kering yang sebelumnya hanya dibungkus plastik bening kini berbahan khusus dengan gambar berwarna. Dengan kemasan yang lebih menarik, produknya kian diminati.
Seiring penyebaran Covid-19 yang melandai dan dukungan pemasaran oleh Bank BJB, kerupuk rumput lautnya mulai ”merumput” ke mana-mana. Ia juga punya tiga reseller.
”Bahkan, Maret 2022, Bank BJB beli 100 pak produk saya dan diikutkan pameran di Singapura,” ujarnya tersenyum.
Baca juga: Wajah Pangandaran dalam Kehangatan Pindang Gunung
Kini, ia bisa menjual hingga 1.000 produk per bulan. Padahal, sebelumnya, hanya sekitar 500 pak yang laku sebulan. Herni juga turut menambah nilai rumput laut, salah satu produk andalan di Pangandaran. Di nelayan, harga komoditas itu sekitar Rp 45.000 per kg.
Setelah diolah, Herni menjual satu kemasan berisi 65 gram rumput laut seharga Rp 15.000. Artinya, dari 1 kg rumput laut mentah yang diubah menjadi kerupuk, ia bisa meraup Rp 225.000. Jika mampu menjajakan 1.000 kemasan per bulan, omzetnya bisa Rp 15 juta.
”Setelah penjualan produk besar, biaya SMA anak saya tercukupi. Keluarga juga terbantu. Bapak (suami), kan, penghasilannya enggak tetap. Jadi, saya tulang punggung (ekonomi),” ujar perempuan lulusan SMP ini. Suaminya kadang menjadi buruh tani padi, pisang, dan kelapa.
Jika permintaan untuk produknya melonjak, Herni juga mempekerjakan hingga lima tetangganya. ”Ke depan, harapan saya Bank BJB tidak hanya kasih kredit, tetapi juga terus membantu pemasaran produk ke daerah lain dan luar negeri. Jangan di Pangandaran saja,” ujarnya.
Pelampung “Mesra”
Sutrisno (48), penerima kredit Mesra lainnya, menilai program itu sebagai penyelamat usahanya dari pandemi Covid-19 dua tahun lalu. Ia adalah pemandu wisata dan pemilik penyewaan pelampung body rafting di Citumang, Pangandaran. Namun, banyak pelampungnya rusak dan harus diganti.
Kunjungan wisatawan yang menurun saat pandemi mengurangi pendapatannya. Ia kesulitan membeli pelampung. Padahal, fasilitas itu wajib ada demi keselamatan orang. ”Saya bingung mau ke mana? Ke siapa? Pas tahu ada kredit Mesra, saya pinjam Rp 5 juta tahun 2021,” ujarnya.
Uang itu dipakai untuk membeli sekitar 200 pelampung hingga menambah kas kelompok pemandu wisata yang nyaris habis saat wabah Covid-19. Seiring pelonggaran mobilitas warga, wisatawan mulai berdatangan. Ia pun tak khawatir pengunjung harus antre menyewa pelampung.
Baca juga: Menjemput Masa Depan Pendidikan di Jabar Selatan
”Sekarang, kami punya 800 pelampung. Dulu, tahun 2014, hanya 250 pelampung. Jumlah pemandu sudah 160 orang. Dulu, 30-an orang,” ujar Sutrisno. Biaya penyewaan satu pelampung Rp 12.500. Dalam seminggu, katanya, pengelola wisata bisa meraup Rp 30 juta-Rp 40 juta.
Hasil sewa pelampung dipakai untuk acara santunan anak yatim hingga menjaga kelestarian Sungai Citumang. Sungai yang diapit tebing dan pepohonan rimbun ini masih cukup asri. ”Kalau sungai kotor, enggak ada yang datang. Kami juga terdampak. Jadi, harus saling jaga,” katanya.
Kini, bapak satu anak ini menerima kredit Mesra untuk kedua kalinya. Menurut rencana, dana Rp 5 juta itu akan digunakan menambah modal usaha warung makan ikan bakarnya di sekitar sungai. Dalam dua atau tiga hari, Sutrisno bisa menghabiskan sekitar 30 kg ikan mujair dan mas.
”Program kredit Mesra ini sangat bagus. Ke depan, saya harap tambah lagi plafonnya dari Rp 5 juta menjadi Rp 10 juta. Waktu angsurannya juga diperpanjang, jangan hanya satu tahun,” ujarnya. Baginya, pinjaman itu bisa membantu warga menggerakkan pariwisata sekaligus mengurangi kemiskinan.
Dalam siaran pers Bank BJB awal Juli lalu, empat tahun berjalan, kredit Mesra telah mencakup 9.321 debitur dengan penyaluran pembiayaan Rp 37 miliar. Melibatkan berbagai komunitas keagamaan, program itu disebut telah membebaskan sekitar 3.500 masyarakat dari rentenir.
CEO Regional 3 Bank BJB Lina Risnaeni Ahmad mengatakan, kredit Mesra hadir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kecil melalui pinjaman. Terlebih lagi, masih ada masyarakat terjebak dalam pinjaman dengan bunga tinggi yang memberatkan.
”Kalau (kredit Mesra) ini tidak ada bunga, hanya ada administrasi. Jadi, memudahkan masyarakat untuk akses modal,” ujar Lina. Program ini bahkan masuk dalam nominasi Top Inovasi Pelayanan Publik 2022 oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi mengatakan, pihaknya mendukung peningkatan ekonomi masyarakat, khususnya pelaku UMKM mikro di Jabar selatan. Ada berbagai macam program akan ditujukan bagi warga di sana.
Kredit Mesra, kata Yudi, menjadi salah satu program yang akan terus digencarkan. Tidak hanya memicu ekonomi warga, kredit Mesra diharapkan bisa membantu warga untuk berinovasi dengan usahanya tanpa dipusingkan biaya yang dibutuhkan.
”Ini sejalan dengan keinginan Gubernur Jabar Ridwan Kamil untuk memeratakan kesempatan usaha dan ekonomi ke semua warga,” katanya.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil menjelaskan, program kredit Mesra telah berhasil membebaskan ribuan warga dari rentenir. Bahkan, mereka kini memiliki bisnis yang terus berkembang dengan serapan tenaga kerja mencapai 8.000 orang. Tidak hanya di Jabar, tetapi juga menyentuh pelaku UMKM di Bali.
”Ini adalah cara kami melawan rentenir. Saat ini, ada 40 persen UMKM di Jabar terjerat rentenir karena kemudahannya. Makanya, visi kami bersama Bank BJB, mari kita kalahkan rentenir dengan akses yang mudah, tidak membebani dan tanpa agunan,” kata Gubernur yang kerap disapa Emil itu.
Tak hanya itu, kredit Mesra tak hanya memberi pinjaman, tetapi juga ada proses pelatihan dan pendampingan agar pinjaman yang diberikan betul betul efektif. Sejauh ini pembayaran cicilan sangat lancar dengan non-performing loan di bawah 1 persen. Bahkan, mereka cenderung tidak mau menunggak.
”Kalau ini masif, kami berharap akses ke rentenir semakin sedikit. Ini adalah cara kami berantas kemiskinan di Indonesia. Kalau enggak begitu, rentenir bisa makin mencekik rakyat. Kami bersama BankBJB akan terus kolaborasi maksimalkan program ini,” katanya.
Pinjaman dengan persyaratan mudah dan bunga 0 persen, seperti kredit Mesra, telah menunjukkan upaya penyelamatan UMKM di tengah pandemi Covid-19. Dalam program itu, tersimpan harapan agar warga bisa meraih sejahtera.
Baca juga: Masa Depan Jabar Ada di Jalur Selatan