Wisatawan Mancanegara Mulai Kunjungi Desa Wisata di Lombok
Desa wisata di Lombok, Nusa Tenggara Barat, kembali dikunjungi wisatawan mancanegara. Berbagai paket wisata khas masyarakat lokal menarik minat wisman untuk berkunjung.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Setelah turut terdampak akibat pandemi Covid-19, desa wisata di Lombok, Nusa Tenggara Barat, mulai kembali bergairah. Hal itu terlihat dari mulai masuknya wisatawan, termasuk dari luar negeri atau mancanegara. Aktivitas keseharian masyarakat lokal jadi atraksi favorit mereka.
Sejak merebaknya pandemi Covid-19 pada Maret 2020, seluruh aktivitas pariwisata dan usaha terkait lumpuh. Termasuk desa-desa wisata yang tersebar di seluruh Nusa Tenggara Barat. Mulai dari rintisan hingga desa wisata mandiri.
Selama dua tahun lebih, sebagian besar desa wisata di Lombok, dalam pemantauan Kompas, menghentikan aktivitas. Jika ada yang buka, benar-benar membatasi kegiatan dan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Gelaran MotoGP di Mandalika menjadi titik awal kebangkitan desa wisata di NTB. Lalu seiring pelonggaran dan dibukanya pintu penerbangan internasional, kunjungan kembali normal. Selain dari Bandara Lombok, pergerakan wisatawan terutama mancanegara atau wisman juga banyak dari pintu masuk lain seperti kawasan Gili, Lombok Utara.
”Gili sekarang sudah mulai ramai lagi oleh wisman,” kata Munawir Gazali dari Tukang Holiday, salah usaha perjalanan wisata di Lombok.
Dari Gili, wisman itu kemudian ke Lombok daratan untuk mengunjungi desa wisata yang ada. ”Wisatawan yang masuk ke tempat kami rata-rata dengan perjalanan Bali-Gili-Lombok,” kata Yuni Sulpia Hariani, Manajer Operasional Kantin 21 dan Bonjeruk Organik di Desa Wisata Bonjeruk, Lombok Tengah.
Menurut Yuni, berdasarkan catatan mereka, pergerakan wisman mulai terlihat sejak Maret lalu. Pada bulan itu berlangsung ajang MotoGP di Sirkuit Mandalika. Wisman yang ke Desa Bonjeruk banyak dari negara Eropa seperti Belanda, Jerman, Perancis, dan Inggris.
”Rata-rata per minggu tiga grup, tetapi kecil terdiri dari dua hingga delapan orang wisman. Mereka dibawa langsung oleh dua travel yang bekerja sama dengan kami. Satu dari Bali dan satu dari Lombok,” kata Yuni.
Menurut Yuni, wisman yang datang ke Bonjeruk mengikuti paket yang telah mereka pesan sehari sebelumnya. Paling banyak kegiatan masyarakat lokal hingga kelas memasak. ”Begitu tiba, wisman akan diminta menggunakan pakaian tradisional. Lalu ada rangkaian tur ke obyek wisata yang ada dan berakhir di kelas memasak,” kata Yuni.
Yuni mengatakan, tidak sedikit wisman yang datang vegetarian. Sehingga mereka juga menyediakan paket panen aneka sayur di kebun organik lalu dimasak bersama. Akan tetapi, paket masakan lokal juga tetap diminati seperti ayam merangkat, sate kuncung, ebatan, beberok, dan olah-olah.
”Kelas memasak memang pangsa pasarnya wisman. Apa tidak ada di tempat mereka. Alhamdulillah, sejauh ini belum ada komplain dari mereka,” kata Yuni.
Yuni menambahkan, untuk menjaga keberlangsungan kunjungan, promosi terus dilakukan. Mereka memanfaatkan pemasaran digital dengan semua platform media sosial. Selain itu, menjalin kerja sama baru dengan usaha perjalanan wisata lainnya.
“Pasar Nusantara juga tetap kami sasar. Apalagi sekarang kami menawarkan konsep MICE atau menggunakan tempat kami untuk pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran,” kata Yuni.
Selain Bonjeruk yang berada sekitar 22 kilometer utara Bandara Lombok, desa wisata lain juga turut menerima wisman. Desa Wisata Hijau Bilebante, misalnya, yang juga berada di Lombok Tengah, sekitar 16 kilometer tenggara Mataram, ibu kota NTB.
”Kalau dirata-rata, wisman yang datang sekitar lima orang per bulan. September ini juga ada, begitu pun Oktober nanti dari Malaysia,” kata Direktur Desa Wisata Hijau Bilebante Pahrul Azim.
Menurut Pahrul, sebagian besar wisman yang menginap akan mengambil paket-paket yang ada. Mulai dari kelas memasak, belajar menari, hingga bersepeda ke sawah.
”Menyambut gelombang wisman, kami mulai rapat dengan personel. Juga me-review paket yang ada karena sebelumnya berbeda mulai dari paket pandemi, MotoGp, dan sekarang paket normal. Selain itu, kami juga fokus pada kebersihan obyek dan juga fasilitas lain seperti petunjuk arah,” kata Pahrul.
Pahrul menambahkan, pada intinya, desa wisata di Lombok sudah siap untuk menyambut wisatawan kembali. Ia berharap, Covid-19 tidak merebak lagi.