Wadah promosi dan gerai ”online” dibuka untuk memperluas pasar bagi pelaku UMKM di Kota Jambi. Berbagai upaya ini masih perlu sosialisasi agar hasilnya lebih optimal.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Pemerintah Kota Jambi mengupayakan penetrasi pasar bagi usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM. Hal ini, di antaranya, dengan membangun wadah promosi daring bagi para pelaku UMKM. Produk-produk perajin juga diikutsertakan dalam berbagai event pameran dan festival.
Pemerintah Kota Jambi, Provinsi Jambi, merupakan salah satu anggota Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi). Pemkot Jambi juga tergabung di dalam City Leaders Community-Kompas Collaboration Forum (KCF), yang merupakan kerja sama antara harian Kompas dan Apeksi.
Bersama dengan 13 anggota KCF-Apeksi lainnya, Pemkot Jambi mengikuti diskusi bertema ”Mengoptimalkan Pemanfaatan Produk Lokal demi Pemulihan Ekonomi dan Antisipasi Resesi”, di Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (3/9/2022).
Terkait dengan diskusi itu, dari temuan di lapangan, Pemkot Jambi aktif mendaftarkan produk UMKM di daerahnya untuk masuk ke dalam program e-katalog. Sejak input datanya dimulai April lalu, ada ratusan produk UMKM Kota Jambi yang terdaftar Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) menu Katalog Lokal Jambi.
”Implementasi kebijakan ini terus kami perkuat supaya makin banyak lagi UMKM Kota Jambi yang terdaftar dalam program LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah) tersebut,” kata Wali Kota Jambi Syarif Fasha, Senin (29/8/2022).
Kepala Bidang Unit Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Sekretariat Daerah Kota Jambi Mahayadi mengatakan, jumlah produk yang didaftarkan SPSE terus bertambah. ”Hingga hari ini sudah 237 item produk masuk dalam menu katalog lokal e-katalog,” ujarnya.
Produk-produk itu masuk dalam 13 kategori, yakni alat tulis kantor, aspal, bahan material, bahan pokok, beton ready mix, hewan ternak, jasa keamanan, jasa kebersihan, makanan dan minuman, pakaian dinas dan kain tradisional, seragam sekolah, servis kendaraan, dan suvenir.
Meski begitu, Mahayadi mengatakan, nilai transaksi yang masuk dalam wadah tersebut masih perlu ditingkatkan. Saat ini, nilai transaksi sekitar Rp 30 juta per bulan. Angka itu masih terbilang kecil.
Sejumlah tantangan dihadapi, misalnya, keterbatasan tenaga kerja di sektor UMKM. Satu orang bisa mengurusi berbagai macam pekerjaan. ”Mereka yang memproduksi, mereka juga yang mengurus pengemasan, melayani pesanan, hingga promosi. Akibatnya, respons mereka cenderung lambat,” ujarnya.
Pihaknya pun mendorong para pelaku usaha untuk mendaftarkan produknya di Mal Pelayanan Publik Kota Jambi.
Fasha menambahkan, Kota Jambi ingin terus mengangkat UMKM unggulan, mulai dari sektor fesyen, kuliner, hingga kriya. Berbagai event digelar untuk memperluas pasar, mulai dari tengkuluk, kain batik, kain songket, pangan olahan, hingga hasil-hasil kerajinan rakyat.
Pada masa pandemi Covid-19, penetrasi pasar dibuka lewat program ”Besanjo” atau Belanja Online Sabtu Manjo. Program itu untuk menyiasati kendala penjualan yang menurun selama berlakunya pembatasan sosial. Lapak dibuka lewat Instragram resmi Pemkot Jambi setiap Sabtu. Sejak dibuka tahun 2020, ada 814 pelaku usaha yang dipromosikan lewat media sosial tersebut.
Para pelaku UMKM mengapresiasi inisiatif pemerintah kota untuk memperluas pasar bagi produk-produk lokal, di antaranya lewat promosi pada sejumlah laman. Lalu, ada pula kebijakan menggunakan seragam batik pada hari tertentu yang turut mendongkrak penjualan.
”Lewat program itu, instansi-instansi memesan batik dalam jumlah banyak sehingga meningkatkan penjualan,” kata Junaidi, pemilik usaha Batik Siti Hajir, di kawasan Seberang Kota Jambi. Namun, belakangan ini, penggunaan batik dan tengkuluk cenderung menurun. Kondisi itu berdampak pada lesunya penjualan.
Mengenai program e-katalog LKPP, Junaidi mengatakan, koleksi batik di tempat usahanya pernah didata petugas. Namun, sampai hari ini, ia belum merasakan hasilnya. ”Belum pernah ada transaksi. Masih perlu ditingkatkan sosialisasinya oleh pemerintah daerah,” ujarnya.
Hal senada dikemukakan Fitri, pemilik usaha Lapis Angso Duo di kawasan Telanaipura. Ia menilai sudah banyak wadah yang dibangun pemda untuk mempromosikan produk-produk UMKM lokal. Namun, wadah-wadah tersebut masih perlu dioptimalkan kinerjanya.
”Jangan sampai selesai di-launching, lalu mati suri, kan, sayang. Para pelaku UMKM berharap upaya yang telah dilakukan pemda bisa berkelanjutan manfaatnya,” katanya.