Pengemudi Ojek Daring di Surabaya Terpukul Kenaikan Harga Pangan
Mitra atau pengemudi ojek dalam jaringan (daring) terpukul kenaikan harga pangan dan penundaan kenaikan tarif angkutan penumpang.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Kenaikan harga bahan pangan turut memukul pengemudi ojek dalam jaringan (daring) atau ojek online di Surabaya, Jawa Timur. Mereka kian kecewa karena Kementerian Perhubungan menunda kenaikan tarif penggunaan jasa transportasi berbasis aplikasi telepon seluler tersebut dari rencana berlaku pada Senin (29/8/2022).
”Harga-harga sedang naik, semakin berat buat kami, mitra ojek online, untuk memenuhi kebutuhan,” kata Suwarto, pengemudi ojek daring dari Sidoarjo, Senin (29/8/2022). Suwarto sudah empat tahun terakhir menjadi pengojek daring setelah terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) perusahaan di Surabaya.
Suwarto mengatakan, untuk setiap pengantaran penumpang, pengemudi dikenai tarif oleh aplikator atau perusahaan aplikasi. Pendapatan juga tidak pasti, bergantung banyak atau tidak pesanan pengantaran. Yang terang, penghasilan dalam sebulan tak pernah sebaik ketika masih menjadi buruh yang notabene mengikuti nilai upah minimum regional (kabupaten/kota).
Di sisi lain, harga pangan sedang naik, terutama daging sapi dan telur. Di Surabaya, harga telur ayam ras masih sekitar Rp 31.000 per kilogram (kg). Harga itu di atas rata-rata yang mencapai Rp 29.000 per kg sehingga pemerintah sedang melaksanakan operasi pasar. Selain itu, harga daging sapi menembus Rp 110.000 per kg atau naik Rp 1.000-Rp 2.000 per kg. Harga daging ayam ras juga dianggap memberatkan, yakni naik Rp 1.000-Rp 2.000 per kg dari sebelumnya menjadi Rp 34.000 per kg.
”Masyarakat tidak bisa terus dipaksa berhemat, harus ada kebijakan besar yang bisa menolong,” kata Supriyadi, pengemudi ojek daring dari Surabaya. Masyarakat mencemaskan kenaikan harga pangan yang menyentuh hampir semua komoditas sehingga mustahil untuk berhemat.
Jika harga telur atau daging naik, penghematan bisa ditempuh dengan konsumsi lauk misalnya ikan, tempe, dan tahu yang harganya belum naik. Namun, jika kenaikan harga menyentuh kedelai yang merupakan bahan baku tempe-tahu, sayur-sayuran, dan tepung terigu, mustahil bagi masyarakat untuk lebih berhemat.
Supriyadi mengibaratkan, rakyat terutama yang miskin atau berpenghasilan rendah hanya bisa berhemat atau mengurangi konsumsi pangan. ”Padahal, kalau lapar karena kurang makan, bagaimana bisa bekerja dengan baik,” ujarnya.
Secara terpisah, Ketua Perhimpunan Driver Online Indonesia (PDOI) Jatim Herry Wahyu Nugroho mengatakan, situasi kenaikan harga pangan menjadi lebih pelik karena Kementerian Perhubungan menunda kenaikan tarif angkutan daring. ”Penundaan tidak memperhatikan kondisi masyarakat yang sebagian bergantung hidupnya pada angkutan online,” ujarnya.
Herry melanjutkan, penundaan itu sebenarnya ada sisi baik mengingat peraturan tentang biaya jasa belum mencakup semua aspek dalam angkutan daring, termasuk perbedaan wilayah. ”Taraf hidup di sini dengan di luar, kan, berbeda sehingga tidak bisa disamakan begitu saja. Selain itu, tarif baru menyangkut pengangkutan penumpang oleh sepeda motor, bagaimana dengan barang dan angkutan bukan sepeda motor,” katanya.
Masyarakat tidak bisa terus dipaksa berhemat, harus ada kebijakan besar yang bisa menolong.
Menteri Perhubungan telah mengeluarkan Keputusan Nomor 564 Tahun 2022 tentang Pedoman Perhitungan Biaya Jasa Penggunaan Sepeda Motor yang Digunakan untuk Kepentingan Masyarakat yang Dilakukan dengan Aplikasi. Keputusan ini sebenarnya hendak diberlakukan pada 14 Agustus 2022, tetapi mundur menjadi 29 Agustus 2022 dan malah mundur kembali sampai ada pengumuman dari Kementerian Perhubungan.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, dan Perdagangan Kota Surabaya Fauzie Mustaqiem Yos mengatakan, untuk mengendalikan kenaikan harga pangan, diadakan operasi pasar di 31 kecamatan atau seluruh wilayah ibu kota Jatim tersebut.
Operasi pasar yang sedang berlangsung ditujukan untuk menekan tren fluktuasi harga telur. Kebijakan ini diharapkan menekan harga telur sampai ke rata-rata Rp 29.000 per kg. Harga telur naik akibat kenaikan harga pakan sehingga kenaikan harga tidak bisa dihindari.
Dalam operasi pasar ini, bukan hanya komoditas telur yang dijual. Pemerintah juga menyediakan minyak goreng, gula, beras, dan bahan pangan beku. Komoditas itu disediakan karena termasuk yang rawan terdampak fluktuasi harga.