Tingkat Kecelakaan Kereta Api Sumbar Tertinggi di Indonesia
Tingginya tingkat kecelakaan yang melibatkan kereta api di Sumbar dipicu banyaknya pelintasan sebidang liar dan rendahnya kedisiplinan warga berlalu lintas di pelintasan sebidang.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Tingkat kecelakaan yang melibatkan kereta api di Sumatera Barat merupakan yang tertinggi di Indonesia. Kondisi itu dipicu banyaknya pelintasan sebidang liar dan rendahnya kedisiplinan masyarakat berlalu lintas di pelintasan sebidang kereta api.
PT Kereta Api Indonesia (KAI) Divre II Sumbar mencatat, pada periode Januari-Agustus 2022 terjadi 15 kecelakaan di pelintasan sebidang kereta api. Dari jumlah kejadian itu, 2 orang meninggal, 9 orang luka ringan, dan 4 orang selamat.
Vice President PT KAI Divre II Sumbar Mohamad Arie Fatturrochman, di Padang, Sabtu (27/8/2022), mengatakan, kesadaran masyarakat saat melewati pelintasan sebidang mulai membaik. Angka kecelakaan tahun ini menurun. Namun, secara Nasional, tingkat kecelakaan kereta api di provinsi ini masih tinggi.
”Secara nasional, tingkat kecelakaan melibatkan kereta api di Sumbar peringkat pertama,” kata Arie di sela-sela kegiatan Kampanye Keselamatan dalam rangka Hari Perhubungan Nasional di Stasiun Padang, Kecamatan Padang Timur, Sumatera Barat.
Sementara itu, pada tahun 2021, Dinas Perhubungan (Dishub) Sumbar mencatat, jumlah kecelakaan melibatkan kereta api 18 kejadian. Jumlah korbannya mencapai 30 orang, yaitu 3 orang meninggal dan 27 orang luka-luka.
Menurut Arie, tingkat kecelakaan kereta api di Sumbar tinggi secara nasional karena jarak lintasnya/relnya pendek, tetapi angka kecelakaannya tinggi. Salah satu pemicunya, banyaknya jumlah pelintasan sebidang liar. Panjang lintasan dari Padang ke Pariaman hanya sekitar 60-70 km, sedangkan jumlah perlintasan sebidang liar lebih dari 200 titik.
Arie melanjutkan, selain karena banyaknya perlintasan sebidang liar, tingginya tingkat kecelakaan kereta api di Sumbar juga dipicu minimnya kesadaran warga saat melintas. Bahkan, di perlintasan sebidang resmi dan dijaga pun kadang-kadang masih ada warga yang menerobos saat kereta lewat.
Oleh sebab itu, kata Arie, meningkatkan kesadaran keselamatan saat melewati perlintasan sebidang paling penting. Di samping itu, Balai Teknik Perkerataapian juga melakukan berbagai hal, seperti menutup ratusan pelintasan sebidang liar, membangun jalan inspeksi, memasang patok sterilisasi, membangun pintu perlintasan, dan mengadakan sistem peringatan dini.
PT KAI Divre II Sumbar juga melakukan beberapa hal untuk meningkatkan keselamatan di pelintasan sebidang. ”Masinis diwajibkan membunyikan semboyan 35 kereta api, meminta perhatian agar orang yang melintasi rel bisa mengetahui bahwa kereta api sedang melintas,” ujarnya.
Pada Kampanye Keselamatan dalam rangka Hari Perhubungan Nasional tersebut, rombongan PT KAI Divre II Sumbar, BTP Sumbagbar, Dishub Sumbar, dan instansi lainnya membentangkan spanduk dan poster berisi imbauan tertib berlalu lintas kepada kepada pengendara di pelintasan sebidang depan Stasiun Padang.
”Kami menggunakan tagline ‘Berteman’, yaitu Berhenti, Tengok Kanan-Kiri, Aman, Jalan. Kami berharap pengguna jalan raya mengutamakan perjalanan kereta api di perlintasan sebidang. Saat ada tanda-tanda kereta api melintas, berhenti sejenak, tengok kanan kiri, aman, baru jalan,” kata Arie.
Arie menambahkan, kecelakaan di pelintasan sebidang, selain merugikan pengguna jalan, juga merugikan PT KAI dan penumpang. Kecelakaan kerap menghambat perjalanan kereta api lain, merusak sarana atau prasarana perkeretaapian, hingga membahayakan petugas PT KAI.
”Untuk menekan angka kecelakaan dan korban, masyarakat diharapkan dapat lebih disiplin berlalu lintas, menyadari dan memahami juga fungsi pintu pelintasan,” ujarnya.
Kepala Seksi Prasarana Balai Teknik Perkeretaapian (BTP) Sumatera Bagian Barat (Sumbagbar) Danny Pagunadi mengatakan, balai melakukan peningkatan keselamatan di perlintasan sebidang, antara lain, dengan menutup 245 pelintasan sebidang liar, membangun 7 km jalan inspeksi di sekitar rel, dan membangun 27 pintu pelintasan.
Selanjutnya, balai juga membangun pagar patok sterilisasi sepanjang 10 km dan pagar ornamen sepanjang 3,5 km. ”Balai juga memasang sistem peringatan dini di 38 titik perlintasan sebidang,” kata Danny.
Kepala Dishub Sumbar Heri Nofiardi mengatakan menyambut baik sinergi antara pemerintah pusat, provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Reaktivasi jalur kereta api di Sumbar mulai menunjukkan hal positif. Warga mulai merasakan kehadiran kereta api bisa menjadi solusi kelancaran dan efektivitas perjalanan sehari-hari.
Heri melanjutkan, risiko kecelakaan di pelintasan sebidang memang tinggi. Dishub Sumbar mencatat ada 338 titik pelintasan sebidang di tiga kabupaten/kota, yaitu Padang, Padang Pariaman, dan Pariaman. Dari 338 titik itu, sebanyak 288 titik merupakan pelintasan sebidang tak terdaftar atau liar.
”Dengan alokasi dana pemerintah pusat, ratusan perlintasan sebidang liar sudah ditutup dengan membangun jalan inspeksi di kiri-kanan rel kereta api. Upaya-upaya ini sudah berlangsung. Daerah membangun fasilitas keselamatan, seperti rambu-rambu dan marka, sebagai pengingat,” kata Heri.