Kena Imbas dari Jawa, Harga Telur Ayam di Manado Ikut Melonjak
Kenaikan harga telur ayam di Manado serta Sulut secara umum wajar terjadi karena mayoritas pasokan berasal dari luar daerah.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
MANADO, KOMPAS — Harga telur di Manado, Sulawesi Utara, naik signifikan selama sepekan terakhir mengikuti harga di Jawa sebagai asal pasokan. Pemerintah berupaya memperbanyak pasokan agar harga tinggi tidak bertahan hingga akhir tahun.
Para pedagang di Pasar Bersehati, pasar induk Kota Manado, menjual telur ayam di kisaran Rp 1.800-Rp 2.300 berdasarkan pengamatan pada Jumat (26/8/2022). Mey Yunus (45), salah satu pedagang telur, menyatakan harga tersebut lebih tinggi Rp 400-Rp 500 per butir dari biasanya.
”Sebelum-sebelumnya, ya, kisaran Rp 1.500 (per butir) untuk telur yang kecil, kalau yang agak besar di kisaran Rp 1.800. Kalau satu baki isi 30 biji, sekarang Rp 52.000-Rp 58.000. Padahal, dulu masih bisa dapat Rp 48.000,” kata Mey.
Ia mengaku tidak tahu penyebab kenaikan. Namun, ia merasa penghasilannya ikut tergerus. ”Orang enggak mau beli. Jadi mereka keliling lagi cari yang murah. Masih ada beberapa (pedagang) yang jual Rp 1.700 per biji, tapi sudah jarang seminggu ini,” katanya.
Sementara itu, Sakinah Dinggulu (42), pedagang lainnya, menyatakan, kenaikan harga memengaruhi kemampuannya untuk menyediakan stok telur. Ia tak lagi mengambil dari distributor di Manado, tetapi dari peternakan ayam di Reboken, Minahasa. ”Biasanya saya sedia 100 baki sehari, tetapi sejak kenaikan ini jadi cuma bisa 30 baki,” ujarnya.
Kenaikan Rp 5.000 per baki ia sebut sangat signifikan bagi pelanggannya. Telur ukuran kecil yang biasanya ia beli seharga Rp 47.000 per baki kini menjadi Rp 52.000, sedangkan telur ukuran besar yang biasanya Rp 58.000 per baki menjadi Rp 61.000. ”Katanya pengelola kandang (peternakan), harga pakan naik, jadi telur ikut naik,” kata Sakinah.
Ia enggan memangkas margin keuntungan Rp 4.000-Rp 5.000 per baki. Mengurangi persediaan adalah salah satu siasatnya. Di sisi lain, pembeli tetap ada, tetapi berkurang. ”Ini pengaruhnya ke pendapatan. Biasanya saya bisa dapat kotor lebih dari Rp 1 juta per hari, tetapi sekarang, ya, cuma Rp 400.000-an,” katanya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut Edwin Kindangen mengatakan, kenaikan harga telur ayam di Manado serta Sulut secara umum wajar terjadi karena mayoritas pasokan berasal dari luar daerah. Beberapa yang ia sebutkan adalah Jawa Timur dan Gorontalo. ”Pasokan dari dalam Sulut saja ternyata tidak cukup,” kata Edwin.
Saat ini, harga telur di Jawa melonjak karena banyaknya ayam yang tidak lagi produktif serta kenaikan harga pakan ayam. Di Batang, Jawa Tengah, misalnya, harganya meroket dari Rp 750.000 per kuintal menjadi Rp 990.000 (Kompas, 25 Agustus 2022).
Pasokan dari dalam Sulut saja ternyata tidak cukup.
Untuk sementara, Edwin menyatakan, kenaikan harga ini tidak terlalu berpengaruh. ”Masyarakat tetap beli karena sekarang telur hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tetapi, yang saya khawatirkan adalah bagaimana kalau harga ini tetap bertahan sampai Desember dekat hari raya (Natal dan Tahun Baru),” ujarnya.
Menjelang akhir tahun, telur menjadi sangat penting bagi warga Sulut, terutama di wilayah Minahasa Raya serta tiga kabupaten kepulauan yang mayoritas Kristiani untuk membuat, salah satunya, kue-kue natal. Karenanya, menurut Edwin, hal ini harus diantisipasi.
”Kami akan memanggil distributor dan peternak yang ada di Sulut, dan kami minta untuk meningkatkan pasokan,” katanya.
Sementara itu, harga bahan pangan lain yang penting bagi warga Manado dan Sulut, yakni bawang, cabai rawit, dan tomat, cenderung stabil saat ini. Ridwan Firdaus (35), pedagang rempah-rempah, mengatakan, cabai rawit yang sempat mencapai Rp 90.000 per kilogram jelang Idul Adha, 9 Juli lalu, kini hanya Rp 60.000 per kg. Adapun harga bawang merah yang sempat mencapai Rp 68.000 per kg sekarang hanya Rp 40.000 per kg.