Mahalnya Harga Barang di Wetar, Waswas Menanti Kenaikan Harga BBM
Warga di Pulau Wetar, Maluku, menghadapi situasi mahalnya harga-harga barang, termasuk bahan bakar minyak. Di tengah rencana kenaikan harga BBM, rasa waswas warga bertambah.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·5 menit baca
”Kaka orang baru, kah?” tanya pedagang itu sambil melongok lewat jendela warung. Rupanya ia menguping obrolan Kompas dengan Marten (35), tukang ojek yang ikut mengisi bahan bakar di tempat itu. Obrolan mengenai harga pertalite. ”Ini Wetar, Kaka. Wetar beda, jangan kaget. Harga semua barang mahal,” pedagang itu menimpali lagi.
Harga pertalite di Pulau Wetar, Kabupaten Maluku Barat Daya, Maluku, itu Rp 40.000 untuk ukuran 1,5 liter atau Rp 26.000 per liter. Menengok standar harga yang ditetapkan pemerintah, hingga awal Agustus 2022, harga pertalite Rp 7.650 per liter. Artinya, harga pertalite di Wetar hampir 3,5 kali lipat.
Di pulau yang terdiri atas 22 desa yang tersebar pada empat kecamatan itu, tak ada SPBU. Bahan bakar yang masuk ke sana diangkut kapal swasta. Pengusaha lokal membeli di pulau lain kemudian menjualnya di sana. Rantai pasok yang panjang dan monopoli harga diduga menjadi penyebab kemahalan itu.
Tak mengherankan jika tukang ojek mematok harga yang cukup tinggi. Untuk jarak tempuh sekitar 10 kilometer, tarifnya paling murah Rp 100.000, tergantung kondisi jalan. Namun, mereka masih bermurah hati untuk menyewakan kendaraan mereka. Secara hitung-hitungan, biaya menyewa dan mengemudi sendiri lebih murah. Sewa sepeda motor dalam satu hari Rp 200.000, tidak termasuk bahan bakar.
Bukan hanya bahan bakar, harga barang yang lain juga mahal. Harga beras kualitas medium mencapai Rp 18.000 per kilogram. Padahal, di banyak tempat di Indonesia, harga beras medium tidak sampai Rp 10.000 per kilogram. Harga bahan pangan lain, seperti tepung dan gula pasir, juga tinggi.
Akibatnya, beberapa warung menjual kue donat per potong Rp 2.000. Itu pun ukurannya lebih kecil dibanding donat pada umumnya. Di warung makan, harga nasi dengan lauk ikan Rp 25.000 serta air kemasan berukuran 1,5 liter dijual Rp 12.000 atau hampir dua kali lipat dibanding harga standar.
Selain barang kebutuhan pokok, harga bahan bangunan juga tinggi. Satu zak semen berisi 40 kilogram Rp 80.000, sedangkan satu lembar seng Rp 90.000. ”Pada kondisi tertentu, misalnya cuaca buruk gelombang tinggi, harga barang di sini jauh lebih mahal dari sekarang,” kata Leksi (45), warga. Satu-satunya akses ke pulau itu adalah kapal laut.
Barang kebutuhan pokok yang masuk ke Pulau Wetar sebagian besar diangkut menggunakan kapal kargo dari Surabaya, Jawa Timur, dan juga kapal perintis dari Kupang, Nusa Tenggara Timur. Barang dimaksud adalah milik satu-dua pengusaha. Lantaran mengendalikan distribusi barang, mereka melakukan monopoli harga.
Ironisnya, harga barang yang mahal itu terjadi di tengah kondisi warga yang sebagian besar hidup di bawah garis kemiskinan. Dari sekitar 9.000 jiwa penduduk di pulau itu, hampir semua penerima bantuan Program Keluarga Harapan. Bantuan dari Kementerian Sosial itu diperuntukkan bagi keluarga miskin.
Daud Pelabukni, Camat Wetar Selatan, mengatakan, pihaknya tidak bisa berbuat banyak dengan kemahalan di pulau itu. Mereka juga tidak berani menegur pengusaha yang diduga memonopoli harga karena dikhawatirkan pasokan barang yang masuk akan dikurangi. Hal itu akan memperburuk kondisi di sana.
Solusinya, pelayaran Tol Laut yang merupakan program pemerintah pusat dapat menyinggahi Pulau Wetar. Dengan begitu, harga barang kebutuhan otomatis akan turun. Usulan tersebut sudah disampaikan kepada pemerintah kabupaten untuk diteruskan ke Kementerian Perhubungan selaku regulator Tol Laut.
Tol Laut merupakan program unggulan Presiden Joko Widodo yang mulai bergulir tahun 2016. Program itu bertujuan menekan disparitas harga barang di daerah terpencil dan terluar. Penyebab tingginya harga barang di daerah itu adalah mahalnya ongkos angkut dari daerah produksi. Oleh karena itu, lewat program Tol Laut, pemerintah memberikan subsidi angkutan barang.
Data Kementerian Perhubungan menyebutkan, pelabuhan yang disinggahi tol laut terus meningkat, yakni dari 31 pelabuhan pada 2016 bertambah menjadi 130 pelabuhan pada 2022. Begitu pula jumlah armada yang semula 6 kapal kini jadi 32 kapal.
Armada dimaksud, yang semula melayani 6 trayek, kini menjadi 33 trayek. Sementara itu, jumlah muatan yang dulunya 81.404 ton, pada tahun 2021 naik hingga 477.600 ton (Kompas, 16/7/2022).
Kalau cuaca buruk dan kapal tidak masuk, kami utang dulu di warung.
Menurut Daud, Pulau Wetar masuk dalam kategori daerah yang perlu dilayani kapal Tol Laut. Wetar merupakan pulau terpencil yang berbatasan langsung dengan negara Timor Leste. ”Yang disiapkan adalah perluas pelabuhan terlebih dahulu agar bisa disinggahi kapal Tol Laut. Rencana tahun depan pelabuhan sudah mulai dikerjakan,” katanya.
Selain problem kemahalan, di pulau itu juga tidak ada bank. Akibatnya, aparatur sipil negara, anggota TNI-Polri, dan karyawan perusahaan yang pembayaran gajinya melalui tranfer rekening bank kesulitan mengambil uang. Mereka harus ke bank di Pulau Kisar dengan waktu tempuh pelayaran sekitar delapan jam. Pelayaran menggunakan kapal perintis itu pun hanya satu kali dalam seminggu.
”Kalau cuaca buruk dan kapal tidak masuk, kami utang dulu di warung. Yang jadi masalah kalau ada keperluan mendadak, seperti kirim uang ke keluarga yang sakit atau anak sekolah. Mau pakai e-banking sinyal internet susah sekali,” tutur Rolin (35), bidan yang bertugas di Puskesmas Ilwaki, Wetar.
Rolin berharap agar salah satu bank membuka kantor kas di sana untuk memudahkan masyarakat bertransaksi. Sebab, seiring waktu, kebutuhan akan transaksi perbankan semakin meningkat. Kehadiran bank juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di sana.
Pulau Wetar memiliki potensi yang besar. Selain perikanan, kopra dan jambu mete juga menjadi komoditas andalan. Sayangnya, akses pasar yang sulit serta monopoli ekonomi oleh pihak tertentu membuat masyarakat tidak berdaya. Harga komoditas petani ditekan, sementara harga barang kebutuhan terus melonjak.
Di tengah kondisi itu, pemerintah pusat berencana menaikkan harga bahan bakar minyak dalam waktu dekat. Kebijakan ini otomatis akan berdampak pada kenaikan harga barang dan ongkos transportasi. Warga Pulau Wetar pun waswas menanti kenaikan itu.