Aktivitas Ilegal Ancam Keselamatan Warga di Sepanjang Sungai Batanghari
Penyisiran dilakukan menyusul masuknya laporan masyarakat yang mengeluhkan kerusakan dan pencemaran lingkungan akibat tambang emas liar di Sungai Batanghari. Aparat masih mengejar pemodal tambang ilegal itu.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Maraknya aktivitas ilegal di sepanjang dan bantaran sungai telah memicu kerentanan lingkungan yang mengancam keselamatan warga. Pemberantasan aktivitas ilegal perlu diperkuat.
Direktur Reserse Kriminal Khusus Kepolisian Daerah Jambi Komisaris Besar Christian Tory mengatakan, operasi tengah digencarkan. Tim gabungan Krimsus bersama Direktorat Kepolisian Air dan Udara Polda Jambi telah menyisir jalur rawa tambang emas liar di Sungai Batanghari.
Penyisiran itu dilakukan setelah masuknya laporan masyarakat yang mengeluhkan kerusakan dan pencemaran lingkungan sungai. Di jalur itu diketahui ada 20-an dompeng menambang emas dari atas sungai.
”Kami langsung operasi. Tiga pekerja tambang ditangkap, Selasa siang, di lokasi dompeng,” kata Tory, Rabu (24/8/2022).
Ketiga pekerja itu kini ditahan dan diperiksa penyidik. Dari pengakuan mereka, aktivitas tersebut dibiayai pemodal. ”Pemilik saat ini telah kami ketahui. Kami kejar,” lanjutnya.
Aktivitas tambang ilegal di sungai itu telah menyebabkan kerentanan lingkungan. Keselamatan warga yang hidup di sana jadi terancam. Apalagi, tingkat curah hujan belakangan ini tinggi. Lutfi dari bagian Humas Basarnas Jambi mengatakan, hal itu memicu arus sungai deras, khususnya di wilayah hulu, yang sangat berpotensi mengancam nyawa.
Karena itu, pencegahan perlu dilakukan. Pihaknya sejauh ini juga terus mengupayakan sosialisasi kepada masyarakat. ”Sosialisasi selalu kami sampaikan kepada masyarakat. Tetapi, memang tantangannya berat karena kehidupan mereka sehari-harinya sulit jauh dari sungai,” katanya.
Sejak Januari hingga saat ini, Basarnas Jambi menerima laporan sembilan kali kejadian musibah tenggelam di hulu hingga hilir Sungai Batanghari. Korban jiwa mencapai 11 orang.
Selain memanfaatkan sungai sebagai jalur penyeberangan, warga juga diketahui melakukan tambang emas liar di tepi sungai. Aktivitas itu diketahui menyebabkan tingginya ancaman banjir dan longsor.
Sepanjang Rabu pagi, hujan mengguyur disertai kilat dan petir serta angin kencang. Berdasarkan data Stasiun Klimatologi Jambi, kondisi itu terjadi hampir merata di sebagian besar wilayah di Jambi, khususnya pada Kabupaten Sarolangun, Merangin, Tanjung Jabung Barat, dan Tebo. Namun, potensi serupa diperkirakan meluas di wilayah-wilayah sekitarnya.
Korban tenggelam
Seorang warga hilang setelah terseret arus Batangasai di Desa Kampung 7, Kecamatan Cermin Nan Gedang, Kabupaten Sarolangun, Rabu pagi. Warga bernama Husni (40) tersebut semula bermaksud menyeberangi sungai dengan jeriken besar. Karena arus sungai sedang tinggi, ia pun hanyut. ”Jeriken yang digunakannya untuk menyeberang terlepas, lalu korban terbawa arus,” ujar Kornelis, Kepala Kantor Basarnas Jambi.
Setelah mengetahui kejadian tersebut, tim penyelamatan dari Pos SAR Kabupaten Bungo langsung dikerahkan untuk menuju lokasi kejadian. Jaraknya sekitar 152 kilometer dari pos. Tim membawa peralatan perahu karet dan peralatan penyelaman untuk pencarian korban serta peralatan komunikasi dan medis. ”Hingga saat ini, tim dalam perjalanan menuju lokasi kejadian untuk mencari korban,” ujarnya.