Harga Telur Ayam di Kendari Melonjak, Capai Rp 65.000 Per Rak
Harga telur di sejumlah pasar di Kendari, berkisar Rp 63.000 hingga Rp 65.000 per rak berisi 30 butir. Kisaran harga ini naik tinggi dari sebelumnya yang hanya sekitar Rp 58.000 per rak.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Harga telur ayam di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, melonjak drastis beberapa waktu terakhir. Satu rak telur berisi 30 butir kini dijual dengan harga Rp 65.000 per rak. Harga ini disebut sebagai harga telur tertinggi selama ini. Pemerintah diharapkan memberikan perhatian lebih agar harga telur kembali stabil di pasaran.
Berdasarkan pantauan Kompas, Senin (22/8/2022), harga telur ayam di sejumlah pasar di Kendari berkisar antara Rp 63.000 dan Rp 65.000 per rak. Kisaran harga ini naik tinggi dari pekan sebelumnya yang hanya berkisar Rp 58.000 per rak.
Muli (53), salah seorang pedagang telur di Pasar Lawata, Kendari, menuturkan, ia terpaksa menjual telur satu rak dengan harga Rp 65.000 karena dirinya membeli dengan modal Rp 60.000. Jika dijual eceran, harga satu biji telur mencapai Rp 3.000 per biji.
”Mau dijual di harga berapa kira-kira, kalau harga belinya sudah tinggi begitu. Sudah ini yang paling tinggi kami jual telur selama berdagang,” kata Muli yang telah menjadi pedagang selama belasan tahun.
Kenaikan harga telur, Muli menambahkan, telah terjadi lebih dari satu bulan terakhir. Sebelumnya, pada pertengahan Juli, harga satu rak telur di kisaran Rp 53.000. Kenaikan harga terjadi secara bertahap hingga mencapai angka tertingginya saat ini.
Pedagang lainnya, Risal (43), menyampaikan, harga telur melonjak tinggi sepekan terakhir. Sebelumnya, kenaikan harga per rak sekitar Rp 1.000. Namun, saat mengambil telur pekan ini, harga satu rak mengalami kenaikan Rp 2.000.
”Sekarang harga beli saja Rp 60.000. Kalau mau cepat habis, kami jual Rp 62.000. Daripada kami jual mahal tidak laku, terus nanti harga turun, kan, konyol. Di situ sulitnya jadi pedagang kalau harga tidak terkontrol seperti sekarang,” katanya.
Kenaikan harga telur yang terus terjadi membuat Risal tidak berani mengambil stok banyak. Jika sebelumnya ia bisa menjual 700 rak dalam sepekan, saat ini ia hanya berani mengambil 400 rak untuk dijual.
”Masalahnya kalau kita tidak ambil barang, artinya tidak ada yang dijual. Dijual murah tidak ada untung, dijual mahal tidak ada yang beli. Itu risikonya jadi pedagang,” ujar Risal. Berdasarkan informasi distributor, kenaikan harga telur ini dipicu kenaikan harga pangan ayam petelur yang mencapai dua kali lipat.
Kenaikan harga telur ini dikeluhkan para pedagang makanan. Warno (50), pedagang makanan di Kendari, menuturkan, sejak beberapa hari lalu, ia terpaksa menaikkan harga jual makanannya. Sebab, harga telur dan sayuran ikut naik beberapa waktu terakhir.
Warno berharap kondisi ini tidak berlarut-larut dan segera normal kembali. Selain membutuhkan tambahan modal, ia khawatir pelanggannya berkurang karena kenaikan harga makanan. Terlebih lagi, saat harga terus meningkat ke depannya.
Berdasarkan pantauan Kompas, Senin (22/8/2022), harga telur ayam di sejumlah pasar di Kendari berkisar antara Rp 63.000 hingga Rp 65.000 per rak.
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sultra La Ode Fitrah Arsyad menjelaskan, harga telur memang melonjak sebulan terakhir. Dari harga Rp 40.000-an, hingga sekarang mencapai di atas Rp 60.000 per rak.
Kondisi ini terjadi, ia melanjutkan, karena sejumlah faktor. Faktor pertama adalah naiknya harga pakan dan vitamin ayam. Harga pakan yang sebelumnya di kisaran Rp 500.000 saat ini mencapai Rp 1.000.000 per karung. Kenaikan ini diduga naiknya ongkos transportasi.
Faktor kedua adalah pencairan bantuan sosial untuk masyarakat yang berupa kebutuhan pokok. Setiap warga penerima mendapatkan bantuan beras dan kebutuhan pokok, termasuk telur, yang diterima setiap tiga bulan. Akibatnya, alokasi telur untuk warga secara luas berkurang dalam satu waktu.
”Selain itu, ada indikasi juga sembako dari wilayah ini didistribusikan ke luar dalam porsi besar, misalnya untuk kawasan pertambangan. Jadi, kami juga memonitor kondisi distribusi di lapangan,” ucap Fitra.
Sementara itu, catatan Badan Pusat Statistik Sultra, pada Juli lalu Kendari tercatat mengalami inflasi terdalam, yaitu sebesar 2,27 persen. Kenaikan angka ini disebabkan kenaikan harga kebutuhan pokok, bidang transportasi dan pendidikan.