Faktor Cuaca dan Dampak Angkutan Batubara Perparah Inflasi Jambi
Selain karena faktor cuaca yang menekan pasokan komoditas pangan, inflasi di Jambi dipengaruhi terganggunya distribusi akibat jalan yang selalu macet oleh angkutan batubara. Pemda harus mengambil solusi cepat.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·2 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Faktor cuaca tak semata menjadi penyebab inflasi parah di Jambi yang mencapai 8,55 persen. Pengamat ekonomi menilai terganggunya distribusi akibat kemacetan panjang angkutan batubara di jalan-jalan publik telah mengganggu pasokan dan menambah tinggi harga komoditas di pasar.
Jambi mencapai inflasi tahunan 8,55 persen atau tertinggi di Indonesia. Deputi Kepala Bank Indonesia Perwakilan Jambi Eva Ariesty mengatakan, penyumbang tingginya inflasi Jambi adalah cabai merah, bawang merah, bahan bakar rumah tangga, dan daging ayam ras. Tingginya harga cabai dipengaruhi gangguan pasokan akibat curah hujan yang tinggi.
Faktor lainnya, keterbatasan pasokan itu juga akibat faktor luas tanam yang berkurang.
Pengamat ekonomi dari Universitas Batanghari, Pantun Bukit, menilai terganggunya distribusi, khususnya bahan pangan, akibat kemacetan panjang angkutan batubara di jalan-jalan publik telah mengganggu pasokan dan menambah tinggi harga komoditas di pasar.
Jika dibiarkan tanpa solusi, persoalan itu akan makin memperparah inflasi Jambi.
Oleh karena itu, perlu ada pemisahan jalur distribusi komoditas pangan dan komoditas industri ekstraktif.
Selama ini, jalan-jalan publik macet parah karena dipenuhi iring-iringan angkutan batubara. Distribusi bahan makanan terganggu. ”Kualitasnya jadi menurun dan harganya jadi lebih mahal karena ongkos distribusi membengkak,” kata Pantun, Jumat (19/8/2022).
Pantun mencontohkan bawang merah, tomat, dan cabai yang dipasok dari Jawa dan Sumatera Barat sering kali terhadang macet untuk mencapai Kota Jambi. ”Ada pedagang sampai mengeluh karena bawang yang dibawanya di Padang ke Jambi susut 15 persen karena macet panjang menuju Kota Jambi,” tambahnya. Pedagang tersebut lalu menaikkan lagi harga jualnya demi mengatasi penyusutan.
Selama tidak dilakukan pemisahan jalur distribusi, lanjut Pantun, masalah inflasi di Jambi bakal berlarut-larut. Ia pun menyarankan agar pemerintah daerah menfasilitasi transportasi khusus untuk distribusi bahan pangan agar aman tiba di pasar. ”Yang sering terjadi tomat dan sayuran busuk karena terlalu lama di jalan. Jika difasilitasi dengan kendaraan yang diperlengkapi pengawetan, masalah itu bisa diatasi,” ujarnya lagi.
Selain itu, sebagian besar bahan makanan yang menjadi penyumbang inflasi di Jambi tidak berproduksi maksimal. Cabai merah merupakan kebutuhan utama, tetapi produksinya tidak memadai. Akibatnya, Jambi sangat bergantung pada pasokan dari luar. Karena itu, pemerintah daerah perlu meningkatkan strategi ketahanan pangan di wilayahnya.
Ketua DPRD Provinsi Jambi Edi Purwanto menyebut tingginya inflasi merupakan pukulan bagi pemerintah daerah. Ia meminta agar pemerintah dan seluruh pemangku kebijakan mengambil langkah strategis. Perlu ada terobosan dari tim pengendalian inflasi daerah.
”Pemerintah supaya melakukan terobosan agar inflasi bisa turun. Saya takut resesi ekonomi,” kata Edi.