Ekonomi Jatim Membaik, tetapi Ekspor Harus Digenjot
Data realisasi APBN Regional Jawa Timur per 31 Juli 2022 untuk pendapatan negara sudah mencapai 60,60 persen dari target, atau sebesar Rp 145,37 triliun.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Hingga pertengahan triwulan ketiga, perekonomian di Jawa Timur tercatat terus membaik. Optimisme penguatan ekonomi ke depan diyakini akan terus terjadi. Meski begitu, kinerja perdagangan ekspor disebutkan harus digenjot.
Hal itu menjadi kesimpulan konferensi pers Asset and Liability Comittee (ALCo) Regional Jawa Timur yang disampaikan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Jatim bersama dengan Kepala Kanwil Unit Eselon I Kementerian Keuangan (Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea Cukai, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara) di Jawa Timur, Jumat (19/8/2022), di Surabaya.
Data realisasi APBN Regional Jawa Timur per 31 Juli 2022, sebagaimana diungkapkan, dari sisi pendapatan negara sudah mencapai 60,60% dari target, atau sebesar Rp 145,37 triliun. Sementara belanja negara sudah mencapai 54,46 persen atau sebesar Rp 65,31 triliun. Dari nilai tersebut, tampak APBN regional Jawa Timur mengalami surplus Rp 80,07 triliun.
Adapun komponen penyumbang pendapatan negara dalam APBN regional Jatim, misalnya pajak (Rp 61,39 triliun), bea cukai (Rp 79,84 triliun), dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp 3,60 triliun.
Ditambahkan, kondisi ekonomi Jatim pada triwulan kedua 2022 juga tumbuh secara impresif dan mengalami pertumbuhan tertinggi di Pulau Jawa. Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku, pada triwulan II sebesar Rp 677,52 triliun. Nilai itu naik 5,74 persen dibandingkan dengan tahun lalu.
”Perekonomian Jatim menunjukkan pertumbuhan positif, pendapatan meningkat melebihi target, baik dari pajak maupun cukai, sehingga mendapatkan penambahan target. Prospek pertumbuhan ekonomi Jatim juga positif. Dengan melihat pada Juli dan Agustus kali ini, yang kondisi ekonominya bagus, kami optimistis, perekonomian triwulan ketiga akan terus baik. Jatim akan terus menjadi kontributor siginifikan ekonomi nasional dan mendukung pemulihan ekonomi untuk lebih kuat,” kata Kepala Kantor Wilayah DJPb Jatim Taukhid.
Meski begitu, Taukhid merekomendasikan agar kinerja perdagangan, khususnya ekspor Jatim, terus digenjot. Ini karena kinerja neraca perdagangan ekspor Jatim pada Juli 2022 defisit 1,13 miliar dollar AS. Defisit berasal dari sektor migas dan nonmigas.
”Kalau saat ini perdagangan kita masih negatif, artinya impornya lebih tinggi dari ekspornya sehingga yang perlu didorong adalah di sisi ekspor. Padahal, impornya berupa bahan baku (sekitar 74 persen). Harusnya bahan baku ini diolah lagi menjadi barang jadi dan diekspor dengan nilai lebih tinggi. Misal dari barang-barang pertanian dan lainnya,” kata Taukhid.
Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jatim II Agustine Vita Avantin mengatakan, target pajak di Jatim meningkat. Hal itu sejalan dengan penyesuaian target nasional akibat ada kenaikan harga komoditas, seperti CPO, batubara, nikel, dan bauksit.
”Penyesuaian target nasional itu salah satunya akan didistribusikan ke Jatim. Tapi, kami optimistis dengan kenaikan target di Jatim. Apalagi dengan kemarin adanya program pengungkapan pajak sukarela. Artinya, kami sudah menyosialisasikan kepada wajib pajak bahwa ke depan seharusnya kita sudah transparan dalam laporan kewajiban perpajakan,” kata Vita.
Penambahan target Jatim pada akhir tahun 2022 nanti adalah Rp 3,36 triliun (naik 3,36 persen dari target awal tahun) dan bea cukai Rp 12,17 triliun (naik 9,66 persen dari target awal tahun).