Dua Anggota Tim Patroli Harimau Sumatera Tewas Tertimpa Dahan Pohon
Dua petugas Tim Patroli Harimau Sumatera dari Taman Nasional Kerinci Seblat meninggal akibat tertimpa dahan pohon saat melakukan patroli di Bengkulu. Ini menjadi evaluasi untuk penguatan mitigasi sebelum patroli.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
MUKOMUKO, KOMPAS — Dua petugas Tim Patroli Harimau Sumatera dari Taman Nasional Kerinci Seblat meninggal akibat tertimpa dahan pohon saat melakukan patroli di kawasan Pondok Suguh, Kabupaten Mukomuko, Bengkulu, Rabu (17/8/2022). Peristiwa ini diharapkan menjadi bahan evaluasi untuk memperkuat mitigasi dalam operasi patroli selanjutnya.
Korban bernama Gunawan Saepulah, polisi kehutanan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), dan Sudirman, satu dari tiga warga yang tergabung dalam tim patroli tersebut. Kepala Balai TNKS Haidir, Kamis (18/8/2022), menuturkan, lokasi kejadian di dalam kawasan TNKS wilayah Bukit Punjung (Resor Bengkulu Utara-Mukomuko, SPTN Wilayah VI, Argamakmur).
Saat itu, tim sedang melakukan patroli harimau yang merupakan agenda operasi rutin. Patroli dimulai pada 15 Agustus 2022 dan direncanakan berlangsung selama tujuh hari. Dalam tim tersebut, Gunawan menjadi ketua tim dengan anggota tim tiga warga yang ikut patroli. Ketiga warga itu adalah Slamet Riadi, Sudirman, dan Ali Purnomo.
Pada Rabu (17/8/2022), mereka bersiap melakukan upacara bendera memperingati HUT Ke-77 RI di dalam kawasan. Saat itu, Gunawan dan Sudirman akan keluar dari tenda, sedangkan Ali dan Slamet pergi ke sungai terdekat untuk mencuci piring setelah sarapan bersama.
Namun, naas terjadi. Sebuah pohon mati tumbang menimpa dahan pohon yang ada di dekatnya. Kedua pohon itu kemudian menimpa kedua korban yang masih berada di dekat tenda. Keduanya meninggal di tempat dengan mengalami luka di beberapa bagian tubuh.
Melihat kejadian itu, kedua rekan yang berada di sungai bergegas kembali. Ali memutuskan tinggal di lokasi untuk menjaga kedua jenazah korban, sedangkan Slamet mencari pertolongan di pinggiran desa.
Setelah mencari beberapa lama, Slamet bertemu dengan delapan warga desa yang langsung membantu mengevakuasi korban. Proses evakuasi mengalami kendala lantaran saat itu cuaca sedang tidak bersahabat. Beberapa anggota dari polsek dan Puskesmas Pondok Suguh juga turun ke lokasi untuk membantu penanganan korban.
Kedua jenazah bisa dievakuasi setelah 10-12 jam berlalu. ”Kedua jenazah korban baru bisa dievakuasi semuanya pada Rabu (17/8/2022) pukul 20.00 WIB,” ungkap Haidir. Kedua korban, menurut rencana, dimakamkan pada Kamis ini.
Ketua Yayasan Lingkar Inisiatif Indonesia Iswadi, yang juga menjadi mitra TNKS sejak 2017, mengatakan, patroli di dalam kawasan hutan memang selalu dihadapkan dengan beragam risiko, antara lain bencana alam seperti banjir bandang, risiko bertemu dengan satwa liar, bahkan konflik dengan perambah hutan. ”Risiko itu yang selalu dipersiapkan oleh petugas sebelum berpatroli,” ungkapnya.
Untuk mengatasi risiko banjir bandang atau luapan sungai biasanya petugas mempersiapkan tali untuk penyelamatan. Terkait bahaya pertemuan dengan satwa liar, biasanya petugas memilih jalur patroli yang jarang dilewati satwa liar.
Iswadi mengatakan, bencana seperti ini pernah terjadi sekitar dua tahun lalu. Saat itu, ada petugas yang meregang nyawa akibat terseret banjir bandang ketika melakukan patroli. Namun, menurut dia, kejadian yang menimpa petugas patroli kali ini adalah musibah yang tidak bisa diduga sama sekali. ”Saya yakin upaya mitigasi sudah dilakukan sebaik mungkin. Namun, kalau sudah musibah, siapa yang tahu?” ucapnya.
Dia berharap kejadian ini menjadi pelajaran sekaligus bahan evaluasi bagi tim patroli agar lebih memperkuat mitigasi sebelum melakukan patroli. ”Saya berharap kejadian seperti ini tidak terulang,” ujar Iswadi.