Nasionalisme Anak Rimba di Belantara Taman Nasional Bukit Duabelas
Anak-anak rimba di penyangga Taman Nasional Bukit Duabelas mengibarkan bendera Merah Putih sebagai ungkapan cinta pada Tanah Air.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
DOKUMENTASI KKI WARSI
Warga komunitas Orang Rimba di penyangga Taman Nasional Bukit Duabelas, Jambi, mengikuti upacara bendera, Rabu (17/8/2022). Tiga anak rimba turut menjadi pengibar bendera Merah Putih.
Gema peringatan Hari Ulang Tahun Ke-77 Indonesia turut dirasakan di pedalaman Jambi. Anak-anak rimba di penyangga Taman Nasional Bukit Duabelas mengibarkan bendera Merah Putih sebagai ungkapan rasa nasionalisme mereka.
Sejak pagi, Rabu (17/8/2022), halaman shelter di tepi taman nasional telah ramai. Anak-anak hingga para orangtua komunitas Orang Rimba berkumpul untuk mengikuti upacara bendera.
Salah seorang pemuda, Betuah, bertindak sebagai pemimpin upacara. Mengawali upacara, ia merapikan barisan. Semua turut aba-aba Betuah.
Melandai, Menalang, dan Ngambur lalu mengambil tempat. Ketiganya bertugas sebagai pengibar bendera Merah Putih. Ketiganya tak asing lagi menaikkan bendera Merah Putih karena mereka telah bersekolah formal di Sekolah Dasar Negeri 191 Pematang Kabau, Kabupaten Sarolangun. Melandai dan Menalang duduk di kelas III, sedangkan Ngambur di kelas II.
Menalang membawa bendera Merah Putih terlipat rapi di tangannya. Ketika tiba acara pengibaran, ketiganya serentak berjalan menuju tiang bendera yang terbuat dari batang bambu.
DOKUMENTASI KKI WARSI
Melandai, Menalang, dan Ngambur, anak komunitas Orang Rimba di penyangga Taman Nasional Bukit Duabelas, Jambi, menjadi pengibar bendera Merah Putih, Rabu (17/8/2022).
Menalang mengulurkan bendera, lalu disambut tangan Melandai dan Ngambur yang mengikatkannya ke tali. Dalam sekejap, bendera terbentang.
Dengan aba-aba Betuah, seluruh peserta upacara memberikan tanda hormat dan menyanyikan lagu ”Indonesia Raya”. Melandai dan Ngambur mengerek bendera hingga berkibar sempurna.
Fasilitator Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, Anggun Nova, yang bertindak sebagai pembina upacara, memberikan semangat kepada seluruh peserta. Peringatan hari kemerdekaan adalah menguatkan kembali semangat perjuangan. Cerita perjuangan tak melulu soal mengusir penjajah. Dalam konteks kehidupan Orang Rimba, perjuangan adalah soal mendapatkan sumber penghidupan yang berkelanjutan. Yang berarti merdeka kemiskinan.
”Anak-anak bisa bersekolah, merdeka dari kebodohan. Semangat ini penting untuk terus ditumbuhkan, supaya Orang Rimba bisa menghadapi perubahan yang terus terjadi,” katanya.
Dicontohkannya, dahulu Orang Rimba tinggal di dalam hutan, semua kebutuhan hidup diambil dari hutan. Mereka bebas menjalankan tradisi yang diwariskan nenek moyangnya di ruang jelajah setiap kelompok.
Hanya saja ruang jelajah ini semakin menyempit. Berganti menjadi berbagai peruntukan, perkebunan, hutan tanaman, dan lainnya. Orang Rimba seperti gagap menghadapi perubahan yang begitu cepat.
Anak-anak bisa bersekolah, merdeka dari kebodohan. Semangat ini penting untuk terus ditumbuhkan, supaya Orang Rimba bisa menghadapi perubahan yang terus terjadi. (Anggun Nova)
Mereka yang semula menggantungkan hidup pada hutan, tak siap menghadapi hutannya yang hilang. Sepuluh tahun terakhir, bantuan mulai menyasar mereka, termasuk pendidikan dan kesehatan.
Namun, pendidikan masih belum merata. Dengan berbagai keterbatasan, akses, tenaga pendidik dan pola hidup memengaruhi pencapaian pendidikan di Orang Rimba. Semangat Orang Rimba untuk menyekolahkan anaknya juga masih turun naik. Ketika melangun, berpindah tempat karena kematian, anak-anak yang bersekolah bisa terhenti.
Di tengah keterbatasan itu, Orang Rimba mulai diakomodasikan dalam ruang inklusi. Tahun 2017, pemuda bernama Budi direkrut menjadi anggota TNI. Empat tahun kemudian, tiga pemuda rimba, Jeni, Perbal, dan Seri, direkrut menjadi anggota Polri. Kini, mereka ditugaskan sebagai polisi rimba.
”Dengan capaian-capaian ini memacu semangat orang rimba lainnya untuk turut bersekolah,” kata Diva, fasilitator setempat.
IRMA TAMBUNAN
Induk Nidar membawa bayinya menuju tempat ritual memandikan anak di komunitas Orang Rimba di Taman Nasional Bukit Duabelas, Sarolangun, Jambi, Sabtu (2/7/2022).
Salah satu Orang Rimba, Mluring, berharap Orang Rimba makin pintar dan meraih cita-citanya. ”Cita-cita anak Orang Rimba sekarang mau berjuang mencari pengalaman pendidikan yang bagus karena cita-cita mereka berbeda-beda, ada juga yang mau jadi tentara, polisi, ada juga yang ingin menjadi guru kemudian mendidik anak-anak di sekitar mereka,” kata Mluring.
Ia berharap anak-anak Rimba terus mencari pendidikan yang layak karena hutan mereka terus berkurang. Mereka harus punya keinginan sekolah tinggi dan menjadi unsur pimpinan di pemerintahan agar bisa mewujudkan cita-cita menjaga hutannya.