Kenduri Swarnabhumi Suarakan Pentingnya Pemulihan Sungai Batanghari
Kenduri Swarnabhumi digelar untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga Sungai Batanghari. Acara itu digelar di 14 lokasi di tepi Sungai Batanghari yang tercemar parah akibat tambang dan pembabatan hutan.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
JAMBI, KOMPAS – Pemerintah beserta sejumlah pihak terkait menggelar acara Kenduri Swarnabhumi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga Sungai Batanghari di Provinsi Jambi dan Sumatera Barat. Rangkaian kegiatan itu digelar di 14 lokasi di tepi Sungai Batanghari yang tercemar parah akibat tambang dan pembabatan hutan.
Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Fitra Arda mengatakan, kenduri itu diharapkan bisa menyuarakan pentingnya upaya untuk memulihkan kembali Sungai Batanghari yang kian terdegradasi.
Sungai Batanghari membentang sepanjang 800 kilometer dari Sumatera Barat hingga Jambi. Pada masa lalu, Sungai Batanghari memiliki peran penting untuk mendukung peradaban. Namun, saat ini, kondisi sungai tersebut kian tercemar.
”Harapannya, kenduri ini akan meningkatkan kesadaran masyarakat menjaga Sungai Batanghari serta membangun kebijakan publik tentang pelestarian sungai berbasis budaya,” kata Fitra seusai peluncuran Kenduri Swarnabhumi di Kota Jambi, Jumat (12/8/2022) malam.
Kenduri Swarnabhumi mengangkat tema "Peradaban Sungai Batanghari: Dulu, Kini, dan Nanti". Acara yang dimulai 12 Agustus 2022 hingga 22 September 2022 itu akan diisi kegiatan Ekspedisi Batanghari, sekolah lapangan, pemugaran candi, serta 14 festival dari hulu hingga hilir sungai.
Kenduri Swarnabhumi digelar Kemendikbudristek bersama 14 pemerintah daerah. Dua pemerintah provinsi yang terlibat adalah Jambi dan Sumatera Barat.
Kenduri Swarnabhumi diharapkan bisa menyuarakan pentingnya upaya untuk memulihkan kembali Sungai Batanghari yang kian terdegradasi.
Acara itu juga melibatkan Pemerintah Kabupaten Batanghari, Bungo, Dharmasraya, Kerinci, Merangin, Muaro Jambi, Sarolangun, Sijunjung, Tebo, Tanjung Jabung Barat, dan Tanjung Jabung Timur serta Pemerintah Kota Jambi. Kenduri tersebut juga melibatkan budayawan, pelaku seni dan budaya, arkeolog, peneliti, dan sejarawan.
Fitra menjelaskan, Sungai Batanghari menjadi jalur utama pelintasan para saudagar dari China, Arab, Persia, dan India sejak abad ke-7 hingga ke-13. Banyak temuan tinggalan arkeologi, misalnya prasasti, candi, permukiman kuno, perahu kuno, keramik, dan arsitektur bangunan, yang menunjukkan besarnya peradaban masa itu.
Fitra menyatakan, Kenduri Swarnabhumi diharapkan bisa menumbuhkan kembali harmoni antara manusia dan sungai. Kearifan semacam itu sangat penting untuk memulihkan ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari yang mengalami degradasi kondisi lingkungan.
Salah satu yang menyebabkan degradasi itu adalah aktivitas tambang emas liar di bagian hulu DAS Batanghari. Aktivitas tambang emas yang sulit dikendalikan itu menyebabkan air Sungai Batanghari menjadi keruh.
Fitra menambahkan, di tepi Sungai Batanghari juga beroperasi sejumlah industri penimbunan batubara. Lokasi sebagian penimbunan batubara itu masuk dalam Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muaro Jambi.
Bahkan, ada aktivitas penimbunan batubara yang beroperasi persis di sebelah Candi Teluk yang sedang dipugar oleh tim arkeolog. ”Lokasi stockpile (penimbunan batubara) berada persis dalam zona inti (KCBN),” katanya.
Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi Agus Widiatmoko menyebutkan, ada 12 industri batubara dan pengolahan sawit yang beroperasi di dalam KCBN Muaro Jambi. Padahal, saat ini, kawasan tersebut tengah disiapkan menuju penetapan zonasi KCBN.
BPCB Jambi juga sedang memugar empat candi sebagai bagian dari revitalisasi kawasan Muaro Jambi. Upaya itu menindaklanjuti kunjungan Presiden Joko Widodo pada 7 April lalu yang memerintahkan revitalisasi Muaro Jambi sebagai pusat pendidikan terbesar di Asia pada abad ke-7.
Revitalisasi di Muaro Jambi itu tidak hanya berkaitan dengan teologi. Kawasan tersebut juga akan dihidupkan lagi menjadi pusat pendidikan bagi kedokteran dan obat-obatan, filsafat, arsitektur, seni, dan lain-lain.