Penanaman Satu Juta Pohon Kelapa Genjah Mesti Disertai Industrialisasi Hasil Tani
Penanaman perdana kelapa genjah diadakan di tiga daerah di wilayah Solo Raya, yakni Sukoharjo, Boyolali, dan Karanganyar.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SUKOHARJO, KOMPAS — Pemerintah mencanangkan program penanaman satu juta pohon kelapa genjah untuk mengoptimalkan produktivitas pertanian, khususnya pada lahan-lahan yang dinilai kurang produktif. Namun, tak cukup sekadar menanam. Industrialisasi hasil pertanian juga mesti diperhatikan agar hasil pertanian rakyat bisa memiliki nilai tambah.
Hal tersebut diungkapkan oleh Presiden Joko Widodo seusai melakukan penanaman pohon kelapa genjah bersama sejumlah petani di Desa Sanggang, Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (11/8/2022) siang.
Presiden didampingi oleh Ibu Negara Iriana, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno. Terlihat juga sosok kepala daerah yang turut serta bersama rombongan, yakni Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Bupati Sukoharjo Etik Suryani.
”Kita ingin menanam secara nasional kelapa genjah yang hasilnya baru bisa kita lihat dalam 2,5 tahun atau 3 tahun, bisa kita petik buahnya,” kata Presiden.
Presiden beranggapan, pohon tersebut memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Diperkirakan satu pohon bisa menghasilkan 140 buah hingga 180 buah kelapa selama satu tahun. Padahal, jumlah pohon yang ditanam secara nasional jumlahnya satu juta buah.
Selain itu, Presiden juga menyoroti soal nilai tambah dari hasil pertanian rakyat. Menurut dia, aspek industrialisasi mesti menyertai upaya peningkatan produktivitas hasil pangan. Untuk kelapa genjah, kata Presiden, setidaknya mampu menghasilkan produk turunan, seperti gula semut, minyak kelapa, hingga minuman segar.
”Yang paling penting setelah ditanam disiapkan juga industrialisasinya. Karena apa? Kelapa ini bisa dipakai untuk gula semut. Bisa juga dipakai untuk minyak kelapa. Ini nanti disiapkan di sini. Di setiap desa yang ada kelapa genjahnya dengan jumlah banyak sehingga ada tambahan income untuk masyarakat,” kata Presiden.
Selanjutnya, kata Presiden, kegiatan tersebut juga menjadi upaya untuk mengoptimalisasi lahan-lahan yang kurang produktif seperti pekarangan dan kebun. Ia menginginkan agar lahan-lahan tersebut bisa menghasilkan berbagai komoditas pangan. Hal itu sekaligus menyikapi ancaman krisis pangan dunia yang muncul belakangan.
Yang paling penting setelah ditanam disiapkan juga industrialisasinya.
Kegiatan penanaman bertajuk Kelapa Genjah Sebar (Kejar) merupakan bagian dari program Perkebunan Merdeka. Penanaman perdana diadakan di tiga daerah di wilayah Solo Raya, yakni Sukoharjo, Boyolali, dan Karanganyar.
Ditargetkan ada 200.000 pohon yang ditanam di daerah tersebut. Rinciannya, sebanyak 110.000 pohon di Sukoharjo, 46.000 pohon di Boyolali, dan 44.000 pohon di Karanganyar. Kelak program itu akan diperluas ke provinsi-provinsi lain.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, tantangan krisis pangan dunia harus dihadapi dengan langkah yang tidak biasa. Salah satunya ialah memanfaatkan pekarangan dan lahan kosong yang selama ini kurang produktif. Dukungan dari pemerintah daerah setempat juga diperlukan agar muncul komoditas dan varietas tambahan guna menambah pendapatan rakyat.
”Hari ini kita diminta Bapak Presiden menyiapkan satu juta kelapa. Sambil menunggu kelapa berbuah, bisa kita tanami jagung dan kedelai sehingga setiap 100 hari, sambil menunggu kelapa, petani tetap ada pendapatan,” kata Syahrul.
Syahrul menambahkan, pekarangan penduduk juga hendaknya dimanfaatkan untuk ditanami tanaman-tanaman kebutuhan pangan. Beberapa di antaranya ialah cabai, nanas, dan tanaman-tanaman lain yang bisa dikembangkan dengan pot dan polybag. Lewat cara tersebut, kata dia, belanja pangan bisa dihemat karena sudah bisa dipenuhi dari pekarangan masing-masing.
Sekretaris Desa Sanggang Joko Santoso meyakini, program penanaman kelapa genjah bisa berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat. Itu dapat dilihat dari besarnya potensi panennya. Ia mengharapkan, program tidak berhenti pada penanaman, tetapi disertai pula pendampingan agar masyarakat bisa menghasilkan produk turunan dari hasil pertaniannya.
”Jadi, nanti bisa lebih maju lagi ekonominya. Tidak ada lagi anak muda yang merantau ke kota. Mereka bisa mengolah tanahnya menjadi subur dan menghasilkan. Kelapa genjah ini juga akan luar biasa karena bisa dibuat menjadi gula semut. Yang nantinya bisa menghasilkan penambahan pendapatan bagi kami,” kata Joko Santoso.