Paman yang Membunuh Anak SD di Ruang Kelas Masih Buron
Polisi masih mencari Rahmat (32), paman yang membunuh keponakannya, yakni SRB (10), di dalam ruang kelas VI SD Baiti Jannati, Deli Serdang. Guru dan siswa sangat trauma dengan pembunuhan saat jam pelajaran itu.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Polisi masih mencari Rahmat (32), paman yang membunuh keponakannya, yakni SRB (10), di dalam ruang kelas VI SD Baiti Jannati, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Sekolah juga masih tutup karena guru dan siswa sangat trauma dengan pembunuhan anak yang dilakukan saat jam pelajaran itu.
Kepala Kepolisian Sektor Sunggal Komisaris Yudha Pranata, Kamis (11/8/2022), mengatakan, mereka mengejar Rahmat yang langsung melarikan diri setelah menikam SRB. Pembunuhan itu dilakukan pada saat SRB mengikuti pelajaran di SD Baiti Jannati, Selasa (9/8/2022).
Sekitar pukul 07.30, SRB bersama teman sekelasnya yang berjumlah sekitar 24 orang baru saja memulai kegiatan belajar-mengajar dengan membaca ayat suci Al Quran. Rahmat datang menggunakan sepeda motor dan memarkirkannya di jalan di samping sekolah.
Yudha mengatakan, Rahmat langsung masuk ke sekolah dengan melompat pagar setinggi 1 meter di depan kelas. Ia lalu membuka pintu kelas dan masuk menuju tempat duduk SRB. Ia pun langsung menusukkan pisau yang dia bawa ke dada sebelah kiri SRB. Guru dan siswa pun menangis dan berteriak histeris.
”Setelah menusuk SRB dengan pisau, Rahmat langsung melarikan diri dengan membawa sepeda motornya,” kata Yudha.
Yudha mengatakan, mereka sudah memeriksa saksi dari pihak sekolah dan keluarga. Mereka pun mendapat keterangan bahwa Rahmat pernah dirawat di rumah sakit jiwa karena terindikasi mengalami gangguan jiwa. Namun, hal tersebut pun masih harus didalami. ”Kami juga belum bisa menyimpulkan apa motif dari pelaku,” katanya.
Pantauan Kompas, SD Baiti Jannati masih tutup dan belum ada kegiatan belajar-mengajar hingga Kamis. Sekolah di area sekitar 15 meter x 15 meter itu tampak dikelilingi pagar setinggi 2 meter. Namun, pagar di depan ruangan kelas VI tempat SRB belajar itu hanya setinggi sekitar 1 meter. Garis polisi pun masih dipasang di pintu ruang kelas itu.
Yudha mengatakan, saat ini mereka juga berfokus menyembuhkan trauma guru dan anak-anak, khususnya teman sekelas SRB. Mereka sangat histeris dan ketakutan melihat kejadian tersebut. Mereka pun akan mengupayakan penyembuhan trauma bagi anak-anak dan guru itu.
Ketua Yayasan Baiti Jannati, Waluyo, mengatakan, anak-anak dan guru sangat trauma atas kejadian itu. Guru SRB pun masih sering menangis dan merasa bersalah karena melihat langsung kejadian itu. ”Kami berupaya agar bisa menyembuhkan psikologis guru dan anak-anak itu,” kata Waluyo.
Nadya, kakak kandung SRB, mengatakan, dua pekan lalu, pelaku mengancam akan membunuh satu per satu anggota keluarga mereka. Nadya menyebut mereka ada masalah keluarga. ”Namun, kami tidak mengira dia benar-benar melakukannya,” kata Nadya.
Sekolah bisa menggunakan jasa satpam atau penjaga sekolah. Ini penting untuk pengamanan sekolah.
Nadya mengatakan, ayah mereka tinggal di Sunggal, sementara ibunya merupakan pekerja migran Indonesia di Malaysia. Mereka pun berharap pelaku segera ditemukan. Mereka sekeluarga pun takut karena Rahmat bisa saja melakukan tindakannya lagi kepada anggota keluarga lain.
Kepala Bidang SD Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang Samsuar Sinaga mengatakan, atas kejadian itu, mereka mengevaluasi pengamanan di sekolah-sekolah. ”Sekolah bisa menggunakan jasa satpam atau penjaga sekolah. Ini penting untuk pengamanan sekolah,” kata Samsuar.
Samsuar mengatakan, mereka juga akan melaksanakan penyembuhan trauma untuk anak-anak dan guru. Untuk sementara, sekolah itu juga masih diliburkan.