Mencoba Bunuh Diri Seusai Dirundung Teman, Seorang Pelajar Brebes Dipulihkan dari Trauma
Perundungan yang terjadi di Bumiayu, Brebes, Jateng, membuat seorang pelajar nekat mencoba mengakhiri hidupnya dengan cara melompat ke sumur. Pelajar itu sempat meminta agar namanya diganti.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·4 menit baca
BREBES, KOMPAS — GDR (18), seorang pelajar di Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, berupaya mengakhiri hidupnya dengan cara melompat ke sumur lantaran tidak tahan dirundung teman-temannya. Beruntung, nyawa remaja itu tertolong. Setelah menjalani pemulihan kesehatan, pelajar kelas XI itu akan dibantu pemulihannya dari trauma.
Masyarakat di kawasan Bumiayu digegerkan dengan peristiwa percobaan bunuh diri yang dilakukan seorang pelajar, Selasa (9/8/2022) pagi. Peristiwa itu bermula ketika GDR yang semula beraktvitas di sekitar sumur tiba-tiba naik ke bibir sumur kemudian melompat ke dasar sumur.
M (53), ibu GDR yang melihat kejadian itu, langsung berlari menuju ke arah sumur dan berupaya menyelamatkan anaknya. Karena merasa tidak mampu mengangkat tubuh anaknya dengan tali sumur, M lalu berteriak meminta tolong. Tetangganya lalu mendatangi rumah M dan berupaya membantu.
Sembari berupaya menolong, sebagian tetangga M meminta bantuan petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan kepolisian setempat. Petugas yang datang berupaya mengangkat tubuh GDR dari dasar sumur.
”Saat dievakuasi, korban dalam kondisi hidup. Kami kemudian membawa korban ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bumiayu untuk ditangani lebih lanjut,” kata Kepala Kepolisian Sektor Bumiayu Ajun Komisaris Heri Riyanto, Rabu (10/8/2022).
Menurut Heri, GDR mengaku nekat berupaya mengakhiri hidupnya lantaran tidak tahan dengan perundungan yang diterimanya. Meski demikian, Heri belum bisa memastikan detail perundungan tersebut. Sebab, pemeriksaan baru akan dilakukan saat kondisi kesehatan GDR sudah pulih.
”Sementara ini, keterangan yang kami dapatkan baru dari orangtuanya. Korban belum bisa dimintai keterangan karena masih dalam proses pemulihan kesehatan. Nanti setelah dinyatakan pulih dan bisa diajak berkomunikasi akan kami proses,” ujar Heri.
Heri memastikan tidak ada tanda-tanda kekerasan fisik pada tubuh GDR. Kemungkinan perundungan yang diterima GDR berupa perundungan verbal.
Kepada wartawan, M menuturkan, anaknya dirundung oleh teman-teman di sekolah. Kepada ibunya, GDR belum menceritakan secara detail perundungan yang diterimanya. ”Sebelumnya sempat bilang minta namanya diganti. Malu karena d-bully,” ucap M.
GDR merupakan pelajar kelas XI di salah satu sekolah menengah atas swasta di Bumiayu. Akibat takut dirundung, GDR disebut sempat tidak mau masuk sekolah.
Pemulihan trauma
Penanganan terhadap GDR tidak hanya dalam bentuk pemulihan kesehatan fisik, tetapi juga trauma. Pemulihan trauma tersebut akan dibantu oleh psikolog dari Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) Tiara. Lembaga yang dibentuk oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Kabupaten Brebes (DP3KB) itu bertugas memberikan konseling, mendampingi korban, memberikan layanan kesehatan dan psikologis, memberi pendampingan hukum, hingga membantu proses reintegrasi sosial.
”Kami sudah mendapatkan laporan terkait kejadian tersebut. Tim juga sudah berkoordinasi dengan keluarga terkait kondisi korban. Kalau nanti sudah stabil kondisi kesehatannya, psikolog kami akan mencoba pelan-pelan menggali apa yang dibutuhkan si korban,” tutur Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak DP3KB Brebes Eni Listiana.
Menurut Eni, pihaknya akan mencoba membantu memenuhi kebutuhan GDR, misalnya kebutuhan akan rasa aman dari perundungan. Hal itu akan dilakukan dengan cara melakukan advokasi kepada pihak sekolah, termasuk teman-teman GDR, sehingga ke depan kasus yang sama tidak terulang dan GDR bisa melanjutkan sekolahnya dengan nyaman.
Dalam beberapa kasus, ada anak yang tidak kuat menghadapi perundungan. Bagus apabila mereka mau melapor. Tapi, ada anak yang tidak mau melapor dan malah memendam masalahnya sendiri. Ini bahaya kalau sampai pada akhirnya si anak putus asa kemudian melukai dirinya sendiri atau orang lain. Ini yang harus kita cegah. (Eni Listiana)
Sebenarnya, PPT Tiara sudah sering mengadakan sosialisasi dan edukasi terkait bahaya perundungan. Kegiatan itu dilakukan di sekolah-sekolah bahkan ke desa-desa. Sasaran sosialisasi tersebut adalah tenaga pendidik, pelajar, orangtua, dan perangkat desa.
Melalui kegiatan itu, para peserta juga diberitahu alur pengaduan apabila mengalami atau mengetahui adanya perundungan. Pengaduan itu tidak dipungut biaya dan identitas pengadu akan dirahasiakan.
”Dalam beberapa kasus, ada anak yang tidak kuat menghadapi perundungan. Bagus apabila mereka mau melapor. Tapi, ada anak yang tidak mau melapor dan malah memendam masalahnya sendiri. Ini bahaya kalau sampai pada akhirnya si anak putus asa kemudian melukai dirinya sendiri atau orang lain. Ini yang harus kita cegah,” imbuh Eni.
Menurut dia, orangtua dan tenaga pendidik juga perlu membangun komunikasi yang baik serta terbuka dengan anak atau siswa mereka. Harapannya, anak juga mempunyai keberanian untuk melapor atau menceritakan apa yang mereka alami atau masalah yang mereka hadapi.