Seekor Bayi Gajah Jantan Lahir di Lembaga Konservasi Lembah Hijau
Seekor bayi gajah Sumatera lahir di Lembaga Konservasi Taman Satwa Lembah Hijau, Bandar Lampung. Kelahiran bayi gajah jantan secara eksitu untuk pertama kali ini membawa angin segar bagi upaya konservasi satwa liar itu.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Seekor bayi gajah sumatera lahir di Lembaga Konservasi Taman Satwa Lembah Hijau, Bandar Lampung. Bayi gajah jantan ini merupakan gajah pertama yang lahir di luar habitat aslinya atau eksitu.
Komisaris Utama Lembah Hijau Lampung M Irwan Nasution mengatakan, bayi gajah tersebut lahir pada Minggu (7/8/2022) pukul 07.24 WIB. Bayi gajah ini lahir dengan berat badan 103 kilogram dan panjang 98 sentimeter.
”Alhamdulillah lahir dengan sehat bayi gajah dari hasil perkawinan gajah jantan sumatera bernama Aris dan indukan betina bernama Mega,” kata Irwan di Bandar Lampung, Senin (8/8/2022).
Kelahiran gajah ini menjadi bukti keberhasilan upaya pelestarian satwa liar di lembaga konservasi. Sebelumnya, Gajah Mega yang merupakan indukan gajah betina telah menghuni lembaga konservasi tersebut selama enam tahun. Upaya perkawinan indukan gajah betina dengan gajah jantan itu akhirnya membuahkan hasil.
Saat ini, anak gajah dan indukannya masih dalam perawatan dokter hewan di Lembaga Konservasi Lembah Hijau. Ia berharap bayi gajah tumbuh dengan baik dan sehat.
Sebelumnya, Lembaga Konservasi Lembah Hijau juga berhasil membiakkan beruang madu. Seekor bayi beruang madu lahir secara alami di Lembah Hijau pada 17 November 2021.
Ketua Forum Mahout Indonesia Nazaruddin menuturkan, Lembah Hijau menjadi lembaga konservasi pertama di Sumatera yang berhasil mengembangbiakkan gajah liar di luar habitat aslinya. Kelahiran gajah itu membuktikan bahwa upaya konservasi gajah secara eksitu bisa berjalan dengan baik berkat kerja sama berbagai pihak.
Nazaruddin yang juga Mahout Gajah Taman Nasional Way Kambas, Lampung Timur, menambahkan, kelahiran bayi gajah di lembaga konservasi ini mendukung program pemerintah dalam upaya peningkatan populasi. Ia berharap keberhasilan Lembaga Konservasi Lembah Hijau dalam upaya konservasi satwa bisa diikuti oleh lembaga konservasi lain.
”Kami membuat program mengawinkan gajah. Gajah betina itu menunjukkan tanda-tanda hamil sejak September 2020 sampai saat ini melahirkan,” ungkap Nazaruddin.
Kepala Seksi Wilayah III BKSDA Bengkulu-Lampung Hifzon Zawahiri mengatakan, kelahiran bayi gajah ini merupakan kejadian yang langka yang patut disyukuri. Ia mengapresiasi pengelola lembaga konservasi, mahout, dan tim dokter hewan yang memantau kondisi kesehatan gajah indukan hingga bisa melahirkan seperti sekarang ini.
Kelahiran gajah Sumatera di lembaga konservasi itu menjadi angin segar bagi upaya konservasi gajah di tengah banyaknya kasus kematian gajah akibat perburuan serta konflik ruang dengan manusia. Program konservasi gajah di Lampung diharapkan bisa mempercepat upaya pemulihan populasi gajah Sumatera yang semakin menurun.
Saat ini, populasi gajah Sumatera yang hidup di Taman Nasional Way Kambas dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan diprediksi tidak lebih dari 150 ekor. Keberadaan satwa liar itu juga hingga kini masih menghadapi konflik ruang dengan manusia yang berkebun di dalam hutan dan menjadi habitat satwa liar tersebut. Berkurangnya jumlah makanan gajah di dalam hutan dinilai menjadi penyebab gajah liar kian sering mendekati permukiman warga untuk mencari makanan.