Kebakaran hutan dan lahan terjadi lagi di perbukitan Danau Toba, mendekati destinasi wisata seperti Pusuk Buhit, Batu Hobon, Tele, hingga area dekat Sibea-Bea. Penanganan terkendala keterbatasan peralatan dan personel.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
PANGURURAN, KOMPAS — Kebakaran hutan dan lahan kembali lagi terjadi di perbukitan Danau Toba di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, dalam sepekan ini. Sejumlah destinasi unggulan pariwisata Danau Toba, seperti kawasan Pusuk Buhit, Batu Hobon, Tele, hingga area dekat Sibea-Bea, ikut terbakar. Penanganan kawasan strategis nasional itu diharapkan bisa lebih terencana dan komprehensif.
”Kebakaran hutan dan lahan terjadi di beberapa desa di Kecamatan Harian dan Sianjur Mula-Mula. Penanganannya masih sangat minim dan kebakaran berpotensi meluas,” kata pemerhati Lingkungan Hidup Danau Toba, Wilmar Simandjorang, Minggu (7/8/2022).
Lahan yang terbakar diperkirakan mencapai puluhan hektar yang membakar padang ilalang dan pohon tusam sumatera di perbukitan terjal di dinding Kaldera Toba itu. Sebagian hutan dan lahan yang terbakar tidak bisa dijangkau karena berada di bukit sangat terjal. Asap kebakaran lahan dan hutan (karhutla) itu pun mencemari udara hingga ke kawasan permukiman.
Wilmar mengatakan, kebakaran di kawasan Danau Toba kembali terjadi dalam beberapa hari ini setelah musim kemarau panjang terjadi sejak Mei lalu. Sebelumnya, puluhan hektar lahan juga sudah terbakar pada Mei dan Juni.
Kebakaran terjadi setiap tahun dipicu pembukaan lahan oleh masyarakat. Api dari pembukaan lahan pun merembet ke area yang lebih luas baik di lahan masyarakat maupun ke kawasan hutan.
Sejauh ini, lanjut Wilmar, upaya pemadaman yang dilakukan sangat minim karena keterbatasan alat ataupun personel. Hal itu menjadi ironi di tengah status kawasan Danau Toba yang merupakan kawasan strategis nasional dan destinasi pariwisata superprioritas. Taman Bumi Kaldera Toba juga merupakan anggota UNESCO Global Geopark (UGG).
Oleh karena itu, penanganan kebakaran hutan dan lahan yang terjadi setiap musim kemarau di Danau Toba harus ditangani dengan komprehensif dan terpadu. ”Bukan seperti sekarang yang semua penanganannya terkesan hanya reaktif,” kata Wilmar.
Helikopter
Wilmar mengatakan, pemerintah pusat seharusnya turun tangan dalam menangangi karhutla di Danau Toba. Pengadaan helikopter pemadam kebakaran sudah berkali-kali disuarakan, tetapi belum dilaksanakan sampai sekarang.
Selain itu, edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat juga mendesak dilakukan agar tidak ada lagi pembukaan lahan dengan cara membakar. Edukasi pun harus dilaksanakan sejak usia dini ke sekolah-sekolah di kawasan Danau Toba.
Kawasan hutan yang terbakar sekitar 10 hektar. (Herianto)
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Samosir Sarimpol Simanihuruk mengatakan, karhutla di perbukitan Danau Toba sudah terjadi dalam beberapa hari terakhir dan sebagian sudah padam. ”Pemadaman sulit dilakukan karena sebagian besar berada di bukit terjal yang tidak bisa dijangkau,” kata Sarimpol.
Saat ini, kata Sarimpol, ada beberapa titik kebakaran yang sedang dipadamkan khususnya di kawasan Tele. Petugas berupaya membatasi kebakaran agar tidak merambat ke jalan dan permukiman.
Kebakaran di kawasan Tele sangat dekat dengan Jalan Pangururan-Tele. Jalan nasional itu merupakan satu-satunya akses darat ke Pulau Samosir.
Sarimpol menyebutkan, telah dibentuk Satuan Tugas Penanganan Karhutla Samosir. Sedikitnya 96 petugas dari BPBD Samosir, Manggala Agni, Polres Samosir, Brimob Polda Sumut, dan TNI. Namun, sebagian besar area terbakar tidak bisa dijangkau oleh mobil pemadam kebakaran. Pemadaman pun dilakukan dengan memukul-mukul api dengan kayu.
Kepala Dinas Kehutanan Sumut Herianto mengatakan, kawasan hutan yang terbakar sekitar 10 hektar. Ia menyebutkan, upaya pemadaman terus dilakukan di tengah keterbatasan personel.
Karhutla itu juga berpotensi meluas mengingat musim kemarau diprakirakan masih cukup panjang terjadi di kawasan Danau Toba.