Indonesia Bertutur Digaungkan Melalui Cagar Budaya di Sulsel
Indonesia Bertutur 2022 digaungkan melalui situs prasejarah. Dengan tema ”Mendalami Masa Lampau dan Menumbuhkan Masa Depan”, diharapkan seniman dan pemikir memaknai nilai-nilai masa lampau melalui seni.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·2 menit baca
MAROS, KOMPAS — Puluhan seniman dari sejumlah daerah di Indonesia menggelar kolaborasi di Maros, Pangkep, dan Makassar selama sepekan ini. Acara ini hendak mengangkat seni dan budaya lokal hingga kekayaan sejarah, dan cagar budaya untuk dimaknai kembali melalui seni.
Perhelatan ini merupakan salah satu rangkaian Festival Mega Event Indonesia Bertutur 2022 yang menjadi bagian dari acara akbar Pertemuan Menteri-menteri Kebudayaan G20. Puncaknya akan dilaksanakan di kawasan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, September 2022.
”Seniman akan melihat cagar budaya, seni budaya lokal, dan kearifan masa lalu yang relevan di kehidupan sekarang. Di Makassar, kami membawa seniman dan seni kontemporer. Di Bali, kami gelar temu seni tari dan di Papua seni musik,” kata Melati Suryodarmo, Direktur Artistik Indonesia Bertutur 2022, di Taman Prasejarah Leang-Leang, Maros, Sulawesi Selatan, Selasa (2/8/2022).
Indonesia Bertutur dilakukan di berbagai kota dan situs cagar budaya. Setidaknya ada 29 situs cagar budaya berupa taman prasejarah, goa, candi, yang memiliki nilai istimewa sebagai tinggalan sejarah dan nilai seni. Di antara situs ini adalah Sangirang, Misol, Leang Bua, Lore Lindu, Kutai, Candi Borobudur, Candi Mendut, Prambanan, Trowulan, Singosari, Gunung Kawi, Muara Takus, Muara Jambi, dan lainnya. Seluruh situs tersebar dari barat ke timur Indonesia.
Melati mengatakan, pihaknya membawa praktisi seni, pemikir, praktisi dari berbagai cabang untuk menengok kembali masa lampau. Narasi yang ada di masa lampau, di wilayah kebudayaan di mana situs itu berada.
”Mitologi, kepercayaan asal-usul, akan dimaknai kembali melalui seni. Indonesia Bertutur bukan berfokus pada penceritaan saja tapi menceritakan melalui proses pemikiran yang panjang. Menarasikan kembali yang lama dan bisa diterima di masa kini dan masa datang,” tambah Melati.
Sementara itu, Afrizal Malna, fasilitator Temu Seni Performans di Makassar, mengatakan, kegiatan ini ingin menempatkan seni dan sejarah dan melihatnya sebagai pengetahuan. Praktik kesenian biasa dibukukan lewat dua hal, modern dan tradisi.
”Di sini, seniman langsung berhadapan dengan situs, melihat sebagai asal-usul, pengetahuan, dan sejarah, Yang menarik, pertemuan ini datang ke lokasi sejarah yang paling tua di Indonesia,” katanya.
Selama kegiatan, para seniman juga akan bertemu dan menyaksikan seni Maggiri oleh komunitas Bissu di Pangkep. Selain itu, akan ada pentas dan diskusi di situs Benteng Rotterdam, Makassar.