Cari Alternatif Pulau Komodo, Taman Wisata Alam Laut 17 Pulau Riung Disurvei
Pelaku usaha wisata Labuan Bajo mulai survei Taman Wisata Alam Laut 17 di Riung, Ngada, NTT. Ini upaya menyiapkan tujuan wisata alternatif selain TN Komodo. Di hari pertama tarif baru berlaku, TN Komodo sepi wisatawan.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·5 menit baca
LABUAN BAJO, KOMPAS — Menyusul kenaikan tarif masuk Taman Nasional Komodo, pelaku usaha wisata di Labuan Bajo melakukan survei lokasi wisata baru di Kawasan Taman Wisata Alam Laut (TWAL) 17 Pulau Riung, Kabupaten Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur. TWAL 17 Pulau Riung memiliki binatang jenis komodo yang sama dengan yang ada di Pulau Komodo di samping kegiatan snorkeling, selam, dan obyek lain. Hari ini, 1 Agustus 2022, wisatawan sepi mengunjungi Pulau Komodo.
Donatus Matur, salah satu pelaku usaha wisata yang dihubungi lewat sambungan telepon, Senin (1/8/2022), mengatakan sedang dalam perjalanan mengantar tamu ke sejumlah destinasi wisata di Flores darat, seperti Kampung Adat Waerebo, Bena, dan Danau Kelimutu. Wisatawan sendiri meminta beralih kunjungan dari Pulau Komodo karena pemerintah hari ini memberlakukan tarif baru masuk ke pulau tersebut senilai Rp 3,75 juta per orang.
Flores-Lembata pun masuk dalam pengembangan pariwisata yang dikelola Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores. Namun, destinasi wisata unggulan di Pulau Komodo dinaikkan tarifnya secara mendadak sehingga wisatawan pun enggan masuk ke TN Komodo.
”Kami, beberapa pelaku wisata di Labuan Bajo, juga sudah survei Taman Wisata Alam Laut di Riung, Ngada, sekitar 100 kilometer dari Labuan Bajo. Pelaku usaha di Labuan Bajo tidak boleh mati akibat kebijakan pemerintah menaikkan tarif masuk Pulau Komodo dari Rp 150.000–Rp 300.000 per orang menjadi Rp 3,5 juta per orang yang diberlakukan hari ini,” kata Matur.
Ia mengatakan, TWAL 17 Pulau Riung pun memiliki komodo yang sama, hanya selama ini belum dikenal banyak orang, kecuali warga sekitar 17 Pulau Riung, Manggarai, dan sebagian besar warga Flores. Selain komodo, 17 Pulau Riung menyimpan keindahan laut yang luar biasa. Setiap pulau dari 17 pulau itu memiliki keunikan tersendiri.
Pengunjung tidak akan pernah bosan berada di Riung. Di sana ada tempat snorkeling yang indah, pasir putih yang indah berkilau, binatang kelelawar yang bergelantungan di dahan-dahan pohon sepanjang bibir pantai, dan lainnya.
Namun, fasilitas pendukung untuk wisatawan di Riung belum memadai, seperti penginapan, kapal pesiar, suvenir, dan restoran, terkait wisata. Namun, kondisi itu juga pernah dialami lokasi wisata Pulau Komodo belasan tahun silam.
”Tapi kami khawatir, setelah Riung menjadi terkenal, pemerintah menaikan tarif seperti di Pulau Komodo saat ini. Meski kenaikan tarif di Pulau Komodo dengan alasan demi konservasi, apakah betul murni konservasi. Semua orang mempertanyakan itu. Kalau tarif Rp 3,75 juta per orang dengan alasan konservasi, kenapa tidak ditutup untuk umum sekaligus agar konservasi lebih efektif,” katanya.
Jika hanya dengan alasan konservasi, sebaiknya TN Komodo ditutup untuk umum 10-20 tahun untuk pembiakan komodo.
Wisatawan asal Tengerang, Banten, Ratna Umi (51), yang baru saja pulang dari Pulau Komodo, Manggarai Barat, mengatakan, empat hari tiga malam berada di Labuan Bajo, Selasa (26-29/7/2022). Berangkat ke Pulau Komodo, Pulau Kelor, dan Pulau Padar, Rabu (27/2022). Menuju Pulau Komodo dijadwalkan Rabu (27/7/2022) pukul 09.00 Wita. Tetapi karena terjadi unjuk rasa akibat kenaikan tarif, keberangakatan tertunda pukul 11.00.
Rombongan sebanyak 12 orang menggunakan kapal pesiar yang disiapkan pelaku usaha wisata Labuan Bajo. Mereka tidur dua malam di kapal pesiar dan satu malam di hotel Labuan Bajo.
”Saat tiba di Pulau Komodo, komodo tidak ada di tempat. Informasinya komodo ke gunung karena sedang musim kawin, yang biasanya berlangsung di gunung. Tetapi karena wisatawan sudah jauh-jauh datang, petugas menggiring satu komodo ke pantai. Kami ramai-ramai berfoto di samping komodo. Kasihan juga komodo harus menunggu cukup lama di lokasi itu. Tiap rombongan wisatawan harus antre foto bersama dengan komodo,” kata Umi.
Setiap rombongan wisatawan atau perorangan berfoto bersama dengan satu komodo itu sangat menggangu kondisi hewan dilindungi tersebut. Namun, apabila wisatawan tidak melihat dan foto bersama komodo pun sangat rugi.
”Karena komodo itukami datang jauh-jauh ke sana. Jika tidak ada komodo, hanya pulau kosong, untuk apa ke sana. Pulau seperti itu juga ada banyak di tempat lain,” kata Umi.
Alumni UGM Yogyakarta ini mengatakan, jika tarif Rp 3,75 juta diberlakukan, wisatawan pun harus diperlakukan secara baik saat tiba di Pulau Komodo. Artinya, komodo selalu siaga di tempat wisatawan mendarat atau tiba. Sementara komodo secara alami biasa bergerak liar, bebas di habitatnya. Jika komodo dipajang sepanjang saat bagi wisatawan untuk foto bersama, itu akan menyiksa komodo.
Ia berharap pemerintah tetap menjaga keberlangsungan komodo di pulau itu. Komodo hanya ada di Indonesia, tidak ada di negara lain di dunia ini.
”Jika hanya dengan alasan konservasi, sebaiknya TN Komodo ditutup untuk umum 10-20 tahun untuk pembiakan komodo,” katanya.
Sangat sepi
Direktur Yayasan Insan Lantang Muda Labuan Bajo Doni Parera mengatakan, hari ini, 1 Agustus 2022, pemerintah mulai memberlakukan tarif baru masuk Pulau Komodo. Tetapi tidak satu pun wisatawan masuk TN Komodo hari ini, kecuali wisatawan yang sudah seharusnya berangkat kemarin tetapi gagal dengan sejumlah alasan, lalu berangkat hari ini. Itu pun mereka tidak masuk kawasan TN Komodo dan Pulau Padar dengan tarif Rp 3,75 juta per orang.
Kondisi di Pulau Komodo hari pertama diberlakukan tarif baru sangat sepi. Tidak ada wisatawan yang masuk. Semua pelaku wisata di pulau itu mengeluhkan hal itu.
”Hari ini bukan demo tetapi aksi masyarakat pelaku usaha wisata dan pendukung wisata Labuan Bajo melarang pelaku usaha lain membawa wisatawan masuk TN Komodo. Jumlah mereka lebih dari 100 orang. Tetapi ditangkap polisi dengan alasan aksi demo tanpa izin dari polisi. Memang alasan polisi benar, tetapi sekali lagi, itu bukan demo,” kata Parera.
Ia pun berharap polisi segera membebaskan beberapa warga yang ditangkap dengan alasan demo tanpa izin tersebut. Aksi itu bagian dari aksi penolakan pemberlakukan kenaikan tarif baru masuk TN Komodo senilai Rp 3,75 juta per orang.