Opsi Relokasi untuk Penyintas Banjir di Parigi Moutong Disiapkan
Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong, Sulteng, menyiapkan opsi relokasi rumah bagi para penyintas banjir. Relokasi disiapkan untuk menghindari korban akibat bencana serupa di masa depan.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·3 menit baca
PALU, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, menyiapkan opsi relokasi rumah bagi para penyintas banjir di Desa Torue dan Desa Tolai yang rumahnya tak bisa lagi dihuni. Langkah relokasi itu dipertimbangkan untuk menghindari bencana serupa di masa mendatang.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Parigi Moutong Rivai menyatakan, saat ini, lahan untuk relokasi tersebut sedang disurvei. Lahan tersebut harus dipastikan aman dari bencana serupa di kemudian hari.
”Meskipun tak ada lahan pemerintah di dua desa ini, kami akan berusaha. Kami akan bicarakan dengan berbagai pihak (untuk lahan bagi opsi relokasi),” ujarnya saat dihubungi dari Palu, Sulteng, Senin (1/8/2022).
Rivai menyatakan, jika relokasi jadi dilakukan, anggaran untuk pembangunan hunian tetap atau rumah penyintas banjir akan disiapkan BPBD Provinsi Sulteng. Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong menyiapkan lahan untuk relokasi.
Menurut Rivai, langkah relokasi dipilih sebagai antisipasi bencana serupa pada masa mendatang. Oleh karena itu, relokasi harus dilakukan di lahan yang dinilai aman dari risiko banjir.
Seperti diberitakan, banjir melanda Desa Torue dan Desa Tolai di Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, Kamis (28/7/2022) malam. Banjir terjadi akibat luapan sungai di setiap desa.
Torue terletak di Jalan Trans-Sulawesi Poros Parigi Moutong-Kabupaten Poso berjarak sekitar 45 kilometer dari Parigi, ibu kota Kabupaten Parigi Moutong. Dari Palu, ibu kota Sulteng, Torue berjarak 110 kilometer.
Di Desa Torue, banjir menewaskan tiga orang dan empat orang lainnya hilang. Proses pencarian korban hilang masih terus dilakukan sampai saat ini. Di Tolai, banjir tak menyebabkan adanya korban jiwa. Banjir hanya menghanyutkan rumah di pinggir sungai yang meluap. Selain itu, banyak juga rumah warga yang terendam air dan lumpur.
Berdasarkan data sementara BPBD Provinsi Sulteng, sebanyak 19 rumah hanyut terbawa banjir tersebut. Jumlah itu terdiri atas sembilan rumah hanyut di Desa Torue dan 11 rumah di Desa Tolai. Di Torue, rumah yang hanyut kebanyakan berada di dekat muara. Sementara di Tolai, rumah hanyut berada di bantaran sungai.
Rivai menyatakan belum ada data final rumah rusak. Untuk memastikan data, disepakati semua pegawai di lingkup organisasi perangkat daerah Parigi Moutong melakukan bakti sosial dengan membersihkan rumah warga terdampak banjir pada Selasa (2/8/2022).
”Diharapkan dari kegiatan itu bisa diketahui berapa rumah yang memang layak dihuni dan berapa yang tak layak lagi dihuni agar gambaran untuk skema relokasi jadi jelas,” ujarnya.
Saat ini, lahan untuk relokasi tersebut sedang disurvei. Lahan tersebut harus dipastikan aman dari bencana serupa di kemudian hari.
Perkembangan pencarian
Sementara itu, pencarian empat korban hilang karena banjir di Desa Torue masih belum membuahkan hasil hingga hari kelima operasi pencarian digelar. Tim pencarian dan penyelamatan (SAR) gabungan masih belum menemukan tanda-tanda keberadaan para korban.
Kepala Seksi Operasi Basarnas Kantor Pencarian dan Pertolongan Palu Andi Sultan menyebutkan, pada Senin ini, area pencarian telah diperluas. Selain tetap menyisir wilayah muara sungai, pencarian dilakukan di sepanjang pantai dan perairan hingga ke kota Parigi, ibu kota Kabupaten Parigi Moutong, yang berjarak sekitar 30 kilometer dari lokasi banjir.
Sejak Minggu (31/7/2022), tim SAR menggunakan aqua eye, pendeteksi mayat di dalam air. Alat itu digunakan terutama di sekitar muara Sungai Torue.
Penyisiran di tumpukan kayu terbawa banjir pun sudah dilakukan. Tiga tumpukan potongan kayu di maura sudah dibongkar, tetapi tim SAR tak menemukan para korban.
Pencarian akan terus dilakukan hingga Rabu (3/8/2022) atau genap tujuh hari waktu pencarian korban bencana sebagaimana diamanatkan regulasi. Andi menyebutkan evaluasi akan dilakukan pada Rabu untuk menentukan apakah operasi masih bisa dilakukan atau dihentikan.